"Hoammhh.."
Lihatlah mulut yang terbuka lucu itu. Dan tangannya yang terangkat ke atas sedang menggeliat bak ulat sutra. Perlahan, sepasang iris bulatnya terbuka, sedikit demi sedikit akibat silaunya cahaya yang masuk tiba-tiba.
"Mmhhh? Ma?" Suara halusnya yang terdengar masih lesu membuat beberapa orang tertawa cekikikan. Ada juga yang langsung mengambil ponsel untuk mengabadikan moment itu.
Heboh? Berlebihan? Memang.
"Hihi.. tidak ada mama, mama sedang masak. Apa kau mau dimarahi?" Senra berujar jahil. Tapi memang benar bahwa Haisa sedang di dapur karena menyiapkan sarapan khusus si kecil. Mansion besar ini baru saja selesai di renovasi, dan para pelayan yang bekerja pun masih sedikit akibat pembantaian masal oleh Hinafuka tempo lalu. Kalau menurut Louis, sekalian saja menyaring pekerja mansion yang baru supaya keselamatan Tofu mereka terjamin.
"Apa yang kalian lihat? Bantu Haisa menyiapkan makan." Dari arah belakang, Ken menginterupsi beberapa orang yang sibuk menggoda si kecil. Pria itu belum tau bahwa kesayangannya baru saja terbangun dari tidur panjang akibat obat bius.
"Jahat sekali."
"Aku yang temani adik!" Vena dan Gian menyahut antusias.
Mereka kan masih kecil, jadi tidak perlu bergotong royong.
Yah, itulah yang mereka pikirkan sebelum akhirnya Guanda ikut menyusul kedatangan kakaknya, Ken.
"Tidak, adik kalian masih butuh istirahat. Pergilah bermain atau berlatih supaya kalian bisa diandalkan jika suatu saat ada serangan dadakan lagi."
Guanda berucap yang sebenarnya. Sejujurnya kemarin kedua anak itu cukup membuat repot dan menjadi beban sebab masih harus dilindungi. Akan lebih bagus kalau setidaknya Vena dan Gian bisa melindungi diri mereka sendiri terlebih dahulu.
"Tapi—!"
"Aku hanya akan melindungi adik. Jangan mengharap perlindungan dariku nanti!"
Baik Ken maupun Guanda tersenyum remeh. Huh, siapa juga yang minta dilindungi oleh dua bocah? Perkataan Gian itu terdengar konyol bagi mereka untuk saat ini.
"Terserah. Pergi."
Puas mengusir dua titisan tuyul, kini Ken dan Guanda beralih pada bocah yang masih sesekali menguap dan menggeliat di sebuah ranjang raksasa milik pasutri tertua di keluarga itu. Pemiliknya sendiri entah kemana, hingga membuat anggota Dozoura yang lain bisa bebas keluar masuk kamar.
"Hai kecil, masih mengantuk, hmm?"
Tofu bingung. Seingatnya semalam ia sedang tidur berpelukan dengan teman baru bernama abang Ney, tapi dimana abangnya itu? Sejauh mata memandang, hanya ada ruangan asing dan kedua kakeknya di sana. Kemana pula pacifier karakter beruang hadiah dari abang barunya? Hais, mulutnya gatal ingin ngemut sesuatu.
"Na? (Dimana?)"
"Hmm? Di rumah, sayang." Perlahan, Guanda membawa tubuh mungil nan bantet itu ke gendongannya. Tofu pasrah tanpa perlawanan, setidaknya ia bangun bukan dengan orang asing seperti beberapa waktu belakangan.
"Na abang? (Dimana abang?)" tanya Tofu lagi. Matanya menyisir pemandangan di sekitar. Mewah, dengan nuansa putih dan gold yang mendominasi. Tapi bagi Tofu itu tidak berarti sebab yang dibutuhkannya bukannya ruangan super mewah seperti ini.
"Abang siapa?" Wajar jika Ken bertanya demikian, mengingat abang yang disebut Tofu ada banyak jenis, macam, maupun rupanya.
"Bang Ney na, na?? (Abang Ney, dimana?)"
Mampus, sekarang yang dibuat bingung adalah dua pria dewasa di sana. Harus menjawab apa mereka? Mengingat hubungan kedua keluarga itu yang tidak boleh terlalu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tofu's Life Story [Dozoura Fam]
AléatoireSetelah kemarin dipaksa mendekam hingga tiga minggu lamanya di sebuah ruang bawah tanah, keluarga mafia terkemuka, Dozoura, akhirnya kembali menghirup udara segar. Waktu yang mereka habiskan di Basement itu benar-benar berarti. Terlebih, kali ini m...