malam itu tanpa diusir, Sunghoon sudah membawanya duluan dari rumah itu, daripada suaminya terus di rendahan sama keluarga ayah mertuanya.
dan pagi pagi sekali Sunghoon mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal, saat mengeceknya Sunghoon langsung paham, siapa pengirimnya.
??? : ayo melakukan kerja sama dan saya akan merestui hubungan kalian.
kenapa tiba-tiba? padahal semalam mereka habis berdebat.
??? : jika kau masi mau dihormati, jawab pesan saya!.
Sunghoon : maaf tuan, tidak bisa.
??? : sialan maksud mu?? saya ini mertua mu loh, bisanya kau tak percaya? cih sudah menikahi anak saya tanpa restu, kalau begini cerai saja!.
Sunghoon : tuan tidak bisa begitu dong, jangan sembarangan.
??? : saya tidak merestui hubungan kalian, kalau kamu masi tetap lanjut jadi menantu saya, menikahlah dengan putri saya, dengan begitu kamu mendapatkan anak dan saya mendapatkan cucu, cih emang kau saja yang butuh penerus?.
Sunghoon : tuan, jangan jodohkan saya dengan putri mu, saya hanya mencintaimu putra mu.
??? : dasar ga tau diri! cerai dengan anak saya sekarang juga! saya mau menjodohkan anak saya dengan pilihan saya!.
Sunghoon : tidak bisa.
Sunghoon sudah tak menjawab pesan itu, Sunghoon yakin kok tanpa restu orang tua pernikahannya akan baik baik saja, semoga saja.
kenapa ayahnya ini pemaksa sekali, dan malah menjodohkan dirinya pada putrinya, jelas Sunghoon tidak mau, apalagi Julian.
______________
"eh?."
Jake baru saja keluar kelas, tiba-tiba Jake bertemu perempuan yang semalam dijodohkannya, Jake baru tau kalau perempuan itu sekolah disini juga, Jake tidak pernah melihat.
"aku baru pertama kali melihat mu disini."
"kita beda jurusan."
"bener juga, aku duluan ya?."
Jake hendak meninggalkan tapi tiba-tiba tangan wanita itu menahannya.
"tunggu, kau mau pulang?." tanyanya dan Jake mengangguk.
"bisa kita jalan sambil mengobrol?."
Jake melihat jam tangannya, masi ada waktu sebelum menjemput Julian, Jake pun mengangguk.
Jake bersama wanita yang dijodohkannya semalam berniat pulang bareng sambil mengobrol, mereka jalan berdua sambil Jake menuntun sepedanya.
"ayah slalu menuntut ku untuk nikah, padahal aku sendiri sudah mempunyai kekasih, dia emang tidak merestui hubungan kami."
disepanjang perjalanan wanita itu terus bercurhat sedangkan Jake setia mendengarkannya, pantas saja semalam wanita didepannya itu pasrah saat ayahnya menjodohkannya dengannya.
"kita ga beda jauh ra, aku juga slalu dituntut sebelum orang tua ku pisah, kau tau kan kejadian semalam?."
wanita itu mengangguk. masi mengingat kejadian perdebatan semalam.
"oh iya, tentang semalam, beneran ayah mu sama sekali tak pernah menengok mu?."
"sama sekali tidak, aku ditelantarkan, bahkan sekarang aku baru tau kalau aku tinggal sekota dengan ayahku."
"astaga, ku rasa lebih sengsara hidup mu."
"ya sudah ku bilang kita ga beda jauh, aku juga dituntut, dan pernikahan ku juga tidak direstui.."
kok malah jadi adu nasib anjing.
"astaga, Amira aku harus menjemput Julian!."
"eoh? hati-hati Jake.”
Jake mengangguk, menaiki sepedanya dan mengayuhnya cepat menuju ke sekolah Julian.
tak terasa sekali mengobrol dengan Amira sampai lupa menjemput Julian, pasti Julian sudah menunggunya dari tadi, astaga..
dan sampai sekolah, benar saja sekolah sudah sepi dan Julian sedang menunggunya dibawah pohon ditemani sama seorang perempuan.
"Julian, maafin bubu telat jemput Julian."
Jake langsung meminta maaf, Julian yang melihat bubunya sudah menjemputnya, langsung memeluknya erat.
"bubu.., bubu lama.."
"maaf Julian, bubu bener bener minta maaf."
Jake menggendongnya, Julian sudah hampir menangis, menekan erat erat wajahnya dileher bubunya.
"hnggg."
"Julian mau ke kantor ayah?." tawar Jake, Jake bingung harus menenangkan hati Julian bagaimana. jadi Jake berniat buat mengajaknya ke tempat ayahnya.
"mau bubu."
"let's go ke kantor ayah!!."
Jake langsung mengambil tas Julian lalu mendekati perempuan itu. "terimakasih bu, sudah menemani Julian."
"iya sama sama, maaf botol Julian pecah karena tadi Julian mengamuk dan membanting botolnya."
Jake menatap naas botol pecah itu, astaga.. kebiasaan kalau mengamuk pasti membating barang, tapi ini kesalahannya juga sih..
.
.
.
.
.