1.0 his real self

1.5K 98 1
                                    

Dokter yang datang langsung memeriksa keadaan Joan, disana juga ada Jireno yang berdiri di samping Joan di periksa.

"Semuanya mulai membaik, keadaannya juga sudah stabil hanya saja perlu waktu mengistirahatkan tulang tulangnya, nanti saya siapkan resep obat untuknya" ucap sang dokter.

"Makasih dokter" ucap Jireno dan tersenyum manis.

"Sama-sama adek manis, anda juga hebat selalu menjaga nya" ucapnya dengan mengusap surai Jireno.

"Anjay, dokternya genit" batin Joan menatap ke arah dua orang itu dengan tatapan tidak suka.

Dokter itu pun berlalu pergi, Jireno dan Joan memandangi kepergiannya hingga pintu tertutup, kini atensi Joan beralih menatap Jireno.

"Ekhemm" Joan berdehem membuat Jireno menatapnya, Joan pun ikut menatap Jireno.

"Kaya akrab aja tuh dokter" celetuk Joan.

"Emmm gk akrab sih katanya kenalan mama sama papa" jawab Jireno, Joan pun hanya meng oh kan dengan wajah datar dan suara ketusnya.

"Eh lo kok bisa ada disini? Kajendra ngasih tau?" Tanya Joan menatap Jireno.

"Yakan yang bawa lo kesini itu gue" jawab Jireno, terlihat Joan menatapnya dengan menaikkan satu alisnya.

"Tunggu, maksudnya?" Tanya Joan bingung.

"Lemot lo kak ketos, yang bawa lo kesini itu gue dan yang nolongin lo digebukin anak.... anak emm ah partai itu gue" jawab Jireno, dia juga menggunakan ekspresi lucunya saat berfikir.

Joan ingin tertawa tapi dia tahan, bagaimana bisa sparta itu jadi partai, astaga dia tak habis fikir pada Jireno yang sepertinya sangat pelupa.

"Sparta Ji bukan partai" jawab Joan dengan menahan segala kekehanya.

"Nah itu iya, pantes ada yang aneh" jawabnya dengan tertawa kecil.

Joan menggelengkan kepalanya, dia jadi teringat sesuatu "berarti lo yang teriak woy? terus ngangkat tanganlo sambil bawa hp itu?"

"Iyalah, eh bukan hp anjir itu bungkus cookies" awalnya Joan mengangguk anggukan kepalanya, namun dia tersadar dengan perkataan Jireno.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Joan kembali.

"Itu yang gue angkat bungkus cookies, gue aja gk bawa hp waktu itu, berarti bener ya keliatan kaya hp makanya mereka langsung lari waktu itu" ucap Jireno.

Joan menggelengkan kepalanya tak percaya, bagaimana bisa tiga orang tertipu oleh bungkus cookies termasuk dirinya sendiri.

"Kalo lo gk bawa hp lo kerumah sakitnya gimana?" Tanya Joan.

"Yakan ada hp lo, untung gk disandi" jawab Jireno, Joan pun mengangguk dia memang tidak pernah mengunci handphonenya dengan kunci apapun.

"Thanks" ucap Joan namun dia melirik ke arah lain, dan tidak menatap kearah Jireno sama sekali.

"Hah?" Tanya Jireno.

"Thanks udah nyelamatin gue" ucap Joan dan posisi yang masih sama.

"Kaya gk ikhlas makasihnya" ucap Jireno dengan mendengus kesal.

"Ya terus harus gimana?" Tanya Joan kini dia melirik ke arah Jireno meski nadanya sangat ketus.

"Ya gini, lo harus sambil senyum" ucap Jireno jahil.

Joan memutar bola matanya malas lalu mengalihkan pandangannya kembali "ogah"

Jireno pun kesal, dia menggembungkan pipi mochinya lalu menatap ke arah lain, Joan merasa aneh karna Jireno diam dan beralih menatapnya.

Me And Your Smile - Nosung [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang