Mendengar bahwa tetangganya yang dulu kembali datang, Isagi dengan senang menyambutnya kembali.
Menjalin pertemanan lama yang sempat terlepas, namun selain tetangganya yang kembali.. Ada perubahan lain. Perasaannya terhadap tetangganya semakin lama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
· · ·
Melihat jam sudah pukul delapan malam, Isagi bergegas mengecek ke jendela luar,
Ia bernafas lega sembari kembali menutup semua jendela, 'syukurlah tidak ada. '
Malam ini Isagi berencana untuk menemui Kaiser kembali, untuk mengambil barang yang ia minta.
Namun ia menjadi sedikit heran, mengapa Ayah dan Kakaknya belum juga kembali sejak pagi tadi. Ia jadi cemas sendiri sekarang.
Melupakan fakta bahwa ini sudah malam, Isagi keluar lalu kembali mengunci rumahnya.
Memandang gelapnya langit malam dengan bulan yang bersinar terang, ditemani oleh bintang-bintang.
· · ·
Isagi mengetuk pintu rumah milik Kaiser,
Tok Tok Tok
Mengapa tidak ada yang menjawab? Isagi mengernyit heran, perasaan dari tadi pagi Kaiser tidak ke mana-mana, apa pria itu sedang tidur?—pikirnya.
Ia mengintip kecil ke jendela yang menunjukan ruang tamu milik Kai.
'Ah, siapa itu? Seorang.. Perempuan?' Isagi kembali merasa heran, siapa perempuan itu? Ia memiliki rambut ginger yang di kuncir setengah, serta menggunakan baju bertelanjang bahu.
Perempuan itu terlihat sedang mengambil suatu.. Plastik?
Oke. Daripada Isagi mengintip privasi orang, ia lebih baik kembali dulu. Kai terlihat sedang berbincang serius dengan perempuan itu.
· · ·
Sebuah suara ketukan pintu terdengar dari luar. Isagi dengan sigap membukanya,
"Eh, Kakak! Ayo masuklah,kakak kemana saja dari tadi? "
Yoshi meletakkan keranjangnya dan duduk bersebrangan dengan sang Adik,
"Banyak goblin yang menyerangku dari tadi. Jadi aku datang agak lebih telat," jelasnya.
Isagi hanya mengangguk kecil walau merasa janggal, "kemana Ayah?"
Yoshi hanya bergeleng kepala, "aku tak tau, kukira Ia sudah dirumah. "
Mendengar kabar hilangnya sang Ayah, Isagi panik dan akan segera keluar rumah untuk mencarinya—sebelum Kakaknya menarik kembali lengannya.
"Jangan.Biar aku saja. "
"Tapi Ka—" sebelum Isagi sempat mengelak Kakaknya melihatnya dengan mata tajam.
Isagi sekali lagi kembali menghela nafas, "baiklah, aku akan disini. "
Tak butuh waktu yang lama untuk Kakaknya pergi keluar rumah dan lagi-lagi meninggalkan nya sendiri dirumah ini.