Mendengar bahwa tetangganya yang dulu kembali datang, Isagi dengan senang menyambutnya kembali.
Menjalin pertemanan lama yang sempat terlepas, namun selain tetangganya yang kembali.. Ada perubahan lain. Perasaannya terhadap tetangganya semakin lama...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—·Zei's.pov
Kembali menghela nafas, Isagi memandang langit yang mulai berubah warna. Sepertinya badai besar akan datang, "Kai, kenapa aku mendadak cemas dengan Kakak?"
Kaiser yang awalnya sedang menikmati teh hangatnya itu menoleh, "Memangnya dia belum pulang?"
Isagi menggeleng, "Aku cemas.. Tak biasanya dia hilang selama ini."
"Aku mungkin tau tempatnya berada, jauh mungkin. Dikedalaman Equils lebih tepatnya."
"Dari mana kau tau itu?" Tanya Isagi.
"Temanku yang sedang berada didalam hutan sana mengabari ada lelaki mirip denganmu yang terkunci di sebuah gubuk kecil."
Isagi mengkhawatirkan keadaan Kakaknya sekarang. "Antar aku kesana, Kai. Aku akan mencari Kakakku sendiri."
"Tidak usah, aku kabari saja temanku untuk mengantarnya kesini."
Isagi menggeleng, "Aku sekalian ingin mencari Ayah."
Dan lagi-lagi Kaiser mengalah, "Baiklah, tapi aku ikut denganmu."
"Kai, apa kau yakin ini tempatnya?? Aku tak tau kalau Equils memang seseram ini," Isagi memandangi pagar yang sudah berkarat itu.
Kaiser memutar mata, "Aku sudah bilang bukan? Memang seperti ini."
Isagi tak menghiraukan dan lanjut untuk memasuki pagar itu.
Srrt Brak!
"Apa itu?.." Isagi berbisik pelan kepada Kaiser.
Kaiser balas berbisik, "Itu monster. Sepertinya dari klan hybrid."
Mahluk setengah Elang itu menggeram rendah, "Aku tau kau disini.. DARAH SUCI!"
Seketika itu pula, hutan yang awalnya sepi itu berubah bising dengan lebih banyak monster dari klan-klan lain mulai bermunculan.
Grep
Kaiser menggenggam erat pinggang Isagi, "Yoichi.. Tolong tahan dulu."
Isagi yang awalnya akan menjawab, terpotong begitu saja ketika Kaiser mengeluarkan cahaya kekuningan dan meletakkannya diperut dan tempat jantungnya berada.
"AHKKK! S-SAKIT!" Isagi berusaha untuk tidak menangis ketika sensasi panas dan perih secara bersamaan menghatam seluruh tubuhnya.
Hal itu pula yang mengalihkan seluruh atensi para mahluk disana, mereka dengan cepat melingkari tempat persembunyiaan Isagi dan Kaiser.
"Diamlah Yoichi, jangan bersuara lagi sampai aku berkata 'pikun', itu passwordnya."
Isagi hanya mengangguk lantaran sudah tidak kuat untuk hanya ketawa.