7

1.1K 151 2
                                    

Renjun dan haechan berada di kantin fakultas seni saat ini dan diapun hanya melihat renjun yang mengacak-acak makanannya tanpa ada niat untuk memakannya sejak tadi.

"Sebenarnya apa yang terjadi Nakamoto? Ada apa sebenarnya ini?" Ucap Haechan bingung dengan perubahan sahabatnya itu.

"Tidak ada."

"Ayolah Nakamoto, aku tau kau sedang berbohong. Lagian kau bisa mengatakan saja padaku, apa yang terjadi kan? Siapa tau aku bisa bantu." Ucap Haechan kesal.

"Bagaimana mungkin kau bisa membantu saat aku saja tak bisa membantu diriku sendiri." Ufap renjun ketus.

"Karena itu, kau kan tak bisa membantu dirimu sendiri. Setidaknya aku pasti bisa membantumu." Ucap Haechan.

"Mama hari ini mengatakan wasiaat nai nai dan yeye ku."

"Benarkah? Apa kau mendapatkan harta yeye dan nai nai mu? Kalau begitu bagus kau bisa lebih kaya."

"Bukan. Wasiat itu malah mengatakan kalau aku akan dijodohkan dengan sahabat dari cucu nai nai dan yeye." Ucap renjun membuat Haechan seketika menjatuhkan sumpitnya.

"Kau serius?"

"Aku tak mungkin bercanda seperti itu Haechan. Dan lagi, malam ini adalah pertemuan kami. Apa yang bisa kau bantu, saat aku tak bisa menolak semua ini, karena ini adalah keinginan nai nai dan yeye sejak awal."

"Kalau itu sulit, aku tak tau kenapa kau bisa memiliki takdir seperti ini. Apa Mama win memberitahu mengenai orang itu?"

"Tidak, karena nanti malam juga akan bertemu, makanya Mama tidak mengatakan apapun lagi."

"Otusanmu setuju? Diakan sangat protektif padamu."

"Otusan setuju karena ini keputusan mendiang mertuanya dan kau tau otusan seperti apa."

"Kau benar juga, bagaimana kalau begini saja, biarkan kau bertemu nanti dengannya. Kalau kalian tidak cocok, kalian bisa membatalkan perjodohan ini, lagian aku yakin nenek-kakek kalian tak akan kecewa kok."

"Hmm." Angguk renjun dengan sangat lesu.





Sementara itu, jaemin berada di parkiran fakultas bisnis dan berniat akan pulang karena sudah tak ada mata kuliah sama sekali, tapi saat akan membuka pintu mobilnya diapun melihat ponselnya yang berbunyi dan tertera nomor tak dikenal.

010xxxxx

Maaf apa ini benar dengan Na Jaemin.

Ya. Ini siapa?

Saya salah satu direktur di SM entertainment, kami mendengar dari dosen yang ada di fakultas mu kalau kalian mendapatkan tugas untuk melihat manajemen dan mempelajarinya, secara berkelompok bukan?

Ya.

Kami disuruh memilih, dan kami tertarik dengan kau dan teman kelompokmu, mungkin Sabtu ini kalian berdua bisa mulai bekerja disini.

Baik. Saya akan datang Sabtu ini, tapi ini bukan tipuan bukan?

Tentu saja bukan. Baiklah saya akan tunggu.

Melihat pesan itu, jaemin lantas masuk kedalam mobil dan diapun segera menuju fakultas kesenian yang memang berbeda gedung darinya.

Gedung fakultas kesenian.

Jaemin berhenti di depan fakultas itu dan diapun menunggu di depan mobilnya tanpa memperdulikan wanita dan submissive yang menatapnya penuh kagum karena jaemin sangat tampan. Jaemin terpaksa menunggu karena dia tak tau nomor ponsel renjun dan hanya renjun yang tau nomor ponselnya.

Sementara itu, renjun dan Haechan yang baru saja keluar dari kantin yang berada di lantai dua itu bingung karena semua mahasiswa-mahasiswi dari fakultas kesenian itu malah berlarian ingin cepat keluar.

"Kenapa anak-anak fakultasmu njun? Apa kalian ada seminar?"

"Tidak."

"Lalu kenapa terburu-buru begitu?"

"Ntah." Ucap renjun acuh lalu diapun tak sengaja melihat kebawah dan sedikit memicingkan matanya, lalu diapun membulatkan matanya karena kaget.

"Na jaemin?" Gumamnya pelan.

"Kau bicara sesuatu njun?" Ucao Haechan dan renjunpun tak menjawab melainkan langsung berlari seketika membuat Haechan mengikuti sahabatnya itu.

Saat berada di depan fakultas itu, Haechan benar-benar merasa nafasnya akan habis tapi matanya seketika melihat jaemin, pantas saja renjun langsung berlari toh anak itu ada yugas bersama dengan anak bisnis dan kebetulan itu adalah robot berjalan dan pemilik banyak penggemar, Na Jaemin.

"Jaemin ada apa kemari?" Ucap renjun sembari ngos-ngosan.

"Ini." Ucap jaemin datar lantas memperlihatkan ponselnya dan percakapan dengan orang itu. Renjun lantas melihat dan membacanya dengan antusias.

"Yeee! Akhirnya kita tak perlu mencari lagi agency untuk tugas kita jaemin." Senang Renjun tapi Jaemin hanya diam dengan wajah datarnya.

"Lalu kenapa kau tak menghubungiku?"

"Aku tak punya nomor mu, hanya kau yang punya nomorku. Dan kau tak menghubungiku." Datat jaemin dan itu adalah kata paling panjang menurut renjun. Bahkan semuanya juga dengar kalau itu kata paling panjang dari jaemin.

"Mianhe, aku tak ingat. Sudah aku masukkan nomor ku." Ucap renjun memberikan kembali ponselnya pada sang pemilik.

"Kita bertemu disana saja langsung besok bagaimana?"

"Hmm." Angguk jaemin lantas diapun segera masuk kedalam mobilnya dan pergi begitu saja. Renjun hanya berdecih kecil dan diapun merasakan ada seseorang merangkulnya. Siapa lagi kalau bukan haechan.

"Sepertinya tugasmu akan lancar Nakamoto."

"Hmm." Angguk renjun. Hingga beberapa wanita mendekat pada keduanya.

"Kenapa?" Datar renjun pada teman sekelasnya itu.

"Kau jangan pernah menggoda jaemin kami. Karena na jaemin adalah milik kami. Dia adalah milik kami. Kau tak boleh mendekat padanya."

"Hei kalian bertiga. Sana, membuat keributan saja. Lagian renjun juga tak tertarik dengan idola kalian itu. Minggir, ayo renjun jangan dengarkan mereka." Ucap Haechan lalu diapun menarik sang sahabat dan segera pergi menuju tempat dia memarkirkan mobilnya, karena dia memang membawa mobilnya atas izin orangtuanya yang asyik meninggalkannya karena pekerjaan sekaligus honeymoon, memang menjadi anak tunggal sepertinya dan renjun sangat tak menyenangkan sama sekali.
































{Tbc}

He's Mine (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang