11

1.1K 144 4
                                    

Renjun memapah jaemin ke parkiran fakultas bisnis dan berdiri di depan mobil jaemin.

"Kuncinya." Ucap renjun meminta pada jaemin dan jaemin pun memberikan kuncinya begitu saja.

"Renjun? Kau akan bolos?"

"Bolos lebih baik, aku harus mengobati jaemin." Ucap renjun lalu diapun membuka pintu mobil lalu membantu jaemin kearah tempat duduk. Dan melihat sahabatnya.

"Katakan pada dosen kalau urusanku lebih penting, oke?" Ucap renjun lalu diapun masuk ke kursi penumpang membuat Haechan menatap kesal sahabatnya itu.

"Arrrrggggg, sial sekali. Bagaumana mungkin aku mengatakan itu pada dosen galak itu. Sial." Monolog Haechan lalu pergi dari pada dia harus kena marah karena terlambat.



Di perjalanan, renjun terus menyetir dengan serius sedangkan jaemin hanya melihat saja.

"Apa kita pulang ke mansion mu?"

"Anio, kita ke apartemenku saja." Ucap jaemin datar dan renjunpun meliriknya sebentar.

"Dimana?"

"Lurus saja dulu." Ucap jaemin dan renjun hanya mengikuti intruksi jaemin saja.

Beberapa menit kemudian, mobil yang Renjun kendarai memasuki apartemen mewah dan diapun memarkirkan mobil jaemin lebih dulu lalu membantu jaemin keluar dan memapahnya sampai di depan lift.

"Lantai paling atas."

"Ne? Bukannya lantai paling atas adalah pemilik gedung apartemen ini?"

"Nanti aku ceritakan." Dan renjun hanya menganggukkan kepalanya saja lalu merekapun masuk kedalam lift.






At. Jung corp.

Doyoung berdiri di depan kantor milik suaminya itu, lalu diapun masuk dengan keteguhan hati yang tak akan goyah lagi. Diapun melangkahkan kakinya dengan pasti lalu naik kelantai paling atas dimana ruangan jaehyun berada.

Ting!

Asisten jaehyun kaget melihat istri simpanan bossnya datang dengan tiba-tiba tanpa ada konfirmasi lebih dulu, tapi dia harus tetap menyambutnya saat ini.

"Selamat siang nyonya."

"Apa jaehyun ada didalam?"

"Ne tuan Jung ada didalam bersama dengan nyonya Jung." Doyoung hanya menganggukkan kepalanya, kalau begitu saya akan masuk karena urusan saya hanya sebentar." Ucapnya lalu diapun mendekat pada ruangan jaehyun.

Tok...tok...tok...

"Masuk!"

Ceklek.

Jaehyun tersenyum saat tahu yang datang adalah Doyoung, padahal Doyoung sangat yakin kalau tadi jaehyun dan taeyong sedang bersiteruh. Bahkan dia bisa melihat Taeyong yang merasa sangat kecewa padanya.

"Kau datang sayang?" Doyoung hanya diam saja lalu diapun masuk dan menutup pintu ruangan jaehyun untuk duduk di sofa single itu.

"Aku ingin bicara serius. Dan sangat bagus karena taeyong Hyung ada disini." Ucap Doyoung melihat Taeyong yang menatap bingung padanya. Jaehyun lantas memburamkan ruangannya dan mengedapkan suara juga pintu ruangan yang terkunci otomatis.

"Ada apa sayang?"

"Aku ingin memberikan ini padamu." Ucap Doyoung memberikan amplop pada jaehyun. Jaehyun lantas membukanya dan mengeraskan wajahnya seketika karena itu adalah surat perpisahan dari Doyoung untuknya.

"Apa maksudmu Jung Doyoung! Aku tak akan mau berpisah darimu." Ucap jaehyun marah. Doyoung lantas berdiri dan menatap jaehyun.

"Aku sudah mengikuti semua keinginanmu jaehyun, termasuk menjodohkan anakku dengan anak sahabatmu. Aku sudah tak sanggup bersama denganmu lagi. Jadi, mari berpisah. Dan taeyong Hyung, kalau kau masih mau melihat anakku, kau bisa datang, tapi aku tak bisa menjadi istri pria ini lagi " Ucap Doyoung lalu diapun pergi dari ruangan itu. Membuat jaehyun mengejarnya tapi taeyong menahannya.

"Jangan jae. Semua karyawan mu bisa tahu jika begini. Ingat orangtua kita." Ucap taeyong. Membuat jaehyun mengacak-acak rambutnya karena semua ini.

"Seharusnya sejak awal aku tak meminta menukar puteraku dengan Doyoung. Sekarang aku benar-benar hanya akan mengunjunginya sebagai seorang bibi tak lebih." Batin taeyong sedih.








Kembali lagi pada apartemen milik jaemin, sekarang keduanya tengah berada didalam apartemen jaemin dan renjunpun mengambil p3k lalu diapun mengobati lebam di wajah jaemin yang sayangnya masih tetap terlihat tampan itu.

"Kenapa tak menghindarinya?" Ucap renjun yang fokus mengobati lebam jaemin.

"Aku bahkan berencana mengabaikannya." Datar jaemin. Membuat renjun menatap pada calon tunangannya itu.

"Aku membencinya sejak awal, karena dia selalu saja bertingkah sesuka hatinya." Ucap renjun ketus.

"Aku juga membencinya bahkan keluarga dimana aku terlahir, tapi aku tak bisa membenci bundaku." Ucap jaemin datar.

"Arra. Lagian bundamu tak pantas kau benci karena dia adalah orang yang melahirkanmu." Ucap renjun lalu diapun selesai mengobati jaemin. Lalu menatap kembali tunangannya itu untuk meminta penjelasan.

"Ini memang apartemen milikku. Otusanmu mungkin sebentar lagi akan tahu kalau aku adalah ceo dibalik perusahaan besar Neo corp."

"Kau benar-benar ceo tak terlihat itu?" Kaget renjun.

"Kau tahu?"

"Otusan selalu saja kesal karena tak bisa bertemu dengan ceo itu. Ternyata itu kau, kalau otusan tahu pasti akan melampiaskan kekesalannya padamu sih." Ucap renjun apa adanya.

"Tak masalah."

"Lalu siapa yang mengurus perusahaan besar itu sekarang? Kau saja masih kuliah."

"Aku punya orang kepercayaan, dia lebih tua 4 tahun dariku, namanya Qian Kun. Dia yang saat ini mewakili ku. Dan aku juga punya dua asisten yang bekerja denganku, dia juga masih kuliah."

"Aku mengenal mereka?" Ucap renjun dan jaemin hanya mengangkat kedya bahunya.

"Mungkin saja." Ucap jaemin.

"Siapa dia?"

"Jay Park dan Jake Shim."

"Aaa couple kampus itu. Bagaimana mungkin?"

"Walaupun mereka buchin. Mereka sangat bertalenta makanya aku mempekerjakan mereka." Ucap jaemin datar.

"Aaa." Angguk renjun mengerti.

"Kau sendiri? Kenapa mempublikasikan hubungan kita? Bukankah kau juga sedikit kesal di jodohkan?"

"Aku harus melakukannya. Agar aku bisa terlepas dari orang seperti mark sunbae. Lagian aku heran kenapa dia bisa menghajar adiknya sendiri. Walaupun kalian beda ibu, kau tetap adik satu ayahnya kan?" Kesal renjun sedangkan jaemin hanya menatapnya dan tersenyum begitu saja karena calon tunangannya sangat menggemaskan. Renjun lantas melihat jaemin dan membulatkan matanya.

"Apa kau tersenyum jaemin?" Kagetnya karena selama dia mengetahui Na Jaemin, dia benar-benar manusia dingin, bahkan tak ada ekspresi apapun di wajahnya itu.

"Aku tidak." Datarnya.

"Kau iya, mengaku saja." Ucap renjun semakin mendekat pada jaemin.

"Tidak Renjun."

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak."

"I—" jaemin langsung menangkap renjun dengan refleks tinggi agar tak jatuh dari sofa walaupun sofa tak terlalu tinggi membuat renjun membulatkan matanya karena kaget dan menatap jaemin yang sangat dekat dengannya ah tidak sepertinya dia yang sangat dekat dengan jaemin karena sekarang dia telah berada di atas jaemin. Dan jaemin hanya menikmati ekspresi renjun yang sangat indah menurutnya itu.




































{Tbc}

He's Mine (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang