Empat

1.1K 178 24
                                    

Enjoy!

Winter menangis kencang dalam dekapan Karina saat Minjeong mengoleskan salep pereda perih ke tangan Winter yang memerah dan sedikit melepuh. Karina yang mendengar tangisan anaknya tak kuasa menahan air matanya, dalam hati ia amat sangat merasa bersalah pada Winter.

"Maafin Mama Winter," gumam Karina sambil terus mengusap punggung Winter yang perlahan mulai tenang.

Minjeong melirik ke arah Winter yang sepertinya sudah terlelap karena lelah, ia menghela nafas lega dan segera mengambil alih Winter dari sang Mama.

"Aku tidurin Winter dulu, sekalian mau gantiin baju dia. Kamu istirahat aja di kamarku kalo capek."

Sebelum Karina menjawab, Minjeong sudah melenggang pergi. Hati Karina sedikit tercubit saat mendengar kata 'kamarku' yang dulunya adalah kamar dirinya dan Minjeong, tempat dirinya merajut kasih dengan mantan istrinya itu.

Beberapa menit kemudian Minjeong kembali dan menatap Karina yang masih di posisi semula sambil menunduk dan terdengar isakan pelan dari perempuan yang berstatus sebagai ibu dari anaknya itu.

"Karina..."

Karina mendongak saat suara lembut Minjeong terdengar, masih dengan air mata yang mengalir Karina menatap Minjeong.

Minjeong menghela nafas, "Udah, jangan nangis terus. Winter kita udah baik-baik aja," ucap Minjeong sambil menghapus air mata Karina.

"Maaf, aku minta maaf Minjeong..."

Hanya kalimat itu yang bisa Karina katakan pada Minjeong. Tak ada kata lain yang mampu menghapus rasa bersalah dan penyesalan di hatinya, apalagi sosok di depannya ini menatap dirinya dengan tatapan khawatir.

"Nggak apa-apa Karin, nggak usah minta maaf. Aku tau semua ini terjadi bukan atas kehendak kamu, nggak apa-apa."

Karina kembali menangis keras saat Minjeong memeluknya dengan erat. Rasa pelukan nya masih sama, hangat, nyaman dan menenangkan.

"Feel better?"

Karina mengangguk.

"Minum dulu," ucap Minjeong seraya memberikan segelas air putih pada Karina, tangan besarnya bergerak menghapus air mata Karina.

"Jangan sedih lagi, aku sakit liatnya Rin."

Karina menghela nafas pelan sebelum berbicara.

"Aku minta maaf, seharusnya aku nggak bawa Winter tadi. Aku kira setelah kita pisah Mama bakalan nerima Winter, ternyata nggak. Aku sakit hati Minjeong, apalagi waktu Mama sengaja tumpahin air panas ke tangan Winter."

Minjeong menghela nafas panjang, memang ibu mertua nya itu sangat amat membenci dirinya karena ia miskin, perbedaan kasta yang jauh membuat ibu Karina tak pernah merestui dirinya dengan sang putri, Karina.

Apalah daya, dulu dirinya hanya seorang anak dari pemilik bengkel, sedangkan Karina adalah anak dari pemilik rumah sakit ternama di kota ini.

"Salahku," balas Minjeong sambil terkekeh pelan.

"Semua ini salahku, Rin. Mama kamu benci sama Winter itu karena aku," lanjut Minjeong.

"Enggak, bukan salah kamu. Stop nyalahin diri kamu sendiri, aku nggak suka!"

"Faktanya begitu. Udah malam, mending kamu istirahat di kamarku, nanti aku tidur sama Winter."

Saat Minjeong akan beranjak dari duduknya tiba-tiba Karina menarik tangan Minjeong hingga si pemilik tangan terduduk kembali.

"Minjeong..."

"Bisa nggak kita kembali lagi?" Tanya Karina penuh harap.

Minjeong terkekeh pelan, "Kenapa kita harus kembali kalo kamu yang memutuskan untuk berpisah kemarin?"

DivorcedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang