Chapter 8 - Es dan Api

3 1 0
                                    

Sementara itu, situasi di Tim Alpha tak terlihat begitu baik.

Telah terjadi pertarungan sengit antara empat orang knights melawan dua chaos. Tidak heran, mereka ditugaskan untuk membasmi rupture yang paling kuat, karena itulah chaos yang mereka hadapi cukup menyusahkan.

"Sial, mereka benar-benar tidak bisa diserang!"

Pria berambut merah dengan sarung tangan besi adalah Miero. Sejak tadi serangan yang ia keluarkan tidak membuahkan hasil, kemampuannya adalah mengeluarkan listrik dari sarung tangan prisma yang ia pakai.

Sementara itu, Alex dan Natalya menyerang dari kedua sisi dengan serangan jarak jauh, tembakan bertubi-tubi dari drone Alex dan pistol merah Natalya seakan tak menggertakan dua chaos di hadapan mereka.

Irene, pelindung sekaligus ketua tim ini yang bertugas sebagai pemain depan, bahkan kewalahan dan terluka di beberapa bagian tubuhnya. Kulitnya yang berwarna sawo matang mengalami luka robekan di sana-sini, mengucurkan darah segar.

Dua chaos itu tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, tapi jika mereka bisa, mereka pasti terkikik melihat perjuangan empat manusia di hadapannya.

***

15 menit yang lalu.

Tim Alpha yang baru saja berkomunikasi dengan Tim Gamma terlihat berkumpul di suatu tempat, yang merupakan sebuah area parkiran luas di ruang terbuka. Mereka telah sampai ke lokasi rupture yang akan mereka tutup.

Robekan di udara itu memiliki ukuran 8 sampai 10 meter, dengan cahaya ungu dan merah yang bersinar bergantian seperti ilusi. Ini adalah rupture berukuran besar dan kekuatan yang dimilikinya jauh berbeda dari yang dihadapi Tim Gamma.

"Berhenti." Seru Irene tiba-tiba, menghentikkan gerak seluruh anggota tim-nya. "Kalian lihat dua batu di depan itu? Sepertinya ada yang aneh dengannya."

"Hmm..sepertinya memang batu itu sedikit berwarna-warni, tapi itu hanya batu?"

"Tidak, instingku berbunyi." Irene langsung membantah komentar Alex. "Aku sudah cukup lama menjadi patrol knight, jujur kedua batu itu membuat perasaanku tidak enak."

Dua batu yang ditunjuk oleh Irene berbentuk bola berwarna abu-abu dengan warna kebiruan dan kemerahan. Memang, kedua benda tersebut terlihat agak janggal karena ukurannya yang cukup besar dan berada di tempat kosong seperti ini.

"Dan lagi, aku belum merasakan adanya chaos sama sekali. Apa ini keberuntungan karena mereka memang belum muncul?" Natalya juga sepertinya setuju dengan Alex. "Jika begitu, kita harus segera menutup rupture-nya dengan mendotron."

"Kalau begitu biar aku yang maju, kalian tunggu di sini."

Irene mencabut sesuatu dari pinggangnya, benda itu berbentuk seperti gagang pedang yang tak memiliki bilah. Ia menekan sesuatu yang mirip seperti tombol dan mengaktifkan mekanisme benda itu.

Gagang tersebut memanjang dan mengeluarkan bilah pedang sebesar tubuhnya, kemudian menyala dengan cahaya biru berkekuatan prisma. Jenis pedang tersebut adalah claymore yang terkenal akan berat namun kekuatannya. Senjata yang sangat cocok digunakan oleh penyerang bagian depan.

"Waw, seorang wanita membawa senjata sebesar itu?" Natalya melipat kedua tangannya, kagum.

"Heh, jangan remehkan Irene, dulu dia adalah mantan atlit bela diri, dia bukan wanita biasa," Miero mendengus dengan bangga. "Dia juga adalah pemimpin kami."

Irene berjalan perlahan sambil meletakkan pedang besar itu di depannya, bersiap-siap jika sesuatu akan terjadi. Ia semakin dekat dengan rupture, hawa kengerian yang terpancar dari objek misterius itu membuat bulu kuduknya merinding, namun ia harus meletakkan mendotron kira-kira hingga sedekat 2-3 meter agar benda itu bisa berfungsi.

Paradox Ultimatum: The LiberationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang