Zee bersama kedua wanita kesayangannya kini sedang berada di salah satu restoran Jepang yang terletak di lantai 3 Mall tersebut, mereka memutuskan untuk mengisi perut selepas mengelilingi Mall selama berjam-jam.
Ketika sedang asik berbincang, Vanya, gadis yang terlampau cerewet itu dengan santainya mengucapkan sebuah kalimat yang mampu membuat satu-satunya pria diantara mereka panik bukan main.
"Ma, abang udah punya pacar."
"Apaan sih, ngaco." Ucap Zee mengelak.
"Kamu udah punya pacar bang?" Tanya sang Ibu.
"Nggak Ma, bohong tuh bocil." Kekeh Zee. Dia berkata jujur, sebab dirinya memang belum memiliki pasangan saat ini. Kalaupun ada, dia pasti sudah cerita pada Ibunya.
"Enak aja ngatain aku bohong, orang tadi aku ikut nganterin."
"Ini yang bener yang mana sih? Adek bilangnya punya, kamu bilangnya nggak. Bikin bingung aja deh kalian ini." Tanya sang Ibu menatap anaknya bergantian.
Agar tak makin bingung, Zee pun menjelaskan inti dari ceritanya, sebab terlalu panjang jika dijelaskan secara menyeluruh.
"Nggak pacaran, Ma. Jadi tadi aku ketemu cewe di cafe, terus pas dia udah mau pulang mobilnya mogok nggak bisa nyala. Ya udah aku ajak bareng aja, kasian soalnya dia banyak bawaan terus sambil bawa anak kecil juga."
"Bawa anak? Terus suaminya?"
"Iya, anaknya masih kecil, umur 4 tahunan kayaknya. Kalo suaminya aku nggak tau, nggak berani nanya juga. Tapi tadi kata anaknya dia nggak punya Papa, jadi kemungkinan sih janda." Jawab Zee.
Vanya ikut menimpali. "Ceweknya cantik banget tau, Ma. Ngomongnya juga lembut banget kayak Mama, apalagi senyumnya, manis banget." Ucapnya menggebu.
"Kalo Mama liat pasti Mama setuju abang sama dia, masih keliatan muda banget soalnya. Malah aku sempet kaget pas tau dia punya anak, mukanya kayak anak kuliahan soalnya." Lanjutnya, mencoba mendeskripsikan sosok Chika yang dia ketahui, tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan. Walaupun baru pertama kali bertemu, namun Vanya yakin bahwa Chika adalah perempuan yang tepat untuk abangnya.
"Mau liat fotonya dong, bang. Mama jadi kepo deh." Ucap Ibunya yang penasaran dengan sosok Chika yang diceritakan putri bungsunya.
"Nggak ada lah, Ma. Orang ketemunya aja baru sekali, nggak mungkin lah aku nyimpen fotonya."
"Loh, jangan bilang nomornya juga kamu nggak punya?"
Zee mengangguk. "Iya. Nggak kepikiran minta, nggak tau juga buat apa."
"Ya buat PDKT lah bang, masa gitu aja nggak tau." Ucap Vanya sedikit kesal karena abangnya yang tidak sat-set. Kalau saja dia yang berada diposisi itu, bukan hanya nomor telepon saja yang diminta, user intstagram bahkan line nya pun akan ditanyakan.
"Kan abang nggak ada niatan PDKT sama Chika, jadi nggak perlu dong."
"Tadi katanya abang suka sama kak Chika, kok nggak mau PDKT?"
Pertanyaan itu menjadi penutup perbincangan mereka kali ini, pertanyaan yang tidak sempat dijawab karena pelayan restoran yang datang mengantarkan pesanan mereka.
"Udah dulu ngobrolnya, nanti dilanjutin dirumah aja."
"Iya, Ma."
Mereka menikmati makanan yang tersaji tanpa adanya obrolan, hanya diiringi sayup-sayup suara pengunjung dan dentingan alat makan.
Setelah beberapa lama, kegiatan makan pun selesai. Mangkuk yang awalnya terisi penuh dengan mi beserta kuah, kini hanya tinggal tersisa kuahnya saja, pun piring yang digunakan untuk menyajikan makanan lain juga sudah terlihat bersih tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEEANDRA
Fanfiction"Aku sayang sama kamu, aku juga sayang anak kamu, apa itu masih nggak cukup untuk kamu bisa terima aku?"