07

595 77 4
                                    

Pacaran ternyata bukan sekadar bermanja-manja, memberikan rasa sayang, pujian, atau punya teman spesial yang bisa menemani ke mana saja, kapan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pacaran ternyata bukan sekadar bermanja-manja, memberikan rasa sayang, pujian, atau punya teman spesial yang bisa menemani ke mana saja, kapan saja.

Pacaran buat Mimo, ternyata juga memberikannya pelajaran tentang mengasah kepekaan. Soal perasaan, soal kesabaran, memahami satu sama lain, memaklumi ketidaksempurnaan orang lain, dan meredam ego.

Enam bulan rasanya belum cukup bagi Mimo untuk bisa memahami sifat dan sikap Nara. Begitu juga sebaliknya. Nara belum sepenuhnya tahu isi kepala Mimo. Senyuman manis tak selalu berarti bahagia. Wajah muram belum tentu sedang bersedih hati.

Tidak ada hubungan yang sempurna dan itu yang membuat manusia berpasang-pasangan. Untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan. Untuk saling bersandar saat hidup terlalu sulit untuk dihadapi.

Ada banyak yang dipikirkan Mimo saat ia meminta waktu untuk sendiri. Meski sebetulnya, Mimo sudah kangen luar biasa, tapi menggunakan waktu untuk menyendiri ternyata bisa memberikan pandangan lain bagi Mimo.

"Jadi dewasa itu susah, Mo. Nggak segampang balikin tempe di penggorengan. Kadang apa yang kita denger juga belum tentu bener. Belum tentu cocok sama kondisi kita." Begitu kata sang kakak, Cheriza.

"Abang yakin Nara juga udah berusaha buat nyari waktu yang tepat buat ngomong sama kamu. Tapi kan kita nggak tahu real situation nya gimana. Seenggaknya, dia sekarang udah jujur sama kamu soal keluarganya."

"Akan ada banyak hal yang perlu kamu maklumi sebagai pasangan Nara buat saat ini. Kalau udah punya suami, akan beda lagi ceritanya."

Mimo membenamkan wajahnya pada bantal. Tubuhnya telungkup di atas kasur, sementara sang kakak membuat revisi design di meja kerjanya.

"Kamu harus minta maaf juga sama Nara nanti. Dia pasti terluka juga kamu kayak gini."

"Hnggg..."

"Malah nangis. Yang minta break kamu kan? Jangan lama-lama, kamu gak boleh terlalu larut sama masalah ini. You have to decide, kalau masih sayang, lanjutin. Kalau kamu masih nggak nyaman, coba kasih pengertian sama Nara."

"Bang..."

"Hmm?"

"Abang pernah bikin salah juga sama Mas Bian? Terus baikannya gimana?"

"Hahahah. Ya, pernah lah. Abang kan manusia juga. Pasti pernah bikin salah. Abang biasanya langsung minta maaf aja sama Mas Bian. Nggak semua mudah, tapi setidaknya abang udah mengakui kesalahan."

"Humm..."

"Udah berapa lama ini break ala-ala nya?"

"Satu minggu."

"Lama banget? Keburu pindah ke lain hati si Nara."


"Ihh abang!"

"Kirain cuma tiga hari. Seminggu mah abang mending cari pacar baru daripada macarin kamu."

Kembang SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang