Kata orang cinta pertama itu selalu punya cerita yang membekas di hati. Bahkan saat tak lagi bersama, cinta pertama itu akan muncul di malam-malam sunyi.
Cerita cinta masa SMA dari Timothy dan Lembayung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana di dalam kelas terasa begitu sendu. Tak lain karena musim penghujan yang mulai menyapa di awal bulan November. Awan tebal dan hujan deras masih mengguyur di luar, seolah meningkatkan rasa malas tidak hanya bagi para murid, tapi juga guru-guru yang setengah hati harus meninggalkan tempat tidur mereka yang nyaman.
Mimo menggeliat di kursinya. Merapatkan sweater abu-abu yang ia pakai demi menghalau udara dingin yang terasa menusuk ke dalam kulitnya. AC kelas bahkan tidak dinyalakan tapi ia merasa kedinginan.
Otaknya tidak bisa berkonsentrasi. Tiba-tiba saja memikirkan sisa insiden dua minggu lalu saat ia harus terlibat dalam jebakan yang dibuat Gerald.
Entah ke mana anak itu sekarang. Apakah benar-benar sudah pindah, atau masih di sekolah yang sama? Mimo berusaha tak mau bertemu, tak mau tahu, tapi tak bisa menyangkal rasa penasaran.
Ia takut kalau Gerald berbuat onar. Apalagi setelah dikonfrontasi langsung oleh Nara.
Ah, ngomong-ngomong soal Nara. Mimo sudah dua minggu tak bertemu kekasihnya itu. Hanya sekadar bertukar pesan singkat, video call, dan sleep call di akhir pekan.
Rasa rindu mulai menyeruak di dalam dadanya. Jika bukan karena hukuman yang sedang dijalani, Mimo sudah pasti mendatangi kelas Nara setiap jam istirahat.
Tapi Mimo juga tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya, juga sang kakak Izza. Ia sudah berjanji untuk menjalani hukuman dengan sepenuhnya.
"Kerjakan soal di halaman 28 ya. Bapak mau ke kantor sebentar. Jangan ribut oke?"
"Okeee paaaaaak."
Seisi kelas menjawab Pak Gama, guru Bahasa Indonesia yang humoris dan baik hati. Kesayangan semua murid di sekolah Mimo.
Sang guru hanya tersenyum jenaka. Mengetahui kalau murid-muridnya pasti akan ribut dalam hitungan detik setelah ia keluar dari dalam kelas.
Mimo membuka halaman yang disebut Pak Gama dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan. Beberapa murid melakukan hal yang sama. Sisanya seperti biasa, mengobrol dan makan jajanan yang mereka sembunyikan di kolong meja.
"Mo, weekend besok ke Dufan yuk?" Gissele yang duduk di sampingnya menawarkan liburan singkat ke taman rekreasi.
Mimo sungguh ingin pergi. Tapi ingat kalau ia masih dalam masa hukuman.
"Gak bisa Gis, lagi gak dibolehin main sama nyokap."
"Hah? Tumben? Pacaran mulu sih lo sama si Nara, hahahaha."
Ah, nama itu lagi. Kalau saja Mimo bisa diam-diam bertemu dengan Nara. Tapi bagaimana caranya? Mimo benar-benar tidak ingin melanggar hukumannya. Takut kalau nanti hukumannya malah bertambah.
"Gue ke toilet dulu, ah."
Mimo lantas bangkit dari kursinya dan berjalan ke luar kelas. Hujan masih turun dengan deras. Suasana sekolah yang biasa ramai terasa berbeda. Hanya terdengar suara guyuran air hujan yang jatuh di permukaan genteng dan jalanan.