Orang bilang masa-masa ospek itu adalah masa paling seru, paling mengesankan, dan momen paling tepat untuk mengincar teman baru, pacar baru, bahkan selingkuhan baru. Tapi bagi Mimo, tidak ada yang spesial dari masa orientasi di kampus seperti ini.
Ia harus bangun pagi-pagi buta, membawa barang-barang yang tidak penting, dan berusaha sekeras tenaga agar tidak jadi sasaran kejahilan kakak kelasnya. Dan yang paling menyebalkan, karena ia tidak bisa satu kampus dengan Nara.
Pacarnya berangkat ke Bandung satu bulan lebih awal dari yang direncanakan. Tak lain karena Papa Nara sudah menyiapkan apartemen kosong untuk Nara tinggal selama kuliah di sana. Gara-gara apartemennya kosong, Nara harus berbenah untuk mengisinya dengan perabotan yang ia perlukan.
"Lebih enak kalau kosongan, kamu kan bisa ngisi pakai barang-barang yang kamu perlukan saja." Kata Papa Nara saat itu.
Mimo menghembuskan nafasnya dengan bibir cemberut. Ini adalah hari terakhir ia ikut masa orientasi dan ia tidak sabar menunggu waktu pulang pukul lima sore nanti. Mimo menatap punggung tangannya, melihat bagaimana kulit tangannya berubah belang karena mengikuti kegiatan di luar ruangan empat hari berturut-turut.
"Halo, Timothy, ya?"
Mimo yang sedang duduk santai sendirian di jam istirahat segera menegakkan punggungnya.
"Iya kak?"
Kakak kelas wanita bernama Claudia menyapa Mimo. Perawakannya mungil dengan rambut berwarna chestnut sebahu. Poninya tampak sempurna, dihiasi jepit merah muda di sebelah kiri.
"Temen gue ada yang mau kenalan," Claudia mengatakan tanpa basa-basi, dan Mimo gagap seketika. Ia sungguh sedang tidak ingin dijadikan bahan keusilan seniornya. Tapi ia tidak bisa menolak.
"S.. siapa ya kak?"
"Ikut gue."
Dengan berat hati Mimo mengikuti seniornya itu berjalan menuju sebuah gedung yang ia tahu sebagai 'markas' anak-anak pecinta olahraga. Gedung berlantai dua itu diisi oleh UKM olahraga, mulai dari basket, badminton, voli, sepakbola, dan beberapa olahraga lainnya.
Sepanjang jalan Mimo mengingat-ingat apakah ia melakukan kesalahan selama empat hari masa orientasinya? Padahal ia sudah sangat yakin kalau ia sukses berada di bawah radar, menjauhi masalah, dan disiplin dengan tugas yang diberikan.
Mimo dan Claudia naik ke lantai dua, lalu berjalan menuju ruangan di paling ujung. Di sana ada beberapa senior yang tinggi badannya melebihi Mimo. Bahkan Claudia terlihat semakin mungil ketika berdiri di samping mereka.
"Nih, Timothy Huang, FISIP HI kan?" Claudia bertanya pada salah satu pria dengan rambut agak gondrong.
Pria tersebut tersenyum lebar ketika melihat Mimo, lalu menjulurkan tangan.
"Januar."
"T.. Timothy."
Mimo menjabat tangan pria bernama Januar itu ragu-ragu. Takut kalau tubuhnya dibanting setelah menjabat tangan seniornya itu.
"Udah punya pacar?"
Mata Mimo membelalak.
Anjir? Apaan sih?!
Tapi Mimo hanya bisa menganggukkan kepala tanpa berani mengatakan jawabannya.
"Ah, anak mana pacarnya?" Januar bertanya sambil bersandar ke dinding dan melipat kedua tangannya di dada.
"Bandung Business Institute." Mimo menjawab tanpa ragu.
Januar bersiul. "Keren juga pacar lo. Pinter, tajir juga ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembang Sepatu
FanfictionKata orang cinta pertama itu selalu punya cerita yang membekas di hati. Bahkan saat tak lagi bersama, cinta pertama itu akan muncul di malam-malam sunyi. Cerita cinta masa SMA dari Timothy dan Lembayung.