04

634 89 10
                                    

"Mimoooo, ada temennya di depaaaaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mimoooo, ada temennya di depaaaaan."

Suara lantang seorang ibu menggema di rumah mungil pukul 6 pagi. Sembari sibuk membuat kopi hitam milik sang suami, ia memanggil anak keduanya yang masih asyik berdandan di lantai dua.

"Iyaaa sebentaaaaar."

Tidak biasanya Mimo bangun lebih awal bahkan sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Biasanya sang kakak, Cheriza, yang akan jadi algojo untuk membangunkan si anak tengah, yang dikenal sebagai si tukang tidur.

Suara langkah kaki setengah berlari terdengar pada anak tangga yang dilapisi lantai kayu. Mimo turun dengan seragam yang terpakai rapi, sepatu sneaker hitam, ransel kuning pucat yang menggantung di punggung, dan jaket biru navy ia pegang erat-erat.

"Tumben pagi-pagi udah ganteng?" Cheriza bertanya.

Tangannya sibuk mengoles selai stroberi, sementara matanya awas memperhatikan adiknya yang sudah berdandan bak model majalah, dengan tatanan rambut rapi dan tubuh yang wangi.

"People change." Mimo tersenyum lebar.

"Idih, tumbenan? Gitu dong, jangan dibangunin mulu kerjaannya. Punya motivasi buat jadi anak berprestasi." Cheriza memberikan pujian yang disambut tawa adik bungsunya.

"Motivasi ketemu pacar." Juni menyambar.

"HEH!"

Sebuah jitakan mendarat tepat di atas kepala Juni, membuat sang adik meringis sambil mengamuk dengan rengekan.

Mimo hanya tertawa dan mengambil satu potong roti dari sang ibu dan berpamitan.

"Mimo duluan!"

Ketika ia membuka pintu rumah, Nara sudah menunggu di atas motor matic berwarna merah. Ia tersenyum menyambut Mimo yang baru dipacari tiga hari. Ini kali pertama Nara memberanikan diri untuk menjemput Mimo.

Ia sempat turun dari motor dan mengetuk pintu rumah, dan disambut oleh Juni- Adik Mimo yang tampil dengan rambut mangkok pagi itu.

Nara menunggu di teras rumah, tapi saat mendengar teriakan ibu Mimo yang memanggil nama pacarnya, Nara tiba-tiba panik dan kembali ke atas motor sambil mengelus dada. Padahal ini bukan film horor, tapi sangat menegangkan.

"Maaf lama. Tadi ngambil roti dulu. Kalau gak sarapan dimarahin Bunda," kata Mimo yang masih mengunyah roti tawar dengan selai stroberi.

"Kamu sarapan tiap hari ya?"

Nara menunggu Mimo benar-benar menghabiskan rotinya sebelum menawarkan helm hitam untuk dipakai.

"Hu umm."

"Kalau gitu aku jemput kamu setelah sarapan aja gimana? Biar kamu makan dulu. Aku soalnnya jarang sarapan. Suka mules."

Mimo memukul bahu Nara, merasa Nara seharusnya sarapan pagi agar perutnya tidak sakit.

Kembang SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang