Kata orang cinta pertama itu selalu punya cerita yang membekas di hati. Bahkan saat tak lagi bersama, cinta pertama itu akan muncul di malam-malam sunyi.
Cerita cinta masa SMA dari Timothy dan Lembayung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Juni, itu kakak kamu yang ke berapa sih?"
"Kedua, kenapa emang? Tawa suka ya sama kakak nya Juni?"
"Hah? Enggak dih. Aku nanya doang. Kakak kamu banyak, ya?"
"Cuma dua kok, banyak dari mana?"
"Dua banyak loh. Kamu pasti disuruh-suruh mulu ya?"
"Mmm.. iya sih. Tapi kan Juni dapet upah."
"Idih, kayak bocah SD aja masih dapet upah."
"Eh, lumayan tau. Juni bisa ngumpulin 100 ribu satu minggu. Hahaha."
Obrolan ringan dari dua anak SMP yang sedang duduk di kursi kantin mengalir seperti tidak ada beban. Padahal PR matematika dua halaman sudah menunggu untuk dikerjakan dalam buku LKS masing-masing. Tapi keduanya belum beranjak dari sekolah untuk pulang, apalagi mengerjakan PR matematika.
Sore itu Juni sedang menunggu Mimo selesai mengikuti kelas tambahan sebelum ikut ujian nasional. Kebetulan di rumah sedang tidak ada orang, jadi Juni diminta untuk menunggu Mimo pulang agar tidak sendirian menjaga rumah. Dan entah bagaimana, ia diyakinkan oleh teman dekatnya, Atawa, untuk ditemani sampai kelas Mimo selesai.
Sebetulnya Juni sudah melihat sosok sang kakak berjalan ke arah kantin. Hanya saja beberapa orang menyapa Mimo dan ia tertahan untuk sekadar ngobrol dengan teman seangkatannya.
"Kalau yang itu siapa? Aku kira yang di sebelah kanan itu kakak nya kamu."
Juni melihat sosok yang ditanyakan Tawa sedang berjalan di samping Mimo. Cowok dengan perawakan tinggi semampai, wajahnya tampan tapi Juni tidak mau mengakui itu.
"Oh, itu pacarnya Kak Mimo namanya Bayu, tapi Akak sih manggilnya Nara. Dia baik cuma bokek aja."
"Hahahah. Tahu dari mana emangnya kalau dia bokek? Sotoy banget kamu."
"Seriusan. Kerjaannya kalau ke rumah minta makan, terus tidur seharian, terus main game sama Juni, terus pacaran. Anehnya, Bunda bolehin tuh Kak Bayu begitu. Kata Bunda biar Kak Mimo gak main keluar."
Atawa hanya memperlihatkan ekspresi wajah terkejut dengan mulut sedikit menganga. Iri rasanya bisa seharian berada di rumah Juni. Apalagi bisa main game dengan gebetannya itu.
"Kalau Tawa, boleh gak main seharian di rumah Juni?"
"Gak boleh."
"Pelit banget sih kamu."
"Hih, di sekolah juga ketemu. Ngapain kamu di rumah Juni seharian?"
"Ya kan kang.."
"Bocah gak boleh pacaran tahu."
Tawa menghentikan ucapannya saat Mimo datang menghampiri keduanya. Ia bisa melihat wajah kakak kedua Juni itu dengan jelas dan dalam jarak yang cukup dekat. Biasanya ia hanya melihat Mimo sekilas atau dari kejauhan saja.