SATU

164 10 0
                                    

Siang ini matahari begitu semangat mengeluarkan energinya. Namun, hal tersebut tidak membuat para manusia tidak melakukan rutinitas. Manusia, tetap harus melakukan aktifitasnya seperti biasa.

Begitu juga Shena, gadis itu sedang menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah karena jalanan begitu macet padahal letak apartemennya tidak jauh dari kampus. Namun, siapa yang mengira akan memakan waktu hampir dua puluh menit perjalanan.

Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Shena segera mengambil keperluan praktikumnya dan bergegas menuju laboratorium. Ia bahkan memakai jas praktikum sembari berjalan.

Sepanjang perjalanannya di koridor fakultas, gadis itu masih menyempatkan diri untuk menyapa beberapa kakak atau adik tingkat yang menyapanya. Gadis itu, sering disebut social butterfly karena ada saja orang yang mengenalinya.

Siapa sih yang tidak mengenal gadis cantik, ramah dan mudah tersenyum seperti Shena?

Shena akhirnya bisa menghela nafas lega setelah sampai di depan laboratorium dengan tepat waktu. Disana sudah ada beberapa teman sekelasnya yang juga sedang berapalkan nama-nama obat dan materi yang biasanya akan ditanyakan saat pretest sebelum praktikum.

Ah iya, Shena kuliah dijurusan Farmasi. Jurusan yang cukup membuat kepala panas dan terkadang membuat mahasiswanya frustrasi dengan berbagai materinya yang rumit.

Sedang membuka catatannya, tiba-tiba ada seseorang yang berdiri disamping Shena sembari memberikan sebuah buku berisi catatan.

Shena mengarahkan pandangannya kepada orang tersebut.

Dia adalah Ansel. Teman sekelas Shena, namun berbeda gelombang praktikum dengannya. Jadi, sekelas Shena dijadikan dua gelombang saat praktikum. Shena di gelombang kedua, sedangkan Ansel ada di gelombang satu.

"Nih catatan gue, barang kali ada yang keluar pas pretest nanti. Lo bawa dulu aja, Shen" ucap Ansel.

Shena dengan senang hati menerimanya, "Makasih ya, Sel. Tapi, lo ngapain udah sampai di kampus? Bukannya kemarin waktu KRS an lo ambil kelas yang sama kayak gue?" tanya Shena penasaran.

Ansel menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Hayo loh, kalian berduaan mulu" ucap Octi yang entah dari mana tiba-tiba mengagetkan Shena dan Ansel.

"Mulai deh Octi" kilah Shena.

Octi kemudian berdiri ditengah-tengah antara Shena dan Ansel, kemudian menatap Ansel dengan tatapan jahilnya, "Lo modus ya bawain catatan pretest buat Shena? Biar bisa ketemu terus ngobrol deh sama Shena"

"Apaan sih, Octi" sahut Ansel, namun wajahnya sedikit menahan senyum salah tingkahnya.

"Ah, gue mah hafal modus-modus begini. Kalian sama-sama pinter, jadian aja sih biar gue ada temen double date pas jalan sama Daffa"

Shena menghela nafasnya, kelakuan Octi yang seperti ini sudah terlalu sering hingga membuat Shena bosan. Sahabatnya sejak kecil itu, selalu melakukan hal seperti ini ketika Shena ngobrol dengan laki-laki.

"Ck, nggak semua hal bisa lo romantisasikan, Octi. Lagian dari pada lo rempong mikirin gue sama Ansel. Mendingan lo baca deh ini, lima menit lagi praktikum dimulai, gue tau lo pasti belum baca materi lagi. Remed baru tahu rasa lo!" omel Shena.

Octi kemudian mengambil catatan milik Ansel dan menatap Shena dengan kesal, "Iya deh, Shena, si paling anti romatik!"

***

Sore itu, Raka baru saja menyelesaikan perkuliahannya hari ini. Tak terasa, Raka sudah menjalani perkuliahannya hampir tiga bulan.

Jangan tanyakan tentang popularitasnya. Sebelumnya, pria itu bahkan sudah memiliki banyak pengikut di instagramnya hingga terdapat huruf di jumlah following instagramnya.

Trust IssueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang