SEBELAS

44 6 0
                                    

Shena sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, hari ini jadwal kuliahnya full sejak pagi hingga sore, sehingga gadis itu harus menyiapkan barang-barang bawaan untuk praktikum, belum lagi beberapa buku untuk dibawa ke kampus.

Baru saja hendak memastikan barang yang akan di bawa, tiba-tiba smartphone Shena berdering. Saat melihat siapa yang menelefonnya, seketika senyum Shena mengembang.

“Selamat pagi, cantik. Kamu hari ini berangkat kuliahnya pagi ya?”
Terdengar suara Raka setelah telfonnya diangkat oleh Shena.

“Pagi juga. Iya nih kuliahku hari ini full dari pagi sampai sore. Ada apa, Raka?”

“Kasihan banget pacar aku. Tenang, bentar lagi aku mau turun kok. Aku bantuin buat bawa perlengkapan praktikum dan buku referensi kamu” ucap Raka.

“Emang kamu ada kuliah pagi?” tanya Shena.

“Ada nanti jam sepuluh”

“Masih satu setengah jam lagi itu, kamu nggak perlu anterin aku, Raka. Kamu istirahat aja kan belum lama sembuhnya, aku bisa berangkat sendiri kok”

“Nggak boleh, enak aja. Kamu harus aku anterin ya pokoknya, nggak boleh nolak”

“Raka, kamu baru sembuh loh”

“Aku udah sembuh sejak seminggu yang lalu, Shena. Pokoknya nanti berangkat kuliahnya bareng aku”

“Raka, kamu emang udah jadi pacar aku sekarang, tapi bukan berarti harus selalu-”

Belum sampai Shena selesai berbicara, telfonnya sudah terlebih dahulu dimatikan oleh Raka secara sepihak. Sungguh, pria itu sangat menyebalkan sekaligus menggemaskan dimata Shena.

Alih-alih marah, Shena bisa langsung mengerti kalau Raka tidak ingin mendengarkan ucapan Shena lebih lanjut, karena ia masih tetap ingin mengantarkan Shena untuk berangkat kuliah.

Orang kalau lagi bucin, emang beda ya.

Belum sampai Shena selesai memasukkan barang bawaannya, tiba-tiba bel apartemennya berbunyi. Shena sudah bisa langsung menebak siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan, Raka?

Shena membuka pintu apartemennya, tiba-tiba Raka langsung memeluk tubuh gadis itu. Karena panik takut ada yang melihat mereka, Shena berusaha berjalan masuk dan menutup pintu apartemennya meski masih dalam pelukan Raka.

“Kenapa?” tanya Shena.

“Maaf tadi aku langsung matiin telfonnya”

“Kenapa tiba-tiba dimatiin gitu?” tanya Shena lagi.

“Habisnya kamu ngeselin, kan aku mau nganterin kamu berangkat kuliah, sayang. Jangan tolak-tolak aku pokoknya, aku nggak suka”

Shena kemudian melepaskan pelukannya, kemudian menatap Raka. “Yaudah iya aku nggak nolak. Tapi, waktu kita nggak banyak. Mending kamu diam disini biar aku siapin barang buat praktikum dan buku referensi aku dulu. Oke?”

“Oke cantik” sahut Raka.

Shena tersenyum, kemudian menyiapkan perlengkapan yang harus ia bawa hari ini. Dari mulai buku formularium, ISO hingga botol sirup dan pot salep untuk praktikum.

“Tapi ya Raka, barang sebanyak ini biasanya aku tinggal di mobil. Kalau kamu nganterin aku, mau ditaruh mana coba barang-barangnya?” celetuk Shena.

“Nggak perlu khawatir, kamu praktikumnya jam setengah tiga kan? Nanti jam dua aku udah kelar kelasnya, jadi bisa lah aku anterin barang kamu ke fakultas. Udah aman pokoknya, kamu tenang aja”

“Emang kamu dah siap berangkat kuliah sekarang?”

“Udah dong” sahut Raka, kemudian pria itu mengangkat tasnya yang berisi beberapa bukunya.

Trust IssueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang