7. ENMESHED YORE

374 57 20
                                    

Jika pihak agensi menginginkan aktris tambahan atau pemain grup baru, maka dia harus melakukan tugasnya sampai selesai. Walaupun pekerjaan itu tidak ada habisnya. Karena mereka yang terpilih biasanya akan dilakukan seleksi kembali. Naruto tahu bahwa orang-orang yang dipilih olehnya tidak akan dibuang begitu saja, maka dari itu Presiden agensi lebih senang jika ia yang turun tangan.

Oleh karena itu dia sering melakukan metode street casting. Dan hari ini membawanya kembali pada seberang jalan di depan toko roti milik Hinata.

Jujur saja, ini kedua kalinya ia berdiri di tempat yang sama namun tidak ada mengindahkan orang berlalu-lalang. Naruto lebih fokus pada toko roti di depannya. Toko roti itu tutup lebih lama dari kemarin.

"Sasuke?" gumamnya. Ia melihat lampu jalan berubah hijau, waktu yang pas. Ketika sampai di depan toko roti, justru membuat diri bingung ̶ ̶ untuk apa dia ke mari. Hanya karena sahabatnya baru saja masuk ke dalam sana bersama dengan seorang wanita.

Dari balik kaca dia melihat lelaki itu berbicara dengan Hinata. Gadis itu terlihat baik-baik saja hari ini, menanggapi dengan ramah, bahkan memberi salam pada wanita berambut merah muda.

"Eh, kau pria bule itu, 'kan?"

Naruto tersentak, itu lelaki kemarin yang mendorong dirinya masuk ke dalam dapur Hinata.

"Maaf, aku belum sempat memperkenalkan diri. Namaku Suigetsu, Sui, kau bisa memanggilku seperti itu," katanya sembari mengulur tangan. Ia tersenyum ketika mendapatkan respons baik dari lelaki itu.

"Naruto Uzumaki, ah ... omong-omong kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan 'pria bule' aku merasa asing di Jepang."

Sui tergelak, lalu mengibas tangannya. Mengamati pergerakan aneh dari lelaki tersebut yang mengintip dari balik kaca. "Oh," Nada suaranya berubah datar, begitu pula dengan ekspresi wajahnya. Sama seperti Naruto, pandangannya justru fokus pada Hinata. "Anak itu pandai sekali."

"Maksudnya?" tanya Naruto refleks.

"Aku tahu kafe terdekat sini, kau mau ikut?"

Laki-laki itu balik bertanya, membuatnya bingung dengan ajakan tiba-tiba tersebut. Sembari berpikir, melihat ekspresi datar lelaki di depannya, Naruto dapat menyimpulkan kalau Sui ingin menyampaikan sesuatu padanya.

"Ya, tidak masalah." Hingga dia lupa akan penasarannya dengan Sasuke yang tiba-tiba datang ke toko roti milik Hinata.

◊◊◊◊

Terasaki Caffe, Kofu, Prefektur Yamanashi

"Jadi, semalam kalian melakukan apa saja?"

Naruto tersedak, kopi hangat yang diminum itu baru saja datang. Pelayan dengan sigap mengelap meja ketika dia baru meletakkan gelas. "Apa maksudmu?" katanya. "Kami hanya berbicara saja, lebih tepatnya tidak banyak." Masih agak syok dengan pertanyaan tiba-tiba lelaki itu.

Entah kenapa ia merasa diinterogasi dengan tatapan mata tidak tajam, ekspresi datar namun membuat tidak nyaman. Sekarang Naruto mengerti kenapa lelaki itu mengajak dirinya ke mari. "Sungguh, kami tidak melakukan apa-apa. Lagi pula ...," Merasa ragu untuk melanjutkan. "Hinata menangis kemarin ...." lirihnya.

Sui mengembuskan napas, sudah diduga kalau kondisi gadis itu tidak baik. "Jangan salah paham dengan pertanyaanku barusan." Kini percakapan Jugo kembali teringat, memang patah hati itu membuat diri tidak memiliki nafsu. "Kau tidak kebetulan berada di sana, 'kan?" Mengalihkan pembicaraan.

Naruto bergeming, tidak berselera mencicipi kembali kopi di atas meja. Ia menatap pantulan dirinya di sana, mengingat kembali sahabatnya bergandeng tangan dengan wanita yang dia cintai dulu. "Aku hanya melihat sahabatku masuk ke dalam toko roti dan tanpa sadar aku ̶ ̶"

Enmeshed YoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang