Haiii, kangen gak?Kemarin aku sakit, ada kegiatan juga jadi wattpadnya nggak kepegang. Mianeeee :(
Ini bab panjanggg banget buat nebusss.
*****
Ethan tak henti-hentinya melirik Aji geram, cowok itu terus cekikikan bak orang gila sembari melihat cermin di tangannya."Diem, Ji," seru Ethan muak. "Gue lagi baca buku."
"Cermin, cermin, siapa laki-laki paling tampan di Langit Abadi?" Aji menatap cermin kecil hijau lumut itu lalu menjawab sendiri. "Gue? Iyalah! Jelas! Aji Pangestu nomor satu tampannya. Itu alasan si Alga suruh muka gue di tutup."
Usai itu Aji cekikikan lagi hingga membuat Ethan selaku teman sebangkunya hanya menghela nafas sabar.
"Bahagia lo gak ada Alga tiga hari ini?" tanya Ethan kesal.
Aji mengangguk semangat lalu detik berikutnya segera menggeleng. "Kangen gue. Ada yang kurang gak ada Alga."
"Tapi gue seneng gak perlu pake topeng maling lagi," tambah Aji kembali mempertontonkan cengiran tampannya.
"Gue kayaknya tau kenapa Alga berubah," Aji tiba-tiba memasang wajah serius. "Gue terlalu sibuk mikirin seneng-seneng sampe lupa kalau Alga gak punya keluarga lagi. Otomatis dia---"
"Nanggung semua beban," sambung Ethan.
Keluarga Ethan memang yang paling sederhana dari kedua temannya. Bahkan bisa dibilang Ethan berasal dari keluarga biasa saja, ia bahkan butuh beasiswa untuk sekolah di tempat sebagus ini. Dan Ethan tau, hidup orang kaya jauh lebih memusingkan. Bukan soal harta yang tidak akan habis, tapi soal bagaimana mempertahankan semua yang telah diraih.
Apalagi keluarga Alga begitu aktif di dunia bisnis. Sekolah, perusahaan, pabrik, dan lainnya. Semua itu secara otomatis menjadi tanggung jawab Alga. Bukan hanya berat, namun juga beresiko. Di pimpin oleh bocah SMA, pasti tidak sedikit yang memberontak dan meremehkannya.
"Besok si Al pulang," ucap Aji setelah membaca pesan dari Alga. "Bukannya dia bilang seminggu?"
"Kangen rokoknya kali," jawab Ethan asal.
"Kemarin aja sok-sokan bilang punya pacar ke semua penghuni sekolah, tapi nyatanya tetep aja balik ke Renata," Aji terkekeh.
"Gue?" Renata menunjuk dirinya. Gadis itu baru saja memasuki kelas mereka dengan setumpuk buku di pelukannya. "Gue kenapa?"
"Lo ngapain di sini?" tanya Ethan dengan tatapan dingin.
Renata berdecih. Ethan memang paling sensi padanya. Benar-benar selalu ketus dan kejam.
"Gue bawain buku cetak disuruh wali kelas kalian," jawab Renata ketus lalu meletakkan buku di meja Guru. "Tugas OSIS ya gini, pesuruh sekolah."
Ethan benci Renata. Di hadapan para Guru ia bersikap baik seperti murid ramah dan berhati lembut. Padahal di belakangnya gadis itu sering menggerutu. Ethan tidak menyukai sosoknya yang seperti itu. Bermuka dua.
"Jawab dulu, gue kenapa?" ulang Renata mendekati tempat duduk kedua laki-laki itu.
"Alga bilang lo dan dia .... lo tau lah, gitu, nganu," Aji melirik Ethan yang masih mempertahankan ekspresi datarnya. "Ya gitu, lo jadi--"
"Cigarette. Gue tau lo nggak bodoh," sambung Ethan setelah mengingat pembicaraan singkat mereka di atap sekolah waktu itu.
"WHAT?!" Renata menggebrak meja. Dari shock, lama kelamaan wajahnya berubah sumbringah. "AL?! SERIUS AL BILANG GITU?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGASYA ; STEP BROTHER
Teen Fiction(TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA) Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan sebelum tidur, Asya tidak bisa sendirian. Berkebalikan dengan...