"Buku udah, pulpen udah, peralatan MOS udah, apalagi ya?" seorang cewek dengan celana pendek hitam serta kaos kebesaran senada tampak berfikir serius. "Ah iya, botol minum!"
Namanya Asyakilla Vegas. Besok adalah hari pertamanya menginjakan kaki di masa putih abu-abu. Malam ini Asya sudah bersiap-siap karena dia tidak mau ada kesalahan apapun untuk hari pentingnya.
"Kak Alga?" Asya melongokan kepalanya keluar pintu dan menatap sekeliling, untungnya tidak ada sosok itu. Setelahnya Asya berjalan ringan menuruni tangga menuju dapur dengan botol Tumbler merah di tangan.
Asya tersenyum lega setelah mengisi air untuk botolnya. Sesaat dia terdiam melihat rumah besar yang begitu kosong. Di rumah ini tidak ada siapapun selain dia dan kakaknya. Mereka hanya tinggal berdua, tepatnya lima bulan lalu setelah kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan mobil.
Asya sudah biasa sendiri meski awalnya sulit, dan sekarang dia justru merasa nyaman. Mungkin kepribadiannya sudah berubah menjadi introvert.
"Eh, suara apa?" Asya merinding, dia melihat jam di dinding, pukul dua malam. Ada suara-suara aneh di luar rumah saat dia menaiki tangga.
Asya semakin menegang saat suara semakin keras, namun kemudian dia lega karena pintu utama terbuka dan menampilkan seorang cowok jangkung dengan jas kantoran yang melekat. Berantakan, baik rambut bahkan dasinya sudah tidak terlihat baik. Walau anehnya dia malah makin terlihat tampan.
"Kak Alga baru pulang?"
Mendengar suara dari tangga, Alga langsung mendongak. Manik matanya bertubrukan dengan milik Asya, dan entah mengapa Asya merasa gugup. Mungkin karena mereka sudah jarang berinteraksi.
"Udah," jawab Alga singkat, tidak berniat melanjutkan obrolan sama sekali. Bahkan, tidak bertanya mengapa Asya belum tidur. Dia memang tidak perduli pada adiknya itu.
"Kak Alga ... mau di mandiin?" tawar Asya karena hening yang canggung. "Eh maksudnya mau di siapin air buat mandi?"
Alga hanya terdiam di pijakannya, tidak melangkah meski terlihat sekali dia ingin segera beristirahat. Mungkin karena ada Asya yang menghalangi tangga. Dia enggan berpapasan dengan Asya.
"Gak usah," jawab Alga dingin. Tatapannya seperti mengusir, membuat Asya akhirnya memilih pergi.
"Aku ke kamar, selamat istirahat Kak Alga. Panggil aku kalau butuh sesuatu, di buatin makan, minum, atau di pijat. Aku bisa semua."
Setelah kepergian Asya, Alga mengusap kasar rambutnya yang berantakan. "Pijat?" Alga menghela nafas. "Yang ada lo gue makan, Sya."
*****
"Aaaa! Gak bisa tidur!" Asya berucap gelisah. Selalu seperti ini, entah excited atau ketakutan. Intinya Asya tidak bisa tenang setiap tau jika besok akan keluar rumah atau ada acara tertentu.
Sejak kelas satu SD Asya tidak pernah keluar terlalu lama, dia selalu di rumah karena orang tuanya yang sangat protektif. Bahkan Asya tidak pernah masuk sekolah umum hingga selesai SMP. Besok adalah kali pertamanya masuk sekolah biasa setelah melakukan home schooling selama ini.
"Mama," kedua mata Asya berkaca-kaca mendadak merindukan sosok Mamanya. "Besok aku jadi manusia normal, aku takut."
Berlin, Mama Asya adalah seorang Kepala Sekolah di SMA Langit Abadi, sekolah yang akan Asya datangi besok. Berlin tau pergaulan semakin tidak terkendali melihat bagaimana murid-muridnya, karena itu dia tidak membiarkan Asya tercemar seperti mereka dengan mengurung Asya di rumah selama ini. Berlin sangat mencintai Asya, dia tidak ingin Asya menjadi gadis nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGASYA ; STEP BROTHER
Teen Fiction(TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA) Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan sebelum tidur, Asya tidak bisa sendirian. Berkebalikan dengan...