2 || SMA Langit Abadi

408K 19.7K 2K
                                    



Aula SMA Langit Abadi yang luas sudah terisi oleh murid-murid baru yang mengenakan seragam sekolah lama mereka sesuai aturan. Pelaksanaan MOS hari ini begitu tegang, sebaris anggota OSIS di depan sana memasang wajah serius yang membuat semua murid menelan ludah kasar.

"Baru jadi murid baru udah berani terlambat, lo?!" seorang cewek dengan nametag Renata berkata tajam, wajahnya jutek, auranya benar-benar seperti senior yang menyeramkan. "Lo gak mikir kakak-kakak senior lo aja udah dateng duluan, berani banget lo datang dengan muka tembok kaya gini?!"

Seluruh murid menatap ke arah yang sama, seorang cowok tampan yang kini menjadi santapan Renata. Name tag seragamnya menuliskan nama Darren Narendra. Wajah tengil pria itu tidak terlihat perduli sedikitpun.

"Ya maap, namanya kesiangan," sahut Darren santai.

Di tengah ketegangan itu, seorang perempuan dengan ransel merah muda membuka pintu aula. Seketika semua pandangan tertuju padanya, termasuk seluruh anggota OSIS di depan. Suasana langsung hening dengan berbagai macam makian dari tatapan mereka pada gadis itu. Pasti amukan Renata bertambah karena dia!

Asya menebar senyum lalu mengangkat salah satu tangannya. "Hai semua! Aku Asya!" sapa Asya begitu ceria.

"Bocah tolol," gumam Darren terheran-heran.

Renata mengusap kasar wajahnya. "Lo!" dia menunjuk Asya dengan wajah marah. "Lo telat lima menit!"

Asya membulatkan mulutnya lalu mengangguk mengerti. "Oh, gitu."

"OH, LO BILANG?!" seru Renata dengan wajah memerah emosi.

"Iya," Asya mengangguk kecil. "Maaf ya, tadi ojol aku kesasar sampe pasar ikan. Jadi aku terlambat sedikit."

Seluruh isi aula menahan tawa karena ucapan yang begitu lancar dan jernih meluncur dari bibirnya. Ketegangan mereka sirna karena kemunculan gadis itu.

"Gue gak perduli!" sentak Renata.

"Oh iya, aku juga habis buat sarapan untuk kakak aku. Meskipun kayaknya bakal di buang lagi ke tempat sampah," Asya menggaruk dahinya yang tidak gatal. "Udah sih, itu aja."

"GUE GAK MINTA PENJELASAN LO!" ucap Renata berapi-api, dua tanduk seakan muncul di kepalanya. "SEKARANG KELUAR LO! BERDIRI DI LAPANGAN SEBAGAI HUKUMAN!"

"Oke," Asya langsung melenggang keluar dari aula sesuai arahan.

"Cepet tua gue," gumam Renata melihat kelakuan junior barunya itu.

"Lo mau kemana?!" seru Renata ketika melihat Darren ikut melangkah pergi.

"Gue juga telat, mau ngejalanin hukuman lah. Pake nanya lagi," gerutu Darren menatap Renata kesal, kemudian dia melanjutkan langkahnya dengan kedua tangan tenggelam di saku celana. Tampan tapi menyebalkan.

"Udah-udah!" Siska menghentikan Renata sebelum perempuan itu mengangkat bangku di sebelah dan melemparnya pada Darren. "Biarin aja, kita lanjutin acaranya!"

Renata menghela nafas sabar. Masih pagi dan rasanya seluruh tubuhnya sudah panas karena emosi.

"Ngomong-ngomong, Al kayaknya gak bisa hadir hari ini," ucap Siska. "Mungkin dia bakal absen lagi. Belakangan ini juga anaknya sering gak masuk."

Renata yang memasang wajah murka langsung melembut. "Gak apa-apa, ntar tugasnya Al gue yang gantiin."

Siska tersenyum. "Calon pacar yang baik yah gini nih," godanya membuat semburat merah muda timbul di wajah Renata.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang