16 || Lipbalm

310K 17.8K 4.9K
                                    


Siapa yang nunggu notif?!☝🏻

Bacanya pelan-pelan aja biar gak cepet habiss wkwkwkwk.

****

Asya kira Alga hanya main-main dengan ucapannya kemarin. Tapi hari ini laki-laki itu sungguhan membawa Asya ikut bersamanya. Sepulang sekolah, Alga mengendarai mobilnya langsung menuju kantor karena ada beberapa hal yang perlu ia urus. Usai memarkirkan mobil, ia keluar diikuti oleh Asya.

Gadis dengan rambut terikat dua itu terperangah dan membuka mulut lebar menatap gedung pencakar langit yang baru kali ini ia datangi. Kantor milik Zayan, Almarhum papa Alga.

"Kak Alga," Asya melangkah cepat saat Alga berjalan masuk sambil memeriksa ponselnya.

Alga menunduk kala merasakan tarikan di ujung seragamnya. Tangan kecil Asya meremas di sana sambil berjalan di sebelah Alga. Berusaha mencari perlindungan sebelum memasuki tempat baru itu.

Asya tersenyum lebar, wajahnya berseri-seri. "Satu, dua," dengan tangan lain ia menunjuk. "Ada berapa lantai? Aku bisa ke lantai paling atas gak? Pengen nyoba pegang awan."

"Awan itu zat gas, gak bisa lo pegang."

"Tapi keliatannya empuk. Aku pengen pegang," Asya ngotot, alisnya bahkan sampai menukik. "Kak Alga emang pernah pegang? Jangan sok tau deh. Kata Mama awan itu lembut."

Alga mengangkat jari telunjuk untuk mendorong kecil dahi Asya. "Belajar, biar gak bego."

Saat memasuki lobi kantor, remasan tangan Asya di seragam Alga semakin menguat. Meski tidak menunjukkannya, Alga tau jika kini Asya sedang gugup. Gadis itu belum pernah datang ke tempat seperti ini selama hidupnya.

"Seragam gue lecek," tegur Alga membuat Asya mendongak dan melepaskan tangannya langsung, takut Alga merasa tidak nyaman.

"Sini tangan lo," seru Alga.

Asya mengulurkan tangannya takut-takut, berfikir Alga akan memarahi dan memukul tangannya seperti yang dulu dilakukan sang Mama.

Asya tertegun karena Alga malah menggenggam jemarinya, membungkus jari kecil Asya di balik tangan besarnya. "Gini aja."

Semakin melangkah masuk, Asya semakin merasa aneh. Ia memang tidak mengerti apapun, tapi di sinetron yang Asya tonton selalu menunjukkan pegawai yang menyambut bosnya datang. Berbeda dengan sekarang, semua orang tidak memperdulikan Alga. Malah ada beberapa yang melirik sinis dan berbisik dengan suara di keraskan.

"Berani banget datang ke sini pake seragam sekolah."

"Bocah kaya dia bisa apa sih? Ngurus diri sendiri aja gak bisa, sok-sokan mau ngurus perusahaan."

"Anak perusahaan lain udah hancur, bentar lagi juga perusahaan utama ini yang runtuh kalau dia yang ngurus."

Asya melirik beberapa perempuan itu dengan tajam. Berani-beraninya mereka mengolok-olok Alga dengan sengaja seperti itu?

"Tante, mulutnya di jaga," peringat Asya. "Kak Alga udah kerja keras selama ini. Kalian nggak tau apa-apa!"

Alga sedikit terkejut mendengar Asya bersuara untuk membelanya. Gadis itu tampak marah dan ia tidak bisa menyembunyikan rautnya tersebut.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang