Chapter 10

3.6K 390 4
                                    

nomu khamsahamnida buat yang vote🙇🙇

Happy reading and enjoy!

...

Jam pelajaran sudah berakhir, serta bel pulang sekolah pun sudah berbunyi.

seluruh siswa-siswi yang tadinya merasa lemas, langsung bersemangat saat mendengar suara bel yang begitu nyaring.

lantas semuanya berhamburan keluar dari lingkungan sekolah untuk menuju rumahnya.

di sisi lain, Asteria dan Nova juga sama senangnya. dua gadis itu kini terlihat bercengkrama sembari berjalan menuju arah parkiran.

ah tidak, maksudnya hanya Nova yang terlihat aktif berbicara. sedangkan Asteria hanya menanggapinya sesekali.

"kamu pulang sama siapa?"

Asteria terdiam, matanya bergulir melihat seorang pemuda tampan yang tersenyum kearahnya.

"kayak biasa, sama bang Sadipta" jawaban dari Asteria membuat Nova mengangguk mengerti.

"kalo aku sih di jemput sama supir pribadi aku" ujar Nova sembari tersenyum.

"idih, bodo amat kata gue mah"

Asteria juga membalas dengan anggukan, gulir matanya ingin sekali mendelik ke arah Nova. ah namun ia harus menahannya.

"yaudah, aku duluan ya Nova" Asteria melambaikan tangannya ke arah Nova, ia lantas berlari kecil menghampiri Sadipta.

"ciee.. Abang nungguin aku!" celetuk Asteria membuat Sadipta tersenyum gemas dan langsung mendekap nya erat.

"kangen banget sama cantiknya Abang ini"

Asteria hanya membiarkannya, lagian ia juga senang di peluk oleh lelaki tampan.

"kayak gak ketemu setahun aja" jawaban dari Asteria membuat Sadipta melepas pelukannya.

ia dengan cepat mengecup pipi Asteria seraya tersenyum manis.

"jangankan setahun, sehari aja gak ketemu kamu Abang bakalan kangen berat"

Asteria hanya mendengus, memukul pelan lengan Sadipta.

"lulusan universitas buaya mana ini?"
setelah mengatakan nya, Asteria lantas masuk ke dalam mobil sang Abang.

niatnya ingin duduk di jok belakang, Asteria malah di kejutkan dengan dua pemuda yang kini duduk anteng. matanya terpejam serta tangannya terlipat di dada.

"loh, kok ada kalian di sini?"

dua pemuda itu lantas membuka matanya, Samuel tersenyum tipis menatap Asteria.

sedangkan pemuda yang di sebelahnya menatap datar Asteria. dan jangan lupakan, raut wajahnya seperti terlihat menahan kesal.

"lama lo." jawaban dari Lucian membuat Asteria mendelik.

"hihh, mana aku tau kalo kak Luci sama bang Sam ada di sini" ujarnya kesal.

Sadipta yang baru masuk menatap dua pemuda itu jengah, ia berbalik menatap Asteria.

"duduk di depan dek, jangan di sana ntar kamu di caplok sama macan"

Lucian dan Samuel mendelik mendengar ucapan dari Sadipta.

Asteria yang akan kembali menutup pintu mobil lantas terhenti saat Lucian menahannya.

"mau kemana? duduk di sini."

Asteria tercengang, hei! yakali ia harus berdempetan duduk di tengah-tengah dua pemuda ini. enak sih enak, tapi kan sempit.

"heh! duduk di mana?"

gulir mata Lucian menatap jok mobil Sadipta yang memang sempit, ia lantas tersenyum miring.

"duduk di paha gue."

...

Asteria pulang dengan selamat, dirinya kini berada dikamar nya. menikmati kegiatannya berbaring telentang di atas ranjang.

ia sesekali menghela nafas, memikirkan takdirnya yang rumit. tak terasa bila dua minggu sudah ia lewati di dunia fiksi ini.

dunia ciptaan yang di buat oleh sang penulis, yang membuat dirinya terjebak di dalamnya.

"kira-kira, ini udah chapter berapa ya?" monolognya bertanya-tanya. dirinya bingung, apa ia harus terus menghancurkan alurnya atau membiarkan nya berjalan semestinya?

"si Lucian juga kayaknya ga suka sama si Nova tuh, truss si Nova juga belum keliatan deket sama Lucian"

"ah bingung!!"

Asteria mengacak rambutnya kasar, lantas beranjak dari ranjangnya berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

beberapa menit berlalu, gadis yang turun dari undakan tangga itu terlihat lebih segar dan cantik.

Asteria mengenakan pakaian santai nya, mencari keberadaan sang mommy yang akhir-akhir ini terlihat sibuk mengurus butik nya.

"mom!"

Asteria memanggil Daisy begitu ia menemukan sosok yang ia sayangi, mommy nya terlihat sedang memotong buah.

Daisy tersenyum mendengar suara lembut milik putrinya, "kenapa sayang?" tanyanya begitu Asteria di hadapannya.

"kangen! mommy nih ngilang mulu" Asteria cemberut, seraya memeluk mommy nya dengan erat.

sang mommy hanya terkekeh pelan, ia menepuk bokong putirnya.

"udah ah, kangen-kangenannya di pending dulu"

Daisy lantas melepas pelukan hangat dari Asteria, ia berbalik membawa semangkuk salad buah.

"nih, anterin dulu salad buah nya buat Abang sama temennya" ujarnya sembari menyerahkannya pada Asteria.

"ishh, yaudah deh"

walupun malas, Asteria tetap melangkah membawa semangkuk salad buah itu. di pikir-pikir ia juga bisa caper sama si male lead.

...

"Lo suka sama Asteria?"

di dalam kamar temaram, terdapat dua pemuda yang kini saling berhadapan.

perbincangan yang sedari tadi di lontarkan terlihat lebih serius, bahkan hawa di sekitarnya terlihat mencekam.

si pemuda yang memberikan pertanyaan mendengus pelan, lengannya semakin terkepal melihat keterdiaman seseorang di hadapannya.

yang di lontarkan pertanyaan lantas berdecih, "ya, bahkan gue cinta sama Asteria." ujarnya yang malah membuat si lawan bicaranya semakin meradang.

"dari dulu, Asteria cuma milik gue sialan!"

saat akan membalas, suara ketukan pintu dari luar membuat kedua pria itu terdiam.

"abangg! buka pintunya!"

"berat banget inii! bentar lagi pasti jatoh"

suara dari balik pintu membuat Sadipta buru-buru membukanya dengan senang hati.

saat pintu terbuka, Sadipta dengan gesit menggiring Asteria masuk.

Asteria yang masih ling-lung malah menurut saat sang Abang menyuruhnya untuk duduk di tengah-tengah antara dua pemuda itu.

"Sayang, kamu pilih Abang atau si Lucian?"

"hahh?"

pertanyaan yang tiba-tiba di lontarkan oleh Sadipta membuat Asteria semakin seperti orang yang terlihat bodoh, dan sepertinya ia juga terkena syndrome 'hahh?'

...

to be continued

PrimeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang