56. DTBY - Bintang Aditya Mavit

13 2 0
                                    

Kegaduhan di rumah bersama masih belum terselesaikan, ditambah lagi dengan hilangnya Anna. Ditto dan Adrian mencari seluruh areal taman dekat pohon pinus tempat favorit Adrian. "Anna kamu dimana? Aku harus bilang apa ke bunda dan ibu?" Ditto gelisah ditambah Adrian juga menangis memanggil nama Anna, dia takut tak bisa bertemu ibunya.

Dalam keadaan panik, tak sengaja tangan Adrian terlepas dari Ditto dan berlari mencari Anna. Ia terus berlari sambil menangis memanggil nama Anna. Mama! Mama! Teriaknya seperti saat Adit kecil memanggil mamanya. Ditto terdiam sesaat mengingat moment itu. Gaya bicaranya, geraknya sama persis dengan Adit.

"Hei, anak kamu ketabrak!" Seorang bapak menepuknya panik.

"Apa!!!" Teriak Ditto menghampiri yang tak sengaja terserempet motor dan mengendong Adrian yang mengalami bocor dikepalanya.

"Aww!" Adit reflek, ia berhenti bicara lalu duduk dan mengijinkan yang lain untuk presentasi. "Are you ok?" Tanya Reno mendekati kursi Adit. Kenapa tiba-tiba aku merasa gak enak. seperti ada yang mukul dada aku dengan keras. Ia terus mengelus dadanya sambil sesekali melakukan inhale dan exhale. Ia mencoba fokus kembali meski rasa cemas itu belum hilang sepenuhnya dari hatinya. Ia kembali fokus melihat pada layar proyektor didepannya.

Ada apa ini? Kenapa aku merasa takut?

"Semuanya, cukup untuk hari ini. Kita lanjutkan besok." Adit langsung meninggalkan ruangan dan membuat semua orang bingung. Biasanya, Adit adalah orang yang paling detail dan teliti bahkan membuat semua peserta meeting ketakutan. Sementara Ditto berlari memasuki ruang IGD sambil mengendong Adrian ditangannya.

"Suster tolong!!" Teriaknya

"Baik Pak, kami akan memeriksa anak bapak. Bapak bisa menunggu diluar." Keadaan ini membuat dia ingat ketika ia membawa Adit ke IGD saat pingsan akibat alerginya yang kambuh. Kenapa bisa, aku seceroboh itu menjaga Adrian, Anna kamu dimana?

*****

Adit menutup pulpennya setelah menandatangani dokumen didepannya, "Ren, aku bertemu dengan seorang wanita tadi pagi." Reno langsung meletakkan kembali cangkir kopinya yang tadinya ingin diambilnya, memutar gangangnya sedikit kearah kiri.

"Wajahnya selalu terbayang dipikiranku."

"Wow! Tanda-tanda jatuh hati nih!" Balas Reno meledek.

"Sepertinya dia seorang wanita berkebutuhan khusus" Jawab Adit membuat Reno berhenti dari semua kegiatannya dan menjadi gugup.

"Kenapa Ren, berubah gugup gitu. Kamu kenal wanita itu atau ada sesuatu yang ditutupi dari aku?" Adit menghajar Reno dengan banyak pertanyaan yang membuat lelaki itu diam seribu bahasa.

"Gak, gak ada apa-apa!" Balas Reno tegang. Dit, kalau kamu tahu wanita itu Anna istrimu, kamu pasti akan sangat membenciku karena memisahkan dirimu dari anak dan istrimu. Aku lakukan ini demi Adrian dan Aku takut menerima kebencianmu batinnya. Aku berharap kamu akan jatuh cinta lagi pada Anna sehingga kamu tak perlu membenciku suatu saat nanti. Harapannya untuk kebahagiaan adiknya.

Reno takut, ia tak kuat menahan rasa bersalahnya. Ia memeluk Adit membuat adiknya itu kaget dan geli. "Dit lo harus tahu, I CARE ABOUT YOU!" Ia mengeratkan pelukannya. Dit, aku sayang kamu sebagai adikku, kebahagiaan kamu adalah prioritas hidupku batinnya lagi.

"Woy, ini kantor dan aku masih normal Reno." Balas Adit meledek.

"Canda lo! Gw juga normal kali!" Balas Reno menepuk bahu Adit.

"Ren kalau semisalnya, ada apa-apa sama aku karena penyakit ini. Kamu jaga baik-baik perusahaan." Ceplos Adit.

"Maksud lo penyakit apa?"

Destiny To Be YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang