Chapter 7

397 48 11
                                    

Proses shooting dimulai, sebisa mungkin aku mencoba menghindari junho. 2 minggu terakhir apapun kulakukan agar tidak bertemu dengannya, Sepertinya emosiku tidak akan stabil bila melihat wajah tampannya itu.

"PDnin tolong bantuannya" ucapku pada sutradara yang sedang memantau set.

"Ahh tentu saja" jawabnya sambil menyapa.

"Apakah pengambilan gambar pertama berjalan lancar?, maaf aku baru tiba saat shooting sudah berjalan setengahnya" lanjutku, nam PD sudah sering bekerja sama dengan perusahaan kami.

"Everything under control" jawabnya tersenyum.

"Yoona-ya, kau sudah tiba" aku mendengar park hoon menyapaku dari belakang.

"Baru saja"

"Mau makan bersama di resto sebelah" ajak hoon sambil melihat jam tangannya "sebentar lagi makan siang"

Belum sempat aku mengiyakan, seorang pria datang menyapa.

"Annyeong haseyo, Yoona shi masih ingat denganku" tanyanya, tentu saja aku mengingat pria ini.

"Ah, seha-shi, aku tidak dapat kabar kalau anda akan datang" jawabku spontan

"Nado, aku juga tidak tau kalau aku harus datang" jawabnya membuatku tetawa datar "gendeu, nuguseyo?" Tanyanya pada Hoon

"Ah dia park hoon rekan kerjaku"

" ahh hanya rekan kerja?" Pertanyaanya membuatku tidak nyaman.

"Apa yang kalian bicarakan?" Suara yang aku hindari, suara berat nan indah yang dimiliki oleh orang yang paling tidak mau aku temui, ya tentu saja, ketika aku bertemu Seha pasti aku akan bertemu dengan Tuannya.

"Tidak ada, aku hanya bertanya apa Park hoon hanya teman Yoona" jawab seha jujur. Jujur saja aku terkejut dengan kepolosan seha.

"Lalu?" Tanya junho, matanya tajam kearahku.

"Kami rekan satu team, Pak Lee" kenapa aku harus berkewajiban menjelaskan semuanya pada si berengsek ini, gerutuku.

"Pak Lee? Setelah Tuan lee, Lee junho-shi, sekarang kau memanggilku Pak Lee?" Tanya junho tidak percaya "dengan hubungan seperti kita rasanya terlalu formal itu tidak cocok Yoona-ya" lanjutnya.

Aku tau apa yang junho lakukan, dia sengaja mengatakannya didepan Park hoon. 

"Lee Junho-shi, bisa kita bicara sebentar" gerutuku geram.

"Kita sedang bicara" jawabnya datar.

"Maksudku tidak disini" ucapku berbisik.

"Ah date?" Tanya sambil memamerkan senyumannya. Aku melihat wajah kaget park hoon dan Seha. "Baiklah, aku akan meluangkan waktuku untukmu" lanjutnya lagi "ah Park Hoon-shi di depan ada food truck mohon bantuannya untuk memberitahu staff yang bekerja" tambahnya sebelum mengikutiku keluar ruangan.

***
"Apa yang kau lakukan" kata yang aku dengar ketika menghampiri wanita yang beberapa minggu ini membuatku gila. Tangannya terlipat didada, dengan punggung bersandar pada dinding gedung.
Yeppo, dia terlihat cantik.

"Wae? Aku tidak melakukan apapun" jawabku santai .

"Berhenti bersikap seakan-akan kita dekat, dan jangan membuat rekan kerjaku berpikir yang tidak-tidak tentang kita" tegasnya

"Kita dekat Yoona-ya" ucapku pelan "lebih dekat dari yang mereka bayangkan"bisiku ditelinganya.

Wajahnya memerah entah karena malu atau marah. Aku bisa mencium aroma tubuhnya, vanilla yang lembut dengan sentuhan aroma coklat yang manis. Dia masih menggunakan parfum yang sama, hal itu membuatku tersenyum, dia masih menggunakan parfum yangku suka.

Wanita berparas cantik dihadapku menarik nafas panjang "Junho-shi sudah cukup bermain-main denganku" ujarnya "aku harus pergi, aku takut moon Yijin salah paham bila melihat kita" tambahnya, sambil mendorong pelan tubuhku agar menjauh dari tubuhnya.

"Bagian mana yang bisa membuat Yijin salah paham?" Ucapku heran, apa yang dipikirkan wanita ini, soelma... "jangan bilang kau berpikir kalau aku dan yijin...."

"Apapun hubungamu dengan nona moon bukan urusanku lagi" Yoona tidak memberikanku kesempatan untuk membenarkan apa yang dipikirkannya "tolong jangan mempersulit keadaanku, hanya itu yang ku minta" tambahnya kemudian meninggalkanku.

Tanpa kusadari 1 pasang mata memperhatikan kami dari kejauhan.

____________________________________
Tadinya aku berpikir ini akan menjadi hari yang biasaku lalui dikantor, tapi takdir berkata lain, Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, aku masih sibuk dengan kertas-kertas yang berserakan dimejaku. Aku bahkan melewatkan makan siang hari ini.

"Otokaji, Yoona ya miane" ucap mina memelas, dia tidak seceria biasanya.

"Sudah, kau sudah mengucapkannya berulang kali" jawabku " bantu aku menelpon semua daftar florist yang ada disini" tambahku sambil memberikan selembar kertas dengan daftar toko bunga yang akan kami coba hubungi, entah berapa lembar kertas yang sudah aku print, aku bahkan tidak ingat berapa no telpon yang kami hubungi satupun tidak ada yang mau menerima pesanan kami secara mendadak.

"Aku tidak mengerti kenapa aku melewatkan itu, apakah kita akan mendapatkannya " ucap mina panik.

Ya besok pagi kami akan melakukan shooting dengan 20000 tangkai mawar merah. Dan mina lupa memesan jauh-jauh hari pada florist yang sering bekerja sama dengan kami.

Aku mengingat seseorang, Pak Jang, dia yang memasok bunga untuk pernikahanku dulu. Aku berusaha mencari no nya di hp ku hasilnya nihil. Aku tau dia mempunyai toko di yangjae flower market, tapi rasanya tidak mungkin mencarinya dari satu toko ke toko lain.
Apa yang harus aku lakukan, Junho, ya Junho mengenal Pak Jang dengan baik.

Aku membuka laciku dan mencari kartu nama yang bertuliskan Lee Junho dengan tinta emas.
Dengan cepat aku menghubunginya.
"Angkat please, angkat" ucapku berulang-ulang seperti mantra .
Aku tidak bisa menyerah apalagi aku melihat mina wanita berkepribadian ceria itu yang dengan tangan bergetar berkali-kali menekan tombol telpon.

Junho-ya aku mohon angkat telponnya

"Hallo" terdengar suara dari ujung telepon.
Saat telponnya tersambung aku berlari keluar ruangan.
***
Suara hpku berdering berulang kali, siapa yang berani menelponku tanpa henti terlebih ini hampir jam 9 malam. Setengah jam lalu aku baru tiba di apartment , dan Hpku terus berbunyi ketika aku membersihkan diri.
Kuambil jubah mandiku, kemudian mengambil HP yang tergeletak dinakas. Aku bahkan tidak mengenal nomornya .
"Sekaleng bir sebelum tidur sepertinya ide yang bagus" aku berjalan kearah kulkas, dan ya HP ku berbunyi kembali entah sudah berapa kali, jujur saja ini membuatku sedikit geram, harusnya dia tau sopan santun, 3 kali telponnya tidak aku terima itu artinya berhenti menghubungiku, waktu bersantai seperti ini jarang aku temui.
Lupakan sekaleng bir, kita lihat siapa dan ada perlu apa orang ini meneleponku terus menerus.
"Hallo" aku menjawab dengan ketus.

"Jun-ah tolong aku" deg untuk sesaat aku merasa jantungku berhenti.

"Nugu...?" aku tau siapa wanita yang sedang berbicara denganku, kalimat pertanyaan itu keluar karena rasa tidak percaya bahwa dia menghubungiku.

"Yoona...."

To be continued

____________________________________

Note : Up telat but I try 😁

Just Vote n komen kalau kalian suka

Ini masih jadi minggu yang berat tanpa hermes couple, kalian gimana???

THE DIVORCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang