Weekend ini aku memutuskan untuk menemui Lena, banyak hal yang ingin aku ceritakan, rasa ragu dan bingung menghantuiku.
"Apa yang ada dikepalamu saat ini sampai kau terus mengernyitkan dahi?" Suara lena menyadarkanku, dia meletakan ice coffee yang kupesan dengan sepotong cheese cake di meja.
"Banyak hal" jawabku singkat, tidak tau harus memulai darimana.
"3 tahun ini aku sangat mengenalmu Yoona-ya, kalau kau sampai memikirkannya sekeras ini, ini bukan hal sepele" ya apa yang diucapkan Lena sangat benar, kalau ini hal sepele aku tidak akan memikirnya. "Bagai mana hubunganmu dengan Lee junho?" Pertanyaannya sontak membuatku tersedak.
"apa yang kau tanyakan, aku dan junho bukan apa-apa" jawabku sambil mengelap bibir dengan tisu.
"Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan?" Tanyanya melihat ke mataku "cukup jujur dengan dirimu, kau pantas bahagia" lanjutnya.
"Ini terlalu rumit lena-ya, mencintainya tidak cukup"
"Akhirnya kau mengakui mencintainya" aku hanya tersenyum sambil meminum kopiku.
"Aku rasa dia merasakan hal yang sama" aku mengangkat alis bingung "kau ingat kejadin waktu itu? Aku sempat berbicara dengannya, aku bisa melihat bahwa dia masih mencintaimu, aku tidak mengerti apa yang kalian berdua pikirkan hinga membuat ini terasa rumit"
"Kau tau kami pernah gagal"
"Perceraian yang bahkan kau sendiri tidak berani menanyakan alasan dia menceraikanmu"
"Dari awal junho tidak pernah mencintaiku, dia hanya terbiasa melihatku, dia tau orang tuanya menyukaiku, itu alasannya menikahiku" Lena melihat kearahku tidak percaya.
Tapi memang itu yang terjadi, karna aku anak dari sahabat mertuaku, alm ibuku berteman baik dengan ibu Junho, itu yang menyebabkan dari waktu ke waktu kami selalu bertemu. Saat orang tuaku meninggal karena kecelakan, ibu junho yang menguatkan ku, yang selalu mengatakan aku tidak akan sendiri.
Pada suatu malam 4 tahun lalu orang tua junho mengundangku makan malam, aku tidak merasa akan ada hal besar yang akan mengubah hidupku.
Saat aku mencuci piring didapur ah ini yang sering aku lakukan sebagai ucapan terimakasih karana ibu junho sudah memasakan makanan yang lezat untukku, tentu saja orang tua junho selalu melarangku, mereka selalu berkata biarkan asisten rumah tangga yang akan melakukannya nanti, tapi tentu saja aku akan tetap melakukannya karna hanya ini yang bisa aku lakukan untuk berterimakasih.
Saat itu aku melihat junho mengambil sebotol air mineral di kulkas, dasinya dia genggam di tangan sebelah kiri, lengan kemejanya tergulung, dari wajahnya aku tau dia melewati hari yang berat.
"Kau datang?" Tanyanya dingin, ya Junho dan aku sangat jarang mengobrol, apalagi setelah kami sama-sama dewasa aku sibuk dengan pekerjaanku begitu juga junho, yang aku tau dia bekerja diperusaan ayahnya.
"Hmm, ibumu mengundangku makan malam, kau sudah makan? " aku bertanya basa-basi
Junho menggelengkan kepala "pekerjaan mencuri waktu makan malamku" jawabnya
"Mau ku siapkan makan malammu? Atau ada yang kau inginkan?" Tanyaku sambil mematikan keran sink.
"Ramyeon dan bir mungkin" jawabnya singkat.
"Arasso tunggu sebentar" ucapku
"Aku akan kembali setelah mengganti baju" ucapnya aku hanya mengangguk mengiyakan.
Sepuluh menit kemudian junho kembali, ramyeon yang dia ingin sudah aku letakan dimeja bersama bir dinginnya.
"Nikamati makan malammu, aku harus segera pulang ini sudah malam, aku akan pamit kepada ibumu" ucapku sambil membuka celemek yang kupakai untuk melindungi baju saat mencuci piring tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DIVORCE
Fiksi PenggemarKetika 2 manusia yang memutuskan untuk bercerai dipertemukan kembali oleh takdir, will they fall in love again?. Lee Junho pengusahan yang sukses diusia muda tapi tidak mampu mempertahankan pernikahanya, mampukah ia membuka hatinya? Dan Im Yoona, wa...