Chapter 8

450 42 13
                                    

Aku melirik pada wanita yang duduk di samping kemudiku, wajahnya pucat, matanya penuh kekhawatiran.

"Calm your self yoona-ya, aku sudah menghubungi pak jang, dia akan membantu" ucapanku mungkin terdengar sebagai basa-basi untuk menghiburnya semata, tapi sungguh aku tidak bisa melihatnya seperti ini.

"Kau bisa berbicara semudah itu karna tidak tau apa yang akan aku alami seandainya aku tidak bisa membeli bunga itu semua yang aku dan teamku lakukan akan sia-sia" jawabnya "jangan menganggap ini remeh hanya karna ini bukan masalahmu" tambahnya tangannya ia lipat didada.

Aku tersenyum mendengarnya kiyowo, kata itu yang terlintas dipikiranku, tingkah biasanyapun kini terlihat mengemaskan. Sedikit merasa bersalah karna disaat seperti ini Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku.

Yoona mulai menggigit-gigit kuku jarinya karena rasa panik "Gemanhe" ucapku sambil menggenggam tangannya, memintanya berhenti melakukan itu. Dia hanya melihat kearahku tersenyum.
Karena tidak ada penolakan selama perjalanan aku menggenggam tangannya.

____________________________________

"Thanks" ucapku pelan saat mobil junho berhenti didepan rumahku, tolong ralat itu ini rumahnya, aku melihat jam diponsel sudah menunjukan jam 5 pagi "waktu istirahtmu terganggu gara-gara aku"

"Yoona-ya"

"Hmm?"

"Luangkan waktu untukku" suaranya terdengar lirih, intonasi memerintah yang biasa dilakukan junho hilang "kau bisa melakukannyakan?" Tanyanya ketika aku hanya terdiam.

"Aku akan memikirkannya" aku benar-benar akan mempertimbangkan untuk duduk berdua dengan junho lagi, apalagi setelah melihatnya berusaha keras untuk membantuku, tapi apa aku sudah siap untuk mengingat luka lama yang susah payah aku kubur.

"Aku menunggu kabar baik darimu" jawabnya tersenyum, senyuman yang dari dulu aku sukai "bersihkan dirimu kemudian beristirahat, kau melewati hari yang panjang" tambahnya.

" sekali lagi terima kasih" ucapku kemudian turun dari mobil.

Aku melihat junho membuka kaca jendelanya,
"Masuklah, aku akan pergi setelah kau masuk kerumah"

"Kau mau menginap?" Tanyaku sepontan, aku melihat raut wajah junho berubah, alis indahnya dia sedikit terangkat, seolah bertanya heran "maksudku ini sudah pagi, kau harus ada dikantor jam 9 pagi, kau bisa beristirahat disini dari pada berkendara hampir satu jam ke apartment, hanya untuk mandi dan menganti baju, aku yakin beberapa bajumu masih ada" junho tersenyum mendengarku, ya aku tau aku tiba-tiba berubah menjadi repper Yoona bila sedang panik.

"Baiklah kalau itu maumu, aku parkir mobil sebentar, kau masuk duluan, aku akan menyusul" ucapnya dari nadanya aku tau dia sedang meledekku.
***
Aku membawakan piyama junho dari kamarku, dulu kamar kami, jujur saja setelah bercerai aku tidak pernah menyentuh barang-barang junho , tidak membuang satu benda pun, termasuk baju-bajunya, entah karena aku berfikir suatu hari junho akan datang mengambilnya, atau memang aku yang tak sanggup membuangnya.

"Kau bisa tidur dikamar tamu, ada kamar mandi didalam, sabun dan lain-lainnya ada dilemari cermin westafel"

"Yoona-ya aku tau itu" ucapnya, ya aku lupa ini adalah rumahnya "jangan pedulikan aku beristirahatlah" tambahnya dan menarik tanganku kearah pintu kamar utama, tangan kirinya membuka pintu dan mempersilahkanku masuk .

"Selamat beristirahat" ucapnya mengusap lembut kepalaku kemudian menutup pintu.
Apa yang sedang terjadi batinku.
____________________________________
Aku terbangun mendengar suara ribut di dapur, sedikit kaget melihat seorang pria sedang sibuk memasak disana, ya Lee junho dengan lengan kemaja putihnya tergulung sedang sibuk menyiapkan sesuatu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku heran

"Aku membangunkanmu?" Dia balik bertanya.

"Anni, apa kau beristirahat?" Aku masih merasa tidak enak karna merepotkannya.

"Aku tidur dengan nyenyak" jawabnya singkat masih sibuk dengan sarapan yang dibuatnya.

"Mau kubuatkan kopi?"

"Tentu thanks" jawabnya, jujur saja melihatnya dirumah ini lagi terasa asing, jantungku terus berdetak kencang. Yoona please kendalikan dirimu.

Kami duduk berhadapan dimeja makan, terasa aneh karna dulu untuk sekedar sarapan berdua sangat sulit, junho selalu berkata, aku akan makan dikantor.

"Melihatmu duduk dihadapanku dimeja ini, terasa asing" aku berkata datar, mendengar itu junho meletakan alat makannya.

"Maaf, dulu aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri" suaranya terdengar lirih, ada rasa bersalah terdengar dari ucapannya.

"Tidak apa-apa itu semua sudah berlalu" aku mencoba tidak terlalu memberi arti pada semua hal yang terjadi kini.

"Yoona-ya" ucapanya membuatku menatapnya kembali "aku benar-benar meminta maaf atas semua yang terjadi, waktu itu aku masih terlalu egois, meninggalkanmu demi egoku, setelah mendapatkan semuanya, aku merasa menyia-nyiakanmu adalah kebodohan terbesarku, melihatmu tersenyum karna lelucon pria lain, aku tidak bisa menerima itu, melihatmu dekat dengan pria lain rasanya aku ingin menarikmu kepelukanku, aku..."

"Itu hanya egomu" aku memotong kalimatnya, rasanya takut untuk  mendengar semuanya.

____________________________________

"Kau tidak perlu mengantarku junho-shi" ucapku saat dia memaksa untuk mengantarku ke kantor

"Berhenti dengan kata Junho-shi sampai kapan kau akan menggunakannya" keluhnya, jujur saja wajah cemberutnya terlihat menggemaskan. Aku tertawa melihat tingkahnya, dia seperti anak sd yang sedang merajuk.

"Aku harus membiasakan itu" jawabku singkat "kau bisa menurunkanku di halte terdekat" lanjutku

"Wae? Kenapa aku harus menurunkankmu di halte terdekat? Aku bisa mengantar sampai depan pintu ruanganmu" jawabnya dengan nada ketus.

"Rekan kerjaku bisa saja melihat, dan itu tidak bagus untuk karirku" jawabku jujur.

"Namja isso?" Pertanyaannya membuatku tidak percaya.

"Ya Lee Junho kalau aku punya pacar aku tidak akan mebiarkan mu tidur satu rumah denganku" jawabku kesal, kenapa sekarang dia jauh lebih kekanak-kanakan.

"Jadi kau masih sendiri?" Tanyanya tersenyum. Aku memutuskan untuk tidak menjawabnya.

"Kau bisa menurunkan aku didepan" ucapku, junho meminggirkan mobilnya, aku mengucapkan terimakasih karna dia sudah membantuku.

"Teraktir aku makan kalau kau memang benar-benar berterima kasih"

"Baiklah, aku akan menghubungimu nanti"

"Arraso, aku akan menunggu, tapi kalau kau tidak juga menghubungiku, aku akan mendatangi kantormu" ancamnya, alisnya terangkat meyakinkanku.

"Baiklah aku pasti akan menghubungimu" ucapku meyakinkan, aku keluar dari mobil, kemudian melihat mobil junho menjauh.

____________________________________
Note: Sorry for late update, kerjaan menumpuk diakhir dan awal bulan 🙏🏻

THE DIVORCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang