BAB 15

900 49 5
                                    

Hari sudah mulai sore, Luva memilih untuk pulang diantarkan oleh Samuel. Sebelum pulang Luva berpamitan terlebih dahulu pada Oma di kamarnya.

"Oma, Luva mau pulang katanya." ucap Samuel sambil membukakan pintu kamar Oma.

"Iya, tapi Oma sedih kok cepat sekali pulangnya." ucap Oma sedih, tapi kalau dihitung-hitung Luva seharian di rumah Samuel.

Luva tersenyum manis membalas ucapan Oma.

"Nanti ke sini lagi ya?"

"Nanti Luva usahakan Oma."

"El, anterin Luva sebentar ya, Oma."

"Hati-hati di jalan."

Setelah bersalaman dan berpamitan akhirnya Luva dan Samuel keluar dari kamar Oma, mereka berjalan beriringan menuju mobil.

"Oma lo baik banget ya?"

"Udah gue bilang Oma gue itu baik," ucap Samuel.

Samuel membukakan pintu mobil untuk Luva, Luva masuk tak lupa mengucapkan terima kasih. Sampai akhirnya mobil itu membelah jalanan kota yang tak terlalu ramai dibawah naungan senja.

Luva tidak menyangka bahwa seharian dia bersama Samuel melakukan aktifitas yang sangat mengasikan. Senyuman tak henti-hentinya terlihat dibibir Luva, Samuel menoleh dan tersenyum tipis.

Tak terasa Samuel dan Luva sampai di depan rumah Luva, Samuel sengaja memasukan mobilnya kedalam gerbang supaya Luva tidak turun didepan gerbang.

"Thanks, udah anterin gue dan udah bikin gue bahagia hari ini." ucap Luva membuat Samuel hanya menganggukkan kepalanya.

"Oh jadi ngilang seharian jalan sama dia? Gue pikir lo ke mana." ucap seseorang membuat Luva dan Samuel menoleh menatap kearah Lionel.

Lionel menatap datar kearah Samuel dan Luva, begitu juga Samuel dia hanya memasang ekspresi datarnya. Tapi dalam ekspresi datar Lionel dia malah semakin terlihat ketidaksukaannya terhadap Samuel.

"Masuk," ucap Lionel.

"Iya, Sam ayo--"

"Bukan dia! Tapi lo!" ucap Lionel memotong ucapan Luva sambil melirik sekilas dengan sinis kearah Samuel.

Luva menghela napasnya panjang."Bye, Sam. Thanks and sorry. Sampai ketemu besok." ucap Luva, Samuel hanya menganggukkan kepalanya.

"Gak usah dadah segala." balas Lionel lalu menarik tangan Luva yang akan melambaikan tangannya pada Samuel membuat Samuel hanya terkekeh, Lionel terlihat sangat posesif pada Luva. Wajar, Lionel tahu laki-laki seperti apa. Walaupun dia bejat tapi dia ingin laki-laki yang terbaik untuk adiknya, Luva.

Lionel dan Luva masuk dan Samuel yang masuk kedalam mobilnya untuk pulang.

"Bisa gak Nel? Gak usah kaya gitu sama Samuel?" tanya Luva.

"Enggak."

"Padahal nama panggilan lo sama Samuel sama, El. Dulu waktu kecil lo juga sering dipanggil El 'kan?" tanya Luva.

''Ck, stop it. Jauhi Samuel."

Luva memutar bola matanya malas."Gak mau." ucap Luva.

"Luva, gue serius."

"Boleh gue juga minta buat lo jauhi Celena?" tanya Luva membuat Lionel terdiam."Sama 'kan, gak mau juga, ya udah. Gue yakin kok lo bakal tahu sisi di mana Samuel terlihat baik di mata lo, mungkin gak sekarang tapi nanti." ucap Luva.

Lionel terdiam mendengar ucapan Luva.

"Lo tahu, awalnya gue sempat ngira hidup gue jauh lebih menderita dari orang lain, ternyata kehidupan Samuel jauh lebih menderita, ya?" ucap Luva lalu gadis itu duduk di kursi ruang tamu diikuti Lionel. Luva menatap kearah Samuel.

Hidden Paradise || ON GOING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang