BAB 16

567 46 2
                                    

"Limit x mendekati tak hingga, 4x²-24x+6 per 4x²+46x-7, Miss mempunyai cara cepat untuk kalian....." Suara Miss Nita guru matematika di depan sana tampak tak membuat Luva memperhatikan dengan jeli apa yang dikatakan Miss Nita. Luva menghela napasnya panjang, Luva mengangkat tangannya.

"Maaf Miss, saya izin ke toilet." ucap Luva, Miss Nita hanya mengangguk sebagai jawaban. Alora dan Ilana hanya bisa menatap satu sama lain, ucapan Luva sebelum upacara tadi. Sekarang Luva nampak sangat tidak bersemangat.

Luva di sepanjang jalan koridor kelas XII dia hanya bengong, Luva dia, memikirkan tentang ucapan Lionel yang menyuruhnya menjauhi Samuel. Luva menghela napasnya, bukannya dia harusnya senang? Seharusnya Luva tidak merasa keberatan bukan dengan permintaan Lionel? Tapi kenapa semuanya rasanya sangat beda. Luva memukul kepalanya, sebenarnya apa yang ada dipikirannya?

"Samuelnathan, gak mungkin 'kan kalau gue suka sama lo?" gumam Luva.

Luva duduk di salah satu kursi yang ada di koridor kelas XII, Luva menyandarkan tubuhnya pada dinding. Gadis itu menutup kedua matanya sejenak. Kenapa Luva harus jatuh cinta pada sosok yang tidak mungkin Luva miliki hatinya? Kenapa Luva harus jatuh cinta pada sosok yang belum selesai dengan masa lalunya? Kenapa Luva harus jatuh cinta pada sosok itu? Kenapa Luva harus jatuh cinta pada sosok laki-laki yang jatuh cinta pada sosok perempuan yang sama seperti mantannya? Ah, tidak. Luva belum yakin kalau ini cinta. Jika iya, kenapa Luva harus sebodoh ini?

Benda dingin yang menyentuh pipinya berhasil membuat Luva membuka matanya, Luva mengerutkan keningnya menatap ke arah Samuel yang tiba-tiba memberikan sebuah susu kotak rasa cokelat ke arahnya. Luva langsung membawanya dan meminumnya membuat Samuel yang melihat itupun terkekeh.

"Sam." panggil Luva, Samuel menoleh dan berdehem pelan. Luva pun malah ikut berdehem pelan, sial! Luva gugup.

"Lo gugup, ya?" tanya Samuel membuat Luva lantas langsung memalingkan wajahnya."Pipi lo merah, Mrs." ucap Samuel terkekeh sambil mencubit pelan pipi Luva.

"Sam!" kesal Luva memegang pipinya. Pipi Luva panas, bahkan sampai telinga pun dapat ia rasakan.

Samuel menunjuk Luva."Lo suka ya sama gue?" tuduh Samuel.

"Sembarangan!" ucap Luva sambil menyentak tangan Samuel kesal.

"Kalau gak suka biasa aja kali, Mrs. Gue tahu kok kalau lo gak mungkin bisa lupain Max."

"Jangan sebut nama itu lagi, Sam. Gue gak suka."

Samuel membawa tangan Luva, menggenggam tangan Luva erat. Menatap manik mata cokelat itu dengan mata kelamnya yang teduh. Jantung Luva malah berdetak sangat kencang. Ini, Samuel mau ngapain? Bagaimana jika Samuel menembaknya? Ah tidak, Luva tidak boleh percaya diri dulu. Tapi untuk kali ini aja boleh 'kan kalau Luva berharap?

"Gue tahu rasanya jadi lo, Luva. Melupakan seseorang yang berharga di hidup kita emang sesulit itu. Tapi gue berharap lo bisa buat buka hati, you deserve better."

"Boleh gue berharap kalau itu, lo? Samuelnathan Orlando."

•••

"Pulang sama siapa?"

"Kayanya naik angkutan umum."

"Gue anterin."

"Gak usah, gak papa. Gue--"

Tin!

Suara klakson mobil terdengar begitu nyaring di depan gerbang, mobil itu, mobil Lionel. Luva dan Samuel yang berbincang pun langsung menatap sumber suara, tak lama Lionel keluar dan membuat seluruh SMA Storia memekik tertahan saat melihat idola mereka di sini. Luva menatap Samuel yang kini tengah menaikan alisnya sebelah.

Hidden Paradise || ON GOING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang