2

1.6K 148 5
                                    

"Kenapa kau bisa terluka manis"bisik Renjun lalu beranjak menuju sofa untuk tidur namun sebelumnya ia sempat mencium kening pemuda itu singkat.

================================

Pagi telah tiba membawa hari baru bagi setiap insan manusia yang menunggunya sambil membawa harapan dan impian.

Disebuah rumah dengan halaman yang cukup untuk menjadi area bermain bagi para pemilik rumah itu.

Kicauan burung serta hembusan angin semilir pagi ini membuat siapapun enggan untuk beranjak dari perahu tidur mereka.

Sama hal nya dengan pemuda manis ini.

Pemuda yang terlihat sangat manis saat tenggelam dari tidur nya.

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar seakan memintanya untuk membuka mata dan melihat bagaimana hari baru telah datang.

"Eunghhhh siapa sihh yang nggak tutup jendela"

"Silauu *njingggg"ucapnya sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Kembali membenarkan posisi tidur nya mencari kenyamanan di kasur super king size itu.

"Apa kau tidak ingin bangun dan sarapan?"tanya seseorang yang sedari malam berada didalam kamar yang sama serta namun terlihat sudah rapi dan segar dengan setelan baju rumahan dengan celana training juga baju t-shirt polos nya.

Mendengar ada suara lain di dalam kamarnya (kamarnya?) dibalik selimutnya pemuda manis itu pun mengernyitkan dahi nya heran, suara siapa itu? Apa kamarnya mulai berhantu?.

Pemuda manis itu berfikir keras sambil membuka matanya.

Tunggu! Kenapa kasur dan selimutnya terasa sangat empuk, bau pada selimutnya pun berbeda lebih maskulin dan sangat berbeda dengan bau soft yang ia miliki.

Dia pun langsung membuka selimutnya dan terduduk sambil melihat sekitar kamar yang sangat asing baginya.

Sampai matanya bertemu tatap dengan seorang pemuda lain yang sedang duduk diatas sofa tersenyum kecil ke arah nya.

"SIAPAA LO? LO CULIKK GUE YAA"ucap pemuda manis itu sambil menunjuk orang asing yang ia kira telah menculiknya dan akan menjualnya pada orang-orang jahat diluar sana.

Dengan senyum yang mengembang karna tingkah gemas orang didepan nya, pemuda itu melangkahkan kaki menuju kasur miliknya hendak menyentuh kepala pemuda yang lebih muda itu namun langsung ditepis dengan kasar.

"Jangan sentuh gue *njing"ucap si manis ketus.

"Panggil Bang Renjun, dan jangan menggunakan bahasa gaul mu itu lagi mulai sekarang"ucap pemuda yang bernama Renjun itu sambil memasukkan tangan ke dalam saku.

"Ogah banget, Lo bukan Abang gue nggak usah ngatur-ngatur gue"protes si manis lalu bangkit dari kasur namun saat akan melangkah lutut kakinya terasa sangat perih karna luka tadi malam yang belom kering.

"Arghhh aw aw"keluhnya kembali terduduk.

"Istirahat lah dulu biar Abang yang ambil makanan"ucap Renjun.

"Gue bukan minta makan sama lo, TAPI GUE MINTA PULANG"protesnya lagi dengan wajah marah tapi bukannya menyeramkan jatuhnya malah imut.

"Nanti pasti Abang antar pulang tapi tunggu karna lukamu tadi malam juga belum sembuh dan boleh aku tahu siapa namamu?"ucap Renjun lembut sambil berjongkok didepan si manis.

Menggenggam kedua tangan si manis lembut sesekali mengusapnya menatap dalam kearah si manis.

"Gue Jisung, Lo nggak aneh-aneh kan?"ucap Jisung sambil menyilangkan tangan nya didepan dada saat menyadari bahwa seragam yang ia kenakan tadi malam sudah diganti dengan piyama tidur. Lalu menatap sinis ke arah Renjun yang tersenyum tipis.

Renjun pun bangkit lalu menepuk kepala Jisung pelan

"Abang nggak seperti yang kamu pikirkan, tunggu Abang sebentar" ucap Renjun lalu pergi keluar kamar menuju ruang makan.

Setelah pintu baru saja ditutup oleh Renjun, Jisung kembali membaringkan tubuhnya menatap lurus ke langit-langit kamar itu.

"Sial banget sih idup gue"

"Kemarin malem dikejar kejar orang gila kelebihan hormon paginya malah nyasar ke rumah orang" ucap nya sambil menghela nafas panjang.

Saat sedang asik merutuki segala kejadian sial yang menimpanya, pintu kamar yang ia tempati itu kembali terbuka menampilkan tiga pemuda yang hanya satu dari mereka yang Jisung kenal. Walaupun hanya nama saja setidaknya dia mengetahuinya.

Jisung kembali memposisikan diri untuk duduk.

Dari ketiga pemuda tadi salah satunya adalah Renjun yang sedang membawa nampan berisi makanan dan susu putih, sedangkan dua pemuda tadi hanya mengekori Renjun karna rasa penasaran mereka. Bagaimana rupa asli seseorang yang sudah menarik perhatian sahabatnya itu untuk menjadikan nya sebagai adeknya semalam.

Dan dapat mereka lihat seseorang yang semalam mereka bawa ke markas mereka ini sekarang sedang duduk di pinggiran kasur dengan penampilan jauh berbeda dengan yang semalam.

Jika semalam mereka menemukan wajah polos, imut, manis, dan cantik.
Saat ini yang mereka lihat adalah muka jutek, galak, dan juga sinis namun tidak menghilangkan kesan imut padanya.

"Makanlah atau mau Abang suapi?"tawar Renjun sambil menyerahkan nampan itu pada Jisung.

"Gue bisa makan sendiri, gue nggak lumpuh kalau lo ingat"jawab Jisung menerima nampan itu sedikit kasar.

Renjun hanya tersenyum lalu duduk disamping Jisung sedang dua pemuda tadi berdiri didepannya.

"Biasa aja dong cill elah galak bener"celetuk pemuda lain yang memiliki suara sedikit cempreng.

"Nanti ilang loh manisnya"ucap pemuda yang lebih pendek dan sepertinya Jisung mengenalnya.

"Oh ya panggil aku Bang Haechan, Bang Echan atau Abang sayang juga boleh"ucap Haechan penuh percaya diri.

"Panggil Bang Chenle, kita memang seangkatan dan bahkan satu kelas tapi tetap saja aku lebih tua dari mu jadi panggil aku Abang"jelas Chenle mengenalkan diri.

Jisung baru ingat sekarang mereka ini adalah Renjun Haechan dan Chenle salah satu dari mereka yang memiliki kekuasaan besar di sekolahnya.

Banyak sekali orang orang yang memiliki kekuasaan besar di sekolahnya namun kelompok mereka lah yang paling besar berkuasa.

Dan setau Jisung kelompok mereka ini ada sekitar enam orang laki-laki yang Jisung yakini salah satunya adalah Mark si kakak kelas yang juga ketua basket bersama Chenle, lalu juga dua orang misterius yang menjadi incaran banyak perempuan di sekolahnya karna sikap dingin dan cuek nya, Jeno dan Jaemin.

"Kenapa melamun dek makanannya akan dingin jika terlalu lama"ucap Renjun menyentuh paha Jisung menyadarkannya dari lamunan.

Jisung yang tersadar lalu melanjutkan kegiatan sarapannya tanpa protes atas tindakan Renjun karna perutnya yang sudah lapar dan minta diisi.

Seee youuuu💚💚💚💚

Seee youuuu💚💚💚💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ParkJisung2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang