Peran anak tengah di dalam keluarga itu membingungkan.
Disuruh mengalah pada kakak karena dia lebih tua, dan mengalah pada adik yang lebih muda. Tidak boleh membuat kesalahan seperti kakak, dan harus menjadi contoh teladan untuk adik. Harus membantu kakak karena dia sibuk, dan membantu adik karena dia tidak mampu.
Aku punya satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki.
Kakakku sangat cantik dan pintar. Saat sekolah, dia selalu berada di posisi 5 besar di kelas. Saat ini dia kuliah di jurusan akuntansi. Ayah dan Ibu bangga padanya.
Adikku berumur 10 tahun. Dia sangat dimanja oleh Ayah dan Ibu. Bukan hanya karena dia adalah anak bungsu, tapi karena dia adalah anak laki-laki yang akan membawa marga keluarga kami kelak nanti.
Aku Murasakibara Rumi, anak kedua di keluarga Murasakibara.
Aku..., hidup.
...
"Aku pulang," ucapku seraya membuka sepatu dan menaruhnya di rak.
Sebelum masuk ke kamar untuk ganti baju, aku pergi ke dapur dulu untuk meletakkan kue yang ku beli.
Jam menunjukkan pukul setengah 5. Biasanya aku akan tiba di rumah jam 7 lewat. Tapi karena tidak ada kegiatan klub hari ini, aku pulang lumayan cepat.
Sebelum pulang tadi, aku merasa sedikit lapar. Karena itu aku singgah membeli kue bolu stroberi kesukaanku di toko kue dekat sekolah. Harganya lumayan mahal, tapi rasanya benar-benar enak.
Aku tidak sabar untuk menikmati kue itu. Membayangkan akan menikmatinya dengan ditemani teh susu hangat sambil menonton acara favorit di tv sudah membuatku ileran.
Aku kembali ke dapur untuk menyiapkan teh dan mengambil kueku karena aku akan memakannya di ruang tengah. Di meja makan, aku melihat adikku sedang makan kue sambil memainkan hpnya.
Aku mengabaikannya dan mulai memanaskan air, menyiapkan susu dan memasukkan teh ke dalam gelas.
Ketika teh susu sudah siap, aku membuka kulkas untuk mengambil kue.
"Loh, kueku mana?"
Kuenya tidak ada di dalam kulkas.
Tidak mungkin aku salah letak karena aku sangat ingat langsung memasukkan kue itu ke dalam kulkas di rak kedua, di samping kotak telur.
"Rumi, aku juga mau teh!" pinta adikku dari meja makan.
Aku menoleh menatapnya.
Aku tidak memperhatikan secara pasti sebelumnya, tapi setelah ku lihat kembali meja makan, ternyata dari tadi dia memakan kue bolu stroberi yang kubeli.
"ITU KAN KUEKU! KOK KAMU MAKAN?!" Aku sedikit membentaknya. Mungkin karena lapar, aku jadi kelepasan.
"Lah, mana ku tahu. Kuenya ada di kulkas, kok, dan aku lapar. Ya ku makan saja."
"Setidaknya tanya dulu sebelum kau ambil!"
"Dih, kok marah? Kalo mau kuenya, ambil saja sisanya. Aku sudah kenyang. Kuenya nggak enak juga kok."
"KAU—"
"ADA APA RIBUT-RIBUT BEGINI?" suara Ibu yang tiba-tiba mengejutkanku.
Aku baru akan menjawab, tapi adikku mendahului ucapanku.
"Kak Rumi marah-marah karena aku makan kuenya. Padahal aku lapar."
"Tapi itu karena kau yang—"
"RUMI!" Ibu memotong ucapanku lagi, "Kau bersikap lah yang dewasa. Masa hanya karena kue, kau marah? Kau ini kakak, mengalah sama adikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two hearts for Us (BNHA Fanfiction)
FanfictionOrang-orang mengatakan quirknya tidaklah hebat. Cita-citanya menjadi pahlawan tidak akan terwujud. Namun, Murasakibara Rumi tidak mau mendengar perkataan itu dan tetap mendorong diri untuk menggapai cita-citanya. Di dalam perjuangan menggapai cita-c...