Pengumuman kelulusan akan diberitahu seminggu setelah ujian. Selama itu, aku merasa waktu bergerak dengan sangat lambat.
Selama seminggu itu pula aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku bahkan kesulitan untuk tidur. Rasa cemas dan tidak sabar selalu membuatku terjaga.
Pada akhirnya, hari yang ku nantikan tiba. Dari pagi aku menunggu surat pengumuman itu datang. Kami sudah mengikuti upacara perpisahan beberapa hari yang lalu. Karena itu, aku sangat kosong, tidak ada kegiatan sekolah, tidak melakukan apapun. Hal itu membuat waktu menunggu terasa sangat lama.
Aku bolak-balik keluar rumah untuk memeriksa kotak pos. Namun sampai tengah hari, pos belum datang juga. Aku menghela napas dan kembali masuk ke rumah. Untung saja aku sendirian di rumah. Karena itu tidak ada orang yang menegurku karena tidak bisa tenang di dalam rumah.
Suara dari perutku menghentikan langkahku yang akan kembali keluar rumah setelah 10 menit duduk di ruang makan, menunggu. Aku lagi-lagi menghela napas menyerah dan memilih untuk mengisi perut.
Saat itu aku sedang malas memasak. Jadi, aku memutuskan untuk membeli makanan instan di minimarket yang tidak jauh dari rumah. Aku pergi ke minimarket itu, membeli bento dan beberapa snack kemudian kembali ke rumah.
Sebelum masuk rumah, aku kembali melirik kotak pos yang ada di depan rumah. Tidak bisa ku tahan, aku kembali memeriksa kotak pos.
Manik unguku langsung membesar begitu melihat sebuah amplop dengan simbol UA di dalamnya.
Aku melupakan rasa laparku. Aku langsung berlari menuju kamar untuk membuka surat tersebut. Suratnya terasa cukup berat jika hanya diisi oleh kertas. Begitu kubuka, sebuah benda bulat seperti alat perekam keluar dari amplop dan menyala.
"Nak Murasakibara Rumi, kan?" seekor tikus atau beruang atau berang-berang—aku tidak tahu, berucap di projektor itu. "Nilai ujian tulismu cukup bagus, begitu juga dengan ujian praktekmu. Aku terkesan dengan caramu mengembangkan quirk milikmu dan juga terkesan dengan sifat heroik yang kamu miliki. Aku berharap kami bisa melatihmu untuk menjadi pahlawan yang bisa menolong orang-orang yang membutuhkannya. Selamat datang di SMA Yuuei, Murasakibara-san!"
Video dari projektor itu sudah lama selesai. Namun, aku masih duduk menatap alat perekam yang ada di atas meja belajarku. Rasa terkejut dan senang membuat tubuhku membeku tidak dapat bergerak.
Beberapa menit kemudian, aku merasa perutku berbunyi lagi. Aku berdiri dari kursi dan berjalan keluar kamar. Namun, belum sampai ke pintu kamarku yang tertutup, pandanganku mengkabur. Tubuhku juga terasa ringan sehingga terasa seperti melayang. Setelah itu, semua pandanganku menjadi hitam entah untuk berapa lama.
.
.
Aku terbangun di atas tempat tidurku. Jam di meja belajarku menunjukkan pukul 9 malam. Melihat angka itu, aku langsung melompat dari kasur. Aku keluar kamar untuk mencari Ayah dan Ibu.
Aku ingin mengejutkan keluargaku. Aku ingin melihat ekspresi tidak percaya namun senang yang akan tercetak di wajah mereka begitu tahu aku berhasil masuk ke UA jurusan pahlawan.
Saking bersemangatnya, aku tidak sengaja membuka pintu kamarku terlalu keras, membuat keluargaku yang bersantai di ruang keluarga terkejut.
"Rumi, buka pintunya biasa saja!" seru Ibuku.
"Maaf, aku tidak sengaja. Aku terlalu senang!"
Aku berjalan ke arah Ibu dan menyerahkan surat dari UA.
"Ibu, aku berhasil masuk UA!"
"Jurusan umum?" adikku tanya selagi Ibu membaca surat yang kuberikan.
"Bukan. Jurusan pahlawan, tahu!"
Aku menunggu respon yang akan diberikan ibuku. Ayah yang duduk di sampingnya juga ikut melirik, membaca surat dari UA.
"Oh, baguslah. Selamat."
"Materi pelajarannya nanti pasti susah. Jangan terlena dan tetap belajar, Rumi."
Aku mengangguk paham. Aku sudah tahu itu. Tentu saja apa yang dikatakan Ibu benar. UA adalah salah satu sekolah terkenal di Jepang. Persaingannya cukup berat. Jika meleng sedikit, kita bisa saja terjatuh.
"Ada sisa makan malam. Makan lalu cuci piring," perintah Ibu.
Aku menatap makanan yang ada di meja makan. Ada nasi, kroket, tamagoyaki dan sup miso. Porsinya terlihat sangat banyak.
Aku tahu aku lapar. Aku tahu masakan buatan Ibu selalu enak. Aku suka makan makanan enak. Tapi, malam itu aku merasa makan malam saat itu terasa berat. Aku tidak sanggup menghabiskannya. Tapi aku tidak mau membuang makanan, jadi aku memaksa diriku untuk menghabiskannya.
Butuh waktu hampir satu jam untuk menghabiskan makan malam saat itu. Kakak bahkan menegurku karena makan terlalu lama.
Setelah mencuci piring, aku kembali masuk ke kamar. Aku berencana untuk kembali tidur karena aku bisa merasakan tubuhku yang pegal kelelahan. Namun sejam aku berbaring di atas tempat tidur, aku tidak bisa memejamkan mataku. Mendengarkan lagu dengan headset juga percuma.
Mungkin karena aku sudah tertidur siang tadi hingga malam, makanya aku jadi kesulitan tidur.
Aku menyerah dan bangun dari posisi baring. Aku mengambil buku novel di rak buku dan membacanya. Untung saja setelah beberapa jam dan tiga perempat halaman novel, akhirnya aku bisa tidur juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two hearts for Us (BNHA Fanfiction)
FanfictionOrang-orang mengatakan quirknya tidaklah hebat. Cita-citanya menjadi pahlawan tidak akan terwujud. Namun, Murasakibara Rumi tidak mau mendengar perkataan itu dan tetap mendorong diri untuk menggapai cita-citanya. Di dalam perjuangan menggapai cita-c...