07

1 0 0
                                    

Pelajaran dasar pahlawan akhirnya selesai untuk hari itu. Setelah ganti baju, kami kembali kumpul di kelas karena kami masih ada satu materi lagi sebelum pulang.

Namun, kulihat Bakugo sudah mengambil tasnya dan melangkah pulang. Walaupun sempat ditanya oleh teman-teman yang lain, dia mengabaikan mereka.

Midoriya yang baru kembali dari uks dan mendengar kalah Bakugo pulang, langsung berlari mengejarnya. Entah ada masalah apa diantara mereka berdua. Uraraka mengatakan kalau itu adalah masalah antara dua lelaki sejati, pertarungan yang sudah ditentukan oleh takdir entah apa maksudnya.

"Kau...," suara dari belakang memanggilku. Todoroki berdiri kokoh masih dengan tatapan tajam saat pelajaran siang tadi.

Aku menelan ludah gugup sebelum menjawab, "I-iya?"

"Ikut aku!" pintanya. Aku memandang punggungnya yang menjauh berjalan lebih dulu keluar kelas.

"A-apa itu tadi, Murasakibara? Apa Todoroki akan menyatakan perasaan padamu?! Cinta pada pandangan pertama?? Kita baru dua hari masuk SMA, loh!" Ashido Mina berteriak sambil menggoncangkan seluruh tubuhku. Rasanya aku ingin muntah.

"Ti-tidak mungkin seperti itu, Ashido-chan. Su-sudah dulu. Aku akan menyusulnya."

Aku ikut keluar kelas dan berjalan mengikuti Todoroki yang sudah cukup jauh di depan.

Dia terus berjalan hingga sampai di halaman belakang sekolah yang sepi. Aku berhenti di dekatnya.

Todoroki tidak langsung berbicara. Dia masih menatapku dan tatapannya masih membuatku merinding takut. Pada akhirnya, aku berinisiatif memulai pembicaran lebih dulu.

"Todoroki-kun, apa aku ada salah? Setelah pertandingan kita tadi, kau terus menatap marah padaku. Ka-kalau aku ada salah, aku minta maaf."

"Aku lebih hebat darimu."

Akhirnya Todoroki bersuara, mengucapkan kalimat yang tidak kuduga.

"Aku diciptakan oleh ayah sialanku menjadi sangat sempurna. Aku punya kekuatan es milik ibuku dan kutukan api dari ayahku. Aku sudah bersumpah tidak akan menggunakan kutukannya karena aku bisa kuat hanya dengan kekuatan Ibu. Tapi kau...."

Raut wajah Todoroki semakin menggelap.

"Kau tidak hebat dariku, tapi kau membuatku melanggar janjiku!" teriak Todoroki.

"Latihan tanding tadi, aku tidak terhitung sebagai pemenang! Aku menggunakan api sialan itu! Aku tidak tahu kau siapa, tapi kau tidak akan mengalahkanku lagi!"

Setelah itu, Todoroki langsung meninggalkanku di halaman belakang.

Untuk beberapa menit, aku bahkan tidak bergerak dari posisiku. Aku masih shock dengan bentakan dari Todoroki yang masih tidak masuk akal di otakku.

Jadi dia daritadi menatapku tajam karena dia menang di Latihan tanding melawanku?

Haduh... Aku benar-benar tidak mengerti.

"Murasakibara!" suara yang agak familiar menyapaku setelah aku kembali ke kelas. Kaminari melambaikan tangannya, memintaku untuk mendekat. "Kau pulang sendiri?" tanyanya.

"Iya. Kenapa?"

"Mau pulang bareng?" tawarnya.

"Ah, tidak bisa. Aku mau mampir ke mall dulu. Aku mau cari sepatu baru. Sepatuku yang sekarang sudah sempit, kakiku jadi sakit."

"Tidak masalah. Aku bisa menemanimu."

"Mau cari sepatu? Aku punya toko rekomendasi. Aku juga bisa menemanimu, Murasakibara," Kirishima yang ada di dekat Kaminari ikut nimbrung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two hearts for Us (BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang