BAB VI

34.9K 1.9K 46
                                    

Hello, maaf lama terus updatenya. Karena banyak yang nanya kapan bisa update sedangkan banyak pekerjaanku sibuk sampai bulan depan. Jadi Bab ini aku publish seadanya yang ada di draft dan kalau ceritanya kependekan, harap dimaklumi ya.

Makasih buat kalian yang sudah membaca, vote dan comment cerita ini.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankannya. Selamat membaca.. :)

★**************************************★

Hah, gue dioper kayak barang. Keluar dari mobil Dareen dioper ke wanita memakai pakaian jas dan celana hitam yang sangat aneh kalau dilihat dari cara berpakaiannya yang hadir di acara pernikahan.

Wanita itu memasangkan kerudung dengan ekor yang panjangnya 2 meter. Benar-benar Susan buat bergerak.

"Apa ini calon pengantin wanita kamu?" Tanya pria tua yang duduk di kursi roda datang mendekati tempat kami berdiri di dekat mobil bersama pria berkebangsaan asing yang seumur dengannya.

Kayaknya gue pernah ketemu sama om-om yang duduk dikursi roda itu tapi dimana.

"Kamu.." Ia menatap gue terkejut lalu terdiam lama. "Kamu bukannya gadis yang dirampok waktu itu? Kita pernah bertemu di New York"

Ah, gue ingat! Si mafia itu! Gimana nih? Apa dia mau culik gue? Ga mungkin! Ada Dareen di sini. Ga mungkin kan mau nyulik gue.

"Ternyata kamu wanita yang dipilih Dareen menjadi istrinya. Selamat" Ucap pria itu maju dengan kursi roda yang di dorong di belakang. Tanpa sadar gue melangkah mundur. Menjaga jarak darinya.

"Saya bukan orang jahat" ucapnya sambil tersenyum tetap aja gue ga percaya. "Saya direktur tempat Dareen bekerja"

Si Dareen kerja sama mafia? Cocok sih dengan sikapnya kayak gitu. Kalau dia pengen gue tersenyum manis, menunduk, gak bakal! Lebih baik Dareen di pecat.

Tiba-tiba pria berkebangsaan asing yang tadi di sebelah bos Dareen mendekati gue. Kalau dilihat dari dekat, meski sudah berumur tapi masih cakep. Tapi kenapa gue ngerasa familiar ya.

"Ini hadiah untuk kamu" ucapnya yang ternyata fasih berbicara bahasa Indonesia sambil membuka kotak di lapisi beludru berwarna merah. Memperlihatkan gelang indah dengan bertaburan berlian kecil di sekelilingnya.

Bagus banget gelangnya. Berliannya pun kualitas tinggi. Walau gue ga tau siapa tuh om-om bule. Tapi mumpung di kasih apa salahnya gue ambil.

"Biar saya pasangkan" gue langsung menyodorkan tangan gue yang ga memakai gelang. Menunggu dipasangkan gelang indah itu.

Om bule memasangkan gelang indah itu di pergelangan gue. "Jaga baik-baik pemberian saya"

"Baik" Tentu aja akan gue jaga baik-baik. Kapan lagi gue punya gelang mahal yang harganya selangit. Bahkan koleksi gue ga ada yang semahal ini.

Perhatian gue teralihkan dari sepenuhnya ke gelang cantik ini. Gue ga peduli dengan apapun. Mood gue lagi senang banget.

"Ayo cepat!" Lagi-lagi Dareen ngagetin gue. Pakai acara narik ke depan gereja dengan kasar. Bahkan gue ga sempat ngucapin terima kasih dengan om bule.

Dan untuk kesekian kali, lagi-lagi dia mengoper gue. Kali ini ke papa yang menunggu di depan Gereja.

"Maaf, kami datang terlambat, om"

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang