Bab II

29.8K 1.6K 38
                                    

Gaun-gaun yang dibelikan Rafael benar-benar indah. Ga cocok buat Adre. Ini cocoknya buat gue. Ternyata, selera gue dan Rafael sama. Gue terus mengagumi bayangan gue di cermin. Ah, kenapa gue malah lupa gini.

Gue mengambil hp Adre yang gue pinjam diam-diam dari tasnya, kantong celana yang gue letakan di atas meja. Membuka kunci dengan menyentuh titik-titik di layar membentuk garis pita. Untungnya kunci hp Adre ga diubah.

Gue menyentuh icon kontak di hpnya. Mana ya nomor mama? Tangan gue menyentuh layar hp sampai menemukan nomor mama. Dapat. Gue menghafal nomor mama lalu kembali mengunci hp Adre. Sekarang tinggal mengembalikan hpnya.

Gue keluar sambil memamerkan gaun yang gue pakai ke Adre. Ia hanya diam dan gue tau kalau ia ga rela gaun ini gue pakai. Ah, peduli amat. Toh, ini cuman kamuflase gue doang supaya ambil hpnya diam-diam.

"Yang mana lagi ya? pilihin dong"

Walau ia ga rela tapi tetap aja dia mau memilihkan gaun yang akan gue coba. benar-benar Adre, ga berubah sedikitpun.

Saat ia memilih gaun, gue langsung menaruh kembali hp di tasnya dan pura-pura ikut mencari gaun selanjutnya yang akan gue coba.

"kayaknya ini bagus deh" gue mengambil gaun berwana merah. ini gaun cantik banget. Ini cocok banget sama gue.

"Gue coba yang ini" gue membawa gaun cantik itu ke kamar mandi. Melepas gaun yang gue pakai lalu menggantinya dengan gaun merah maroon

Cantik, anggun, elegan dan seksi. Gaun ini kayaknya tercipta buat gue. Kalau gue jadi model nih gaun, pasti banyak yang mau membelinya bahkan dengan harga selangit.

Gue keluar memamerkan gaun itu ke Adre. "Gimana? gue cantik kan pakai ini? Ini cocok banget ama gue. Pas banget!" Gue ga bisa berhenti mengagumi diri gue dipantulan cermin.

"Rafael baik banget ya sampe ngeluarin banyak uang beli gaun-gaun ini buat lo. Gue yakin pasti dia yang pilihin ini semua. selera lo kan ga setinggi ini"

Gue melirik Adre dari pantulan cermin. Raut wajahnya terlihat sangat kesal. Ck! Dasar pelit. Gue kan cuman nyoba segitu kesalnya. Kalau dia kesal gini semakin pengen gue mengambil gaun ini.

Tatapan gue berhenti ke sosok tampan yang baru datang. Apalagi dia sampai terdiam gitu melihat gue. Pasti dia terpesona dengan gue. Memang pesona dan kecantikan gue ga bisa ditolak oleh pria manapun

Gue memamerkan gaun itu ke Rafael. Ia memuji gue bahkan di depan Adre. Kayaknya Rafael ga suka sama Adre. Apa gue test aja biar tau gimana perasaannya ke Adre.

Gue meminta gaun yang gue pakai ke Rafael. Dengan mudahnya ia memberikannya ke gue. Bukan hanya gaun yang gue pakai sekarang. Tetapi juga gaun-gaun yang ia belikan ke Adre.

Ternyata benar dugaan gue. Rafael ga suka sama Adre. Walau sebaliknya, Adre jatuh cinta ke Rafael. Ia kayak orang patah hati gitu. Lalu berganti menahan amarah ke Rafael.

Gue ga mau ikut-ikutan masalah mereka. Untung Rafael meminta gue ke kamar yang ia pesan buat gue. Lebih baik gue cepat-cepat pergi. Gue membawa tas-tas berisi gaun yang diberikan ke gue.

Gue keluar kamar menuju kamar buat gue. Kamar yang ga kalah bagus dari kamar Adre dan Rafael. Sekarang gue sendirian dan bebas menelpon mama.

Tapi kayaknya ada yang lupa. Ah, nomor papa. Kayaknya gue harus balik ke kamar buat minta nomor papa. Gue pura-pura ga tau kalau mereka ribut. Demi kartu kredit gue.

*****

Ah, si Adre malah pergi sama Rafael. Di saat penting gini malah ga ada. Mana ga ngajak gue. Gimana gue bisa shopping kalau kayak gini. Ah, mendingan nelpon mama. Banyak yang mau gue ceritain.

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang