Bab VIII

43.2K 1.9K 85
                                    

Hello, makasih sudah baca, vote dan komen cerita ini. Sori kalau ga balas komen-komen kalian.
Buat yang minta POV Dareen, harap bersabar ya. Belum saatnya POV Dareen di publish. Nanti ga greget bacanya. Aku lebih suka kalian penasaran dan menebak-nebak karena itu daya tarik setiap cerita yang aku buat.

Selamat hari raya idul fitri buat teman-teman yang merayakan. Mohon maaf lahir batin..

Sekali lagi makasih banyak.. Selamat membaca.. :)
★************************************************************★

Badan gue rasanya remuk. Ditambah rasa nyeri di bawah. Ingatan tadi malam kembali terbayang bikin gue malu. Beruntung Dareen ga ada saat gue bangun. Gue ga berani bertatapan dengan Dareen kalau begini.

Tunggu, kenapa gue malah kayak gini? Harusnya Dareen yang malu sudah menghina gue! Sekarang dia tau kalau gue bukan wanita menjijikan yang tidur dengan laki-laki manapun!

Gue harus bertemu dengannya. Gue mau lihat gimana reaksinya setelah mengambil kesucian gue.

Dengan tubuh yang sulit digerakkan, gue bangkit dari posisi tidur. Melilitkan selimut ditubuh gue yang penuh dengan tanda-tanda merah.

Walau amatiran, tapi gue tau kalau gaya bercintanya luar biasa. Ga bisa dipungkiri, kalau nanti malam dia pengen, gue mau mengulanginya.

Bibir gue tersenyum membayang ciumannya yang memabukkan ditambah permainannya yang bikin gue ga berdaya. Ah! Kenapa gue jadi mesum gini!

Senyuman yang tadinya menghias wajah langsung pudar saat melihat alas tidur di bawah gue. Membuat gue langsung berdiri di atas tempat tidur.

"Ahhhhhh!!!!" Gue menjerit sekencang-kencangnya. Mengerikan! Ini darah kan? Darah siapa bekasnya sampai setengah tempat tidur.

Suara pintu terbuka kasar menampilkan Dareen yang berpakaian rapi menatap gue. "Ada apa?"

"Ini!" Gue menunjuk tanda merah di bawah gue.

Terdengar hembusan nafas kasar darinya. "Memang kenapa?" Ucapnya yang ga peduli dengan kepanikan gue.

"Ini darah siapa?!" Ga mungkin kan ini darah gue sampai sebanyak ini. Bisa-bisa gue kekurangan darah.

Dareen malah menatap gue tanpa ekspresi. "Apa kamu sedang berakting? Sengaja ingin menunjukan padaku kalau kamu masih perawan"

Apa?! Kali ini gue menghembuskan nafas kasar. "Aku ga lagi berakting! Aku kaget ada bekas darah sebanyak ini!"

"Kamu ga sedang mempermainkanku dengan menyiram darah bohongan kan?" Mungkin aja kan dia sengaja bikin gue ketakutan.

"Untuk apa aku melakukan itu? Aku ga suka tempat tidurku kotor"

Kalau bukan, berarti itu.. "Apa ini darahku?" Ia mengangguk. "Kamu sengaja mau bunuh aku?!" God, darah gue!

Dareen benar-benar mengerikan! Ga bunuh gue dengan benda tajam, sekarang pakai benda miliknya. Gue harus berpikir ulang soal bercinta dengannya lagi!

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang