Bab IX

33.9K 2K 110
                                    

Hallo, habis baca-baca ulang part sebelumnya ternyata gaya bicara Dareen berubah. Mulai part ini balik ke gaya bicara Dareen yang dulu.

Makasih sudah baca, vote dan
komennya. Maaf ga balas komennya.

Sekali lagi terima kasih dan Selamat membaca :)
★****************************************★

Sial! Bokong gue sakit duduk ga bergerak dari tadi. Kuping gue panas. Ditambah hati campur aduk antara marah, sedih dan menyesal.

"Kamu tidak bisa dipercaya! Uang itu harusnya untuk kebutuhan kita bukan buat jalan-jalan!"

Siapa yang jalan-jalan? Gue balik ke rumah buat ambil barang berharga gue. Toh nantinya bisa buat beli kebutuhan rumah ini.

"Sekali lagi kamu tidak berpikir panjang sebelum menghabiskan uang, aku tidak akan memberikannya lagi ke kamu"

Ancam aja kayak gitu! Gue ga peduli! Nyesel gue ketemu sama dia! Harusnya gue kabur aja pas ngeliat wajahnya. Ah! Jadi ingat pas ketemu dia tadi.

Flashback

Tekad gue sudah bulat! Liat aja, dalam waktu setahun gue yakin sudah memiliki usaha sendiri!

Suara motor berhenti di samping gue. Awalnya gue ga peduli tapi setelah melihat wajahnya, gue ga bisa bergerak. Kaki gue seperti tertancap di trotoar.

"Kenapa kamu ada disini?!" Bentakannya yang menyadarkan gue. Ia menatap gue lama lalu menghembus nafas kasar.

"Pulang!" Ia menarik tangan gue ke motor yang terpakir di pinggir jalan.

"Jangan diam saja. Naik!" Perintahnya yang gue lakukan meski bingung cara naiknya.

Ini pertama kalinya gue menaiki motor. Mana bawah gue masih nyeri bergesekan dengan celana dan selarang duduk di atas motor. Gue kayak robot mengikuti perintahnya. Terlalu terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Ia menaiki motor di depan gue dan menyalakan mesin. "Pegangan"
Gue melingkarkan tangan ke pinggangnya dengan tangan kanan dan memegang kotak make up di tangan kiri

Meski motor mulai melaju. Bergabung dengan alur jalan raya, gue masih bingung kenapa dia bisa tau gue ada di sini? Kenapa dia datang di saat gue pengen pergi? Kenapa disaat gue pengen balas dendam, dia mengurungkan niat gue?

Terasa air mata gue pengen keluar. Sedih dan sakit yang gue rasakan karena perlakuan orang tua yang membuang gue. Sekarang, salah satu orang yang ga pengen gue lihat malah membawa gue.

Tangan gue semakin memeluk pinggangnya. Menyandarkan wajah di punggungnya. Cuma dia sekarang yang gue punya. Meski dia membenci gue tetapi dia ga membuang gue kayak keluarga gue.

Flashback end

"Kamu dengar?!" bentakannya bikin gue tersadar. "Kalau aku lagi bicara, dengarkan! Jangan melamun!"

Duh, Dareen udah kayak nenek-nenek! Cerewetnya minta ampun! Ga tau apa orang masih sedih juga malah dimarahin. "Iya dengar"

"Berdiri!" gue berdiri dari sofa yang keras. Memijit pelan bokong gue yang kayaknya mati rasa.

Tiba-tiba aja Dareen berjalan ke kamar. Aneh banget. Sudah berdiri malah ditinggalin gitu aja.

Langkah kakinya mendekati gue. Ia membawa kain ditangannya. "Ganti pakai ini!"

Dareen melempar kain ditangannya. Gue membuka lipatan kain. Celana?

"Jangan hanya dilihat. Ganti sekarang juga!"

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang