Bab XXIVa

54.3K 2.3K 264
                                    

Hello, mohon maaf sudah lama menunggu cerita ini dan ga balas pesan.

Makasih sudah baca, vote, komen dan mengirim pesan agar aku terus lamjutin cerita ini.

Walau telat, selamat hari raya Idul Fitri buat teman-teman yang merayakannya.

Happy reading all.. :)

★***********************************************★

Aku menatap dari balik jendela kearahnya yang berbicara dengan para ibu yang biasa bertengkar dengannya. Ternyata apa yang ia katakan tadi malam benar jika ia bicara dengan ibu-ibu tetangga sini. Tetapi kenapa mereka bisa berteman? Kapan mereka baikan?

Pandanganku beralih saat melihat lelaki yang ada di foto berbicara dengannya. Pagi seperti ini mereka sudah bertemu?! Keterlaluan! Ingin sekali aku keluar dengan keadaan setengah telanjang dan menghajar lelaki itu yang berani mendekati istriku!

Hah.. tenang. Melakukannya hanya akan mempermalukan diriku. Lebih baik aku mandi lagi untuk meredakan kepala dan hatiku.

Aku berjalan kembali ke kamar mandi. Kali ini menyiram rambutku untuk meredakan pikiranku. Kecemburuanku. Menghilangkan semuanya sebelum berhadapan dengan Adela.

Setelah beberapa lama, aku keluar dari kamar mandi dan menatapnya seperti pencuri yang mengendap-endap di depan kamar. Tingkahnya sangat mencurigakan. Apa ia sedang mencariku?

"Ngapain kamu di depan pintu?"

Ia terkejut mendengar suaraku sambil mengusap dadanya. Membalikkan tubuhnya menghadapku dengan ekspresi yang menggelikan bahkan meneguk air liurnya dengan keras. Jika tidak masih cemburu aku pasti senang menggodanya.

"Kamu belum berangkat?" Tanyanya berusaha menatap wajahku dengan rona merah tetapi matanya sesekali melirik ke bawah.

"Nanti" jawabku sambil menggosok rambutku dengan handuk menutupi bibirku yang tidak tahan untuk tersenyum akan tingkahnya.

"Em, kamu ga takut terlambat?" Tanyanya lagi dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Bukan urusan kamu" Aku sudah tidak tahan. Dengan langkah lebar aku berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintu didepan wajahnya. Sengaja melakukannya agar ia tidak masuk ke dalam dan mendengar aku tertawa.

Wajahnya benar-benar menggelikan setiap kali menatap dada telanjangku. Ia tidak bisa lepas dariku. Tetapi itu bukan berarti aku akan membatalkan niatku untuk mengikuti permainannya. Aku akan membuatnya cemburu seperti yang aku rasakan. Lihat saja.

*****

Ini bukan seperti yang aku inginkan. Melihatnya begitu dekat dengan lelaki yang bahkan lebih muda dari Dylan. Mereka ingin memata-mataiku atau ingin mengumbar kedekatan mereka agar aku cemburu?

Aku bahkan sengaja berlama-lama dirumah agar lelaki itu pergi yang ternyata malah setia menungguku berangkat! Dengan info dari Joe, mereka selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Hingga aku sengaja meminta Helen agar menemaniku berbelanja seperti biasanya bukannya bekerja di kantor.

"Pak, yang ini bagus" Helen mengangkat gaun berwarna merah maroon dengan potongan rendah.

"Tidak. yang lain saja"aku tidak akan pernah membelikan gaun seperti itu untuk istriku. Membayangkannya dengan bangga memakai gaun itu dihadapan laki-laki lain membuatku kesal.

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang