03

503 52 16
                                    

Happy Reading

"emhhh...." Rafael memukul-mukul dada bidang Narendra brutal, ketika pemuda itu dengan kurang ngajarnya mengambil first kiss-nya.

'anjing! first kiss gueee...'

namun sayangnya pukulannya itu tak berefek pada Narendra, justru pemuda itu malah semakin memperdalam ciumannya, tangannya meraih tangan mungil yang sedari tadi memukul dada bidangnya lalu menggenggamnya erat.

"akhh..." Rafael memekik terkejut ketika tiba-tiba saja Narendra menggigit bibirnya, merasa ada celah Narendra pun langsung melesakkan lidahnya mengeksplor seluruh rongga mulut Rafael.

'Naren anjing babi monyett sialan!' umpat Rafael dalam hati, huhh ingin rasanya ia menangis sekarang.

"emhhh... lephashh..."

hingga beberapa menit kemudian Rafael kembali memberontak, Narendra yang menyadari bahwa Rafael mulai kehabisan nafas pun akhirnya menyudahi ciumannya.

"haahhh... bangsatt! Lo niat mau bunuh gue hah!"

"Hukuman buat Lo." ucap Narendra santai lalu menjilat bibirnya, "manis." Gumamnya.

Pemuda itu berdiri  lalu menatap Rafael yang kini sedang terengah-engah sembari melotot kearahnya dengan bibirnya yang tampak memerah bengkak karena perbuatannya, ingin rasanya ia melahap bibir itu lagi.

tanpa babibu Rafael bangkit lalu langsung memukul wajah Narendra dengan sekuat tenaga yang ia punya, untuk melampiaskan kekesalannya terhadap ketos kurang ajar itu.

Bughh!

"Bangsatt! ya gak usah pake cium gue juga kali!! Lo pikir gue cowo apa an hah!!" ucap Rafael dengan nafas terengah-engah.

menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, Narendra menyeringai, "hukuman spesial, khusus buat rubah nakal kaya Lo."

"Anjing! Jijik tau gak!" Rafael hendak kembali melayangkan pukulannya namun sebelum itu terjadi, Narendra lebih dulu menghindar lalu menangkap tangan mungil itu.

Narendra mendekat lalu berbisik di samping telinga kiri Rafael, "gimana? mau lagi?" bisiknya dengan suara menggoda, meniup pelan telinga Rafael, membuat Rafael merinding di buatnya.

tak tahan dengan tingkah menyebalkan Narendra, lantas Rafael langsung menghempas kasar tangan pemuda itu.

"ketos anjing! dasar gay cabul!! awas aja Lo gue bakal laporin Lo ke guru!"

"silahkan," ucap Narendra santai sembari bersedakap dada menatap remeh Rafael.

"Lo pikir mereka bakalan percaya sama omongan berandal sekolah kaya Lo?"

"secara... Lo tau gue kan." lanjutnya sembari  tersenyum miring, ingin rasanya Rafael mencakar wajah menyebalkan itu.

'sialan.'

merasa kalah telak, Dengan perasaan  kesal  akhirnya Rafael memilih berbalik  pergi dari sana.

Narendra menghempaskan tubuhnya ke sofa tadi, memejamkan mata, ia lantas terkekeh pelan membayangkan wajah Rafael yang sangat menggemaskan jika sedang marah seperti tadi.

menjilat bibirnya,"Manis." gumamnya pelan.

"bibirnya manis, emm gue suka."

ahh sepertinya bibir itu akan menjadi candunya mulai sekarang, pikirnya.

****

sedangkan disisi lain, Rafael berjalan di koridor sekolah dengan bibir yang tak henti-hentinya mengumpati sosok Narendra yang sangat menyebalkan menurutnya.

"dasar ketos anjing babi monyett."

"aishh.... bibir suci gueee~"

memasuki kelas, ia langsung menuju kearah mejanya tanpa memperdulikan pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya soal kemana dirinya tadi, Rafael justru langsung menelungkup kan wajahnya kemeja.

"udahh gak usah di ganggu, moodnya lagi buruk biarin dia sendiri dulu." ucap kevin pengertian, merasa bahwa Rafael sedang butuh waktu sendiri.

akhirnya mereka pun dengan pasrah kembali kemeja masing-masing.

***

kringg ... kringggg....

Bel pulang pun berbunyi, siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas untuk pulang kerumah masing-masing kecuali mereka yang memiliki jadwal ekskul.

Rafael dengan langkah gontai berjalan kearah parkiran di ikuti teman-temannya yang berada di belakangnya menatap dirinya bingung.

lalu haikal berjalan mendekat kearah Rafael merangkul pundak pemuda mungil itu.

"Lo kenapa dah? jangan cemberut mulu elah."

"ga papa, lagi gak mood aja." jawabnya lesu.

"gara-gara di kantin?" Rafael menggeleng.

"teruss?"

"udah ah lagi males gue." Rafael menyingkirkan lengan  Haikal yang berada di pundaknya.

"Oh yaa bibir lo kenapa bengkak?" Tanya Haikal penasaran sama seperti yang lainnya.

Rafael menghela nafas kesal, "di gigit semut." Jawabnya singkat, mereka mengangguk meski tak yakin dengan jawaban pemuda mungil itu.

memikirkan fakta jika ciuman pertamanya di ambil oleh Narendra, seseorang yang bergender sama dengannya membuat moodnya semakin turun drastis.

"mau ikut ke markas gak? anak-anak mau pada kumpul-kumpul." ucap Rendi yang kini berada di samping kirinya.

"nggak ah, gue mau balik aja, duluan ya." jawabnya lalu berjalan kearah motornya.

"ooh yaudah, hati-hati."

"yoii, duluan bang." Rafael melambaikan tangan sebelum  melajukan kendaraannya.

"dahh yukk jadikan ke markas?"

"hm."

melajukan kendaraan mereka masing-masing meninggalkan lingkungan sekolah.

sedangkan disisi lain.

"Ren, tadi tu bocah Lo apain? gue gak sengaja liat tadi dia ngomel-ngomel sendiri pas lewat depan kelas gue, mana mukanya kaya lagi marah banget, gak kaya biasanya." tanya Jendra penasaran.

Narendra menyeringai menatap sahabatnya, "cuma ngasih hukuman spesial."

"hukuman apa an, gak usah aneh-aneh, Lo gak jebol dia kan?" jendra memicingkan matanya kearah Narendra.

"ya enggak lah bego! kalo gue jebol pasti  dia jalannya susah."

"ohh iyaa yaa." ucap jendra dengan tampang bodohnya.

"lahh kalo bukan, terus Lo apain tu bocah sampe bisa marah banget kek gtu?"

"cuma cium."

"bego! pasti dia sekarang makin benci sama Lo, Lo gk lupa kan kalo dia itu straight? makin susah buat Lo dapetin dia bodoh." makinya kepada Narendra, yang kini hanya tersenyum tipis sembari menatap foto Rafael yang berada di layar ponselnya.

"gampang, gue bakal buat dia belok dan suka balik sama gue, gimana pun caranya dia harus jadi milik gue." Ujarnya penuh ambisi.

"aishhh... terserah Lo deh! dah gue balik duluan." jendra berjalan kearah pintu pergi meninggalkan ruangan Narendra.

sedangkan Narendra hanya menatap datar kepergian sahabatnya.

Bersambung.....

Tanggamus, 05 September 2023

Benci Jadi Cinta? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang