04

451 57 4
                                    

~Happy Reading~

_
_
_

"sialan kenapa jadi kepikiran terus dah!" frustasi seorang pemuda mungil yang tengah duduk di atas kasurnya sembari menggigiti telinga boneka gembrot berwarna putih kesayangannya.

"Naren bajingan!" umpatnya kesal.

tokk tokk tokk

"El sayang." Terdengar suara sang bunda dari balik pintu, "iyaa bund, sebentar." pemuda itu lantas turun dari kasur lalu berjalan kearah pintu.

ceklek.

menyembulkan kepalanya dari celah pintu,"iyaa bund?"

"turun yuk, makan malem udah siap."

Rafael mengangguk  lalu menutup pintu kamarnya, berjalan mengikuti ibunya menuju ruang makan.

disana, di meja makan sudah terdapat sang ayah yang tengah duduk menunggu anak dan istrinya sembari bermain ponsel.

Lalu mereka pun makan malam dengan tenang.

"Gimana sekolahnya?" tanya sang ayah saat mereka sudah selesai makan, kini mereka Tengah duduk santai di ruang keluarga sembari menonton televisi.

"biasa aja, cuma El lagi kesel banget sama ketos di sekolah El."

"kesel kenapa?" tanya bunda.

"pasti di hukum lagi lah bund." celetuk sang ayah membuat Rafael menatap ayahnya dengan wajah cemberut.

"nakal sih." lanjut sang bunda sembari terkekeh pelan.

"ihhh, El kan cuma telat dikit doang ehh masa langsung di hukum suruh lari keliling lapangan 20×." Rafael bercerita dengan nada menggebu-gebu, namun ia tak menceritakan bagian Narendra menciumnya, bisa gawat kalo mereka tau.

"halahh udah di hukum gitu juga, kamu gak kapok-kapok." ujar bunda membuat Rafael meringis.

'tapi sekarang Rafael kayanya udah kapok bund, takutt di anu sama gay cabul itu.' batin Rafael meringis mengingat dirinya yang sudah di lecehkan oleh Narendra di ruang OSIS pemuda itu.

"biarin aja bund, namanya juga anak cowok."

"ini lagi, bukannya ngajarin anaknya yang bener." ujar bunda sembari mencubit pinggang suaminya.

"aduhh ampunn bunn.... sakittt." mendengar ringisan sang ayah membuat Rafael bergidik ngeri membayangkan cubitan maut sang bunda, yang sangat luar biasa rasanya.

"nakal boleh bodoh jangan, nilai kamu tuhh burik semua gimana kalo nanti gak naik kelas hm?" Rafael cemberut mendengar penuturan sang bunda, ia kesal jika sudah di ceramahi seperti ini, Rafael memilih meraih 1 toples berisi keripik singkong lalu memakannya sembari menonton tv tanpa memperdulikan kedua orang tuanya itu.

"tenang bund, ayah udah nyari guru les yang cocok buat Rubah nakal kita." ujar sang ayah sembari menepuk dadanya bangga.

"tapi yahh... kamu tau kan, yang dulu aja pada gak sanggup ngadepin itu bocah." ucap bunda sembari melirik Rafael yang tengah fokus menonton kartun upin&ipin.

ayah tersenyum miring,"Tenang bund yang ini beda."

"emng siapa sih yah?"

"itu anaknya si juned."

"juned?"

"ituu lohh suaminya Jessica."

"juna ayahhh~ kebiasaan dehh dari dulu suka banget ganti-ganti nama orang sembarangan."

"SSA dong." ucap ayah mengangkat bahunya tak peduli.

Bunda mendengus kesal,"terserah ayah deh, ehh Anaknya Juna yang dingin banget kaya es di kutub itu? Udah lama banget bunda gak ketemu." tanya bunda mengingat anak dari sahabatnya itu.

"iyaa siapa lagi kalo bukan itu bocah anaknya si juned kan cuma satu, kebetulan juga dia ternyata satu sekolah sama tuh Rubah nakal kita."

"nanti dia juga jadi bisa ngawasin El di sekolah." lanjutnya.

"emm... gimana kalo kita suruh dia tinggal di sini aja nemenin El, sekalian ngawasin El pas nanti kita pergi keluar negeri, gimana yah?"

"bagus juga ide kamu, nanti deh Ayah telfon anaknya mau apa nggak."

"iyaa Yah, semoga aja sih mau."

sedangkan Rafael yang kini tengah bermain game di ponselnya tentu saja tak mendengarkan obrolan dan rencana kedua orangtuanya.

***

disisi lain.

seorang pemuda tengah berdiri di atas balkon kamar Apartemennya, menumpukan tangannya di atas besi pembatas balkon sembari menatap indahnya kota pada malam hari.

seorang pemuda tengah berdiri di atas balkon kamar Apartemennya, menumpukan tangannya di atas besi pembatas balkon sembari menatap indahnya kota pada malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tring... tringg...

ponsel yang berada di genggamannya berdering, layar menunjukan panggilan masuk dari seseorang lalu dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut.

"hallo."

"...."

"hm.. iyaa om"

"...."

"iyaa om, sama-sama."

"...."

"selamat malam."

tut.

"This looks like it's going to be a lot easier than I thought." ujar pemuda itu sembari membayangkan rencana-rencana yang akan ia lakukan selanjutnya.

bersambung....

maap yaa kalo bahasa Inggrisnya ada yang salah, jangan salahin aku tapi salahin aja googlenya.

Tanggamus, 06 September 2023

Benci Jadi Cinta? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang