06

456 50 13
                                    

~Happy Reading~

_
_
_

"sialan!" umpat Rafael pelan saat melihat Narendra yang mengawasinya dari bawah pohon pinggir lapangan.

sedangkan di bawah pohon Narendra menggigit bibir bawahnya menahan gemas melihat wajah cemberut Rafael, dengan bibir komat-kamit  sembari menatap kesal kearahnya, sungguh pemuda mungil itu tampak sangat menggemaskan dimatanya.

ingin rasanya ia menculiknya lalu mengurungnya di kamar apartemennya.

Narendra lantas langsung menggelengkan kepalanya pelan menghilangkan pikiran nyeleneh di kepalanya.

****

"Rafael." panggil ayah.

"hmm?"

Ayah menghela nafas panjang menatap serius anaknya, "tadi bu mawar telpon ayah."

'sialan, si kembang kuburan ngadu lagi pasti." batinnya kesal.

"dia bilang kamu tidur saat dia mengajar, apa benar?"

'nah kan ngadu.'

"iyaa Yah, lagian walaupun El merhatiin juga tetep gak ngerti sama apa yang dia jelasin, jadi ya mending El tidur aja orang ngantuk." jawabnya enteng membuat kedua orang tuanya menghela nafas frustasi.

"oke, Ayah sama Bunda udah sepakat-" ujar Ayah menggantung ucapannya lalu menatap sang istri yang duduk di sampingnya.

"Bunda sama Ayah sepakat buat nyari guru les buat kamu." sambung Bunda.

"lohhh tapi Yah, Bund Rafael ga-"

"syutttt gak boleh protes." potong Bunda dengan jari telunjuk menutup bibir putranya membuat Rafael bungkam.

"dan Ayah sama Bunda juga mau bilang kalo kita bakal China besok pagi, kurang lebih  2 bulan kita disana karena Ayah lagi ada proyek baru disana, sekalian honeymoon iya gak bund." Ujar ayah lalu menaik turunkan alisnya menatap bunda, membuat bunda melotot, mencubit pinggang suaminya itu.

"Lohhh bund kok lama banget sihh." protes Rafael.

"yaa mana saya tau, kok tanya saya."

Rafael merengut menatap kesal kedua orang tuanya.

"tenang aja guru les kamu masih muda kok seumuran bahkan satu sekolah sama kamu, mana ganteng lagi jadi kalian bisa berteman gak perlu canggung," ujar bunda yang langsung mendapat cubitan kecil dari Ayah.

"aduhh ayah apaan sih cubit-cubit." kesal bunda sembari memukul pelan tangan tangan suaminya.

"Ya kamu pake puji-puji cowok lain di depan aku." ujar Ayah memasang wajah cemberut.

"dihh udah tua juga masih aja cemburuan," ejek bunda yang langsung mendapat delikan tak terima dari ayah.

Bunda melirik sinis suaminya  yang penuh drama itu lalu kembali beralih menatap Rafael, "dia bakal tinggal sementara disini biar kamu ada temennya sekalian  biar bisa jagain kamu." sambung Bunda.

"ishh Bunda sama Ayah apa-apaan sihh, nanti kalo ternyata dia ngapa-ngapain El gimana? kok Bunda sama Ayah asal percaya aja sih sama dia!" Rengek Rafael tak terima dengan keputusan mereka.

"aelah kek anak perawan aja takut di apa-apa in."

Rafael mendelik mendengar ucapan Ayahnya, "lagian El udah gede, ngapain sih pake di jagain segala."

"halahh udah gede juga tetep aja penakut, nanti kalo tiba-tiba ada hantu nyamperin kamu gimana? terus bibi juga mau pulang kampung anaknya lagi sakit katanya gatau balik kesininya lagi kapan, jadi Kamu bakal sendirian di rumah." ujar ayah  mulai menakut-nakuti, membuat Rafael jadi langsung membayangkan kejadian-kejadian horor yang akan terjadi saat dirinya sendirian di rumah besar ini.

Benci Jadi Cinta? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang