07

621 55 17
                                    

~Happy Reading~
_
_
_

'bangsat! niat hati mau jauhin itu homo ehh malah... sekarang kok jadi gini.' batin Rafael miris,  seolah takdir tak menakdirkan dirinya untuk menjauhi pemuda itu yang kini malah menjadi guru lesnya sekaligus tinggal satu atap dengannya.

'bundaa... kenapa harus dia sihh.'

'kalo gini gimana cara gue jauhinnya,'

'Bundaa Rafael takutt di apa-apain sama si homo, kalo nanti El gak perjaka lagi pokoknya itu salah bunda sama Ayah,'

'mau ngelawan lagi tapi gue traumaa nanti di apa-apa in, jadi gimana dong.'

'elahh bodoamat dehh, gue kan lakikk yekali takutt sama tuh bocah!' batin Rafael mulai mendapatkan keberaniannya kembali rupanya.

Rafael terus  sibuk dengan pikirannya sembari mengaduk-aduk makanan yang berada di piringnya tak menyadari bahwa tingkahnya membuat pemuda yang sedang duduk di depannya  mengernyitkan dahinya bingung.

'kenapa tuh bocah.' batin Naren.

"makanan itu di makan jangan di aduk-aduk doang." ujar Naren tenang sembari meletakkan sendoknya, kini ia sudah selesai dengan makan siangnya.

Rafael hanya melirik sekilas tak mau menanggapi, lalu ia mulai memakan makan siangnya dengan tenang, sementara Naren, pemuda itu kini tengah menatap intens sembari menggigit bibir bawahnya menahan gemas melihat  cara makan Rafael, namun ia mencoba untuk tetap mempertahankan wajah datarnya agar tetap terlihat cool.

"bisa gak sih gak usah liatin gue kaya gitu! Lo keliatan kaya om-om pedo tau gak!!" ujar Rafael sinis karena mulai risih di tatap intens seperti itu, sekaligus entah mengapa itu membuatnya salting? hingga tak sadar pipinya mulai memanas.

'ihh pasti merah.' batin Rafael sembari menundukan kepalanya.

belum sempat Narendra membalas ucapan pemuda mungil itu Bi sumi tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.

"Den Rafa," panggilnya, sontak Rafael menoleh kearah bi Sumi yang tengah berjalan menghampirinya sembari membawa satu tas besar berisi pakaian beliau.

"maaf mengganggu, bibi cuma  mau pamit soalnya di depan  jemputan bibi udah dateng den." ujar bi Sumi ternyata hendak berpamitan kepada anak majikannya.

"owalah iyaa hati-hati dijalan ya bi."

"iyaa den, den Rafa juga hati-hati di rumah, jangan lupa makannya jangan sampe  telat  nanti magh-nya kambuh lohh,"

"oh yaa mas Naren titip den Rafa yaa, tolong ingetin jangan sampe telat makan yaa soalnya takut magh-nya kambuh lagi."

"iyaa bi." ucap Naren.

"yaudah kalo gitu bibi pamit yaa den, permisi." pamitnya setelah itu ia berjalan keluar rumah meninggalkan mereka berdua.

Naren yang melihat Rafael telah menyelesaikan makannya pun langsung membereskan meja makan lalu mencuci piring bekas makan mereka, karena mustahil jika Rafael mau melakukannya.

sedangkan Rafael ia tak perduli dan lebih memilih pergi ke ruang keluarga untuk bermain game disana.

disisi lain Narendra yang telah menyelesaikan pekerjaannya pun langsung berjalan menuju kamar tamu yang letaknya di samping kamar Rafael. Ia akan membereskan barang-barang yang di bawanya, karena  tadi tak sempat sebab bi Sumi lebih dulu memanggilnya untuk makan siang terlebih dahulu.

****

pukul 14:00.

"Ck, udahlah percuma gue tetep gak bakal ngerti sama apa yang Lo jelasin." ucap Rafael enteng sembari mencoret-coret buku tulisnya.

Benci Jadi Cinta? (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang