16

304 33 17
                                    

30 menit sebelum balapan dimulai..


Hari yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Di pit box Amanda, dua orang mekanik tengah bersiap untuk menunjukkan kinerja terbaik mereka. Amanda tampak cantik dan keren di saat yang sama ketika gadis itu melepaskan helm dari rambut panjangnya yang terurai. Setelah meletakkan helm, gadis itu berjalan menghampiri Ella.

“Udah cek motor?”

Ella mengangguk cepat. “Udah. Semua aman. Ban juga udah gue pastiin aman dan dalam kondisi bagus. Ada yang perlu di-setting lagi gak, Man?”

“Gak usah. Thanks,” jawab Amanda. Ella mengacungkan jempolnya sebagai balasan.

“Sip. Manda harus menang hari ini,” sahut Indira yang hanya dibalas anggukan semangat oleh Ella.

Setelah mengatakan itu, kelima anggota Angel Wings pergi menuju suatu tempat dimana mereka telah menyiapkan minuman dan camilan. “Gue curiga sama Ella,” ucap Lyn sambil mencomot keripik kentang yang ada di tangannya.

“Kita perlu awasin Ella,” balas Callie yang dibalas dengan anggukan oleh Indira, Lyn dan Lia.

“Terserah.” Amanda berdiri dari bangkunya kemudian menjauh dari keempat temannya. “Gue pemanasan dulu.”

Di sisi lain, Ella tengah fokus pada motor Amanda. Gadis itu mengecek keseluruhan motor Amanda seakan berusaha menunjukkan kinerja terbaiknya. Ia melihat sekeliling. Setelah dirasa aman, Ella mengeluarkan sebuah gunting besar dan memotong kabel rem motor Amanda. Gadis itu tersenyum setelah berhasil memotong. Ella mengeluarkan ponsel dan memfotonya. Lalu, Ella segera mengirim pesan kepada Ashel. “Tugas selesai.”

Sekali lagi, Ella melihat sekeliling. Gadis itu memasukkan gunting besar itu ke dalam saku pakaiannya lantas pergi seolah ia tidak melakukan apa-apa. Namun, Ella tidak cukup teliti. Nyatanya, ada yang melihat perbuatan itu dan sengaja mengabadikannya dalam bentuk video.


Flashback off..


“Ini perbuatan lo, kan?” tanya Amanda sambil menatap Ella dengan tajam. Ella terdiam. Gadis itu melirik ke Ashel yang malah melotot padanya. “I-iya, Man.” jawabnya lantas menundukkan kepala.

“Kenapa nuduh Aran?!” wajah Amanda sudah memerah. Ia telah diselubungi oleh amarah.

“G-gue...” belum sempat Ella menyelesaikan ucapannya, sebuah kepalan tangan lebih dulu mendarat di sisi kanan wajahnya. Namun, pukulan Amanda tak berhenti sampai situ. Amanda juga memukul pipi kiri Ella hingga wajah gadis itu menoleh ke kanan.

“Berani nuduh padahal lo yang berbuat.” Amanda menghentikan pukulannya. Beralih menendang perut Ella dengan keras sehingga ia terjatuh. Amanda berniat mendekat ke arah Ella. Memukulnya sekali lagi, tetapi Indira berteriak lebih dulu.

“Man, udah, Man.” Indira segera memegang tangan Amanda kuat. Amanda yang belum puas lantas memberontak.

“Lepasin!” Amanda menghempaskan tangan Indira. Namun, Indira dengan cepat memegang kembali lengan sahabatnya. Tak lama kemudian, Callie, Lyn, dan Lia datang dan segera membantu Indira untuk menahan Amanda sebelum gadis itu kembali membabi-buta.

Ella sudah terkapar dengan wajah yang tak lagi cantik rupawan, berusaha berucap, “Maaf, Man. Gue cuma disuruh Ashel.”

“Maksud lo apa? Lo sendiri yang nawarin ke gue kalau lo mau bantu,” sahut Ashel tidak terima. Meski ucapan Ella benar adanya, tapi itu akan menurunkan harga dirinya dan Ashel tidak suka.

“Jangan muncul, atau gue bunuh lo!” ucap Amanda penuh penekanan.

“Lo!” Amanda menatap Ashel tajam. “Kembaliin lima puluh juta!”

Ashel terkekeh pelan. “Lo dah kalah, harusnya lo terima aja kalau tuh uang udah ada di tangan gue,” balas Ashel.

“Taruhan gak berlaku, lo curang!” balas Amanda.

“Yah... gimana ya, uang itu udah di tangan gue. Masa lo mau ambil lagi sih? Ibarat lo muntah terus lo makan lagi apa yang udah lo muntahin dong? Ewh,” jawab Ashel dengan ekspresi menyebalkan.

Amanda tak bisa lagi mengendalikan amarahnya. Sebuah pukulan kencang terkena tepat di pipi sebelah kiri Ashel. Darah segar keluar dari bibirnya. Namun, itu tak menggentarkan Ashel. Gadis itu menghapus darah yang menetes dengan punggung tangannya.

“Gue yakin sosok Amanda gak semiskin itu sampai harus pukul gue demi uang yang gak seberapa,” ucap Ashel sambil tersenyum miring.

“Ternyata ketua geng Girls On Fire pengemis,” balas Amanda tak mau kalah.

Rahang Ashel mengeras. Mukanya merah padam. “Jangan sembarangan lo kalau ngomong!” Ashel melemparkan pukulan pada Amanda. Wajah Amanda menoleh akibat pukulan Ashel yang keras. Anggota Angel Wings yang melihat itu sempat terkejut.

Amanda yang tidak terima kembali memukul Ashel. Aksi pukul-pukulan ini tidak bisa lagi dihindarkan. Anggota Girls On Fire dan Angel Wings tidak ada yang melerai. Melihat ketua mereka saling adu kekuatan, para anggota geng juga ikut saling menyerang satu sama lain.

Marsha terjatuh akibat tendangan dari Indira. Badan gadis itu menabrak meja di belakang. Entah bagaimana nasib tulangnya, Indira tidak peduli. Namun, herannya Marsha masih bisa berdiri dan memberikan serangan balik pada Indira.

Aksi pukul-pukulan itu berakhir seimbang. Tidak ada yang sekarat, tidak ada pula yang menang telak. Keduanya berhenti setelah sama-sama merasa lelah.

“Kita balik,” ucap Amanda yang membuat Lyn, Lia, Callie, dan Indira berhenti memukuli anggota Girls On Fire.

“Tapi uang lima puluh juta lo?” tanya Callie.

“Anggap sedekah sama pengemis,” jawab Amanda sambil melirik Ashel dan para anggota Girls On Fire yang masih terlihat marah. Setelah mengatakan itu, Amanda segera keluar dari tempat itu, disusul oleh keempat temannya.

Sepeninggal Amanda dan anggota Angel Wings, Ashel menjadi murka. “Sialan, Amanda! Gue akan buat lo hancur dan bikin lo jadi pengemis beneran!” gerutu Ashel. Gadis itu menatap ke Ella yang masih terbaring di lantai. “Ternyata lo pengen gue bunuh ya?”

Ashel berdiri kemudian menarik kerah baju Ella hingga tubuh gadis yang terbaring tak berdaya itu terangkat. “Kerja lo gak bener semua. Udah ketahuan Aran, dan ternyata aksi lo ada yang nge-videoin. Menurut lo, gue harus ngapain?” tanya Ashel dengan suara lembut. Saking lembutnya, membuat tubuh Ella bergetar. Gadis itu semakin ketakutan. Suara lembut itu seakan memiliki ancaman tersembunyi.

“M-maaf, gue udah—“ belum sempat Ella menjawab, Ashel melepaskan cengkramannya pada kerah baju Ella sambil memberikan sedikit dorongan.

Badan Ella terjatuh ke lantai. Bahkan suara dentuman itu bisa terdengar meski tak begitu keras. Seakan belum puas, Ashel menendang perut Ella kemudian duduk di atas tubuh Ella dan memukuli wajahnya dengan keras. Wajah Ella tertoleh ke kanan dan ke kiri cepat akibat pukulan bertubi-tubi dari Ashel. Ella hanya bisa meringis. Merasakan badannya yang sudah sakit menjadi semakin sakit. Wajahnya penuh dengan luka pukulan. Ia tak berdaya dan tak punya kekuatan sedikitpun untuk melawan.

Namun, anggota Girls On Fire yang menonton hanya terdiam. Mereka membiarkan Ashel yang terlihat puas melampiaskan amarah. Bahkan Indah tampak tersenyum melihat kekerasan di depan matanya. Belum lagi Marsha, gadis dengan paras rupawan itu malah menyemangati Ashel untuk menganiaya Ella lebih sadis lagi.

Ashel baru bisa berhenti ketika mata Ella sudah tertutup. Dan tak lama itu, Ella pun pingsan.

“Girls, bawa dia ke rumah sakit. Dia harus mempertanggungjawabkan semuanya. Dia harus balikin semua uang yang udah gue kasih sebagai imbalan.”

Setelah mendengar perintah dari Ashel, anggota Girls On Fire lantas mengangkat tubuh Ella. Meninggalkan Ashel yang masih emosi dan melampiaskan amarahnya dengan memukul tembok berkali-kali.


TBC.

AMANDA [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang