ALIM :: 1

638 50 5
                                    

°•°•°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°•°•°

Hari Senin. Biasanya apa sih yang dilakukan di Senin pagi? Iya, kebanyakan rusuh. Sama halnya dengan suasana di salah satu kosan ALIM, lebih tepatnya di gedung K1. ((Kemarin kalian sudah berkeliling di kosan ALIM, kan? Jadi pasti kalian tahu gedung mana yang dimaksud.))

Di gedung K1 di pagi hari ini, semua penghuni kos sudah kelabakan karena para bocil yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu terlambat bangun pagi ini. Para lelaki yang berstatus mahasiswa pun ikut terlambat karena beberapa ada yang jadwal mata kuliahnya dimajukan. Salah satunya adalah Saskara Abizar, lelaki yang baru saja memasuki semester dua di dunia perkuliahan itu sedang sibuk bolak-balik dari kamar ke ruang tengah.

"Ada lagi yang kurang gak?" Samuel yang hari ini cukup senggang karena jadwal kuliahnya baru dimulai jam 9 pagi nanti, kini sedang membantu Saskara membawa peralatan lab yang harus dibawa untuk praktikum hari ini.

Saskara meletakkan jarinya di dagu, gestur berpikir sembari melihat pada semua barang-barangnya yang sekarang berada di atas meja ruang tengah. Memeriksa apakah ada yang tertinggal atau tidak.

"Kalau diliat ini udah gak ada yang kurang sih .... " Ia menghitung semua barang yang ada sembari mengecek pada check list yang ia tulis di catatan ponselnya.

"Oke, udah semua!" Saskara tersenyum lebar saat dirasa semua peralatan praktikum yang harus ia bawa sudah lengkap. "Thanks, Bang Muel udah bantu. Upahnya nanti gue beliin es cendol yang di perempatan," lanjutnya kemudian menggenggam tangan kanan Samuel untuk ia goyangkan ke atas dan ke bawah dengan kencang hingga Samuel mengaduh.

"Duh, duh!!! Iya, iya, bocah! Udeh lepas, bisa copot tangan gue lo gituin." Samuel langsung mengusap pergelangan tangannya yang cukup memerah akibat ulah Saskara tadi. "Bener, ya, beliin cendol! Awas kalo boong," ancam Samuel sambil menatap Saskara dengan tidak santai.

Pasalnya, sudah beberapa kali Samuel membantu Saskara yang berakhir diiming-imingi upah sebagai balasan sudah membantu, tapi nyatanya pemuda itu selalu membual. Yah, bukannya Samuel tidak ikhlas membantu Saskara. Tapi, kan, kalo memang begitu, seharusnya Saskara tidak perlu menjanjikan sesuatu. Kan Samuel jadi berharap.

Saskara hanya menunjukkan cengiran khasnya pada Samuel, kemudian mengacungkan jempolnya, "Santai, Bang. Kali ini beneran gue beliin, kok," ia terkekeh pelan. "Sekali lagi makasih, ya, dah bantuin. Gue mau berangkat. Bye!" Saskara melambaikan tangannya pada Samuel yang dibalas anggukan pelan dengan gestur tangan mengusir.

"Makan dulu, noh! Gue cuma goreng nugget doang. Belum sempet belanja lagi." Ray, yang melewati Saskara dan Samuel di ruang tengah berucap pada Saskara untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat.

"Thanks, Bang! Gue bekel aja. Gak sempet gue harus otw sekarang," tolak Saskara.

"Ya udah. Yang penting itu ada yang makan aja," ucap Ray sembari melengos masuk ke kamarnya.

KOSAN ALIM :: enhypen w/ &teamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang