[ ft. i-land, andaudition boys ]
Kosan Pak Saipul. Kosan yang berasa seperti perumahan komplek karena memiliki beberapa gedung di dalam satu lahan tanah. Orang yang memiliki latar belakang berbeda harus berada di satu atap yang sama dan berbagi kisa...
halo, ini update-an kedua, ya. Jangan lupa cek chapter 8 dulu!! ^^
Happy reading~!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
Harsa memarkirkan motornya dengan apik di parkiran ketika sudah sampai di kosan, kemudian ia melihat motor dan mobil yang terparkir di parkiran gedung triplets itu, dan mulai merasa heran ketika tidak menemukan motor Samuel dan Saskara di sana. Karena seingatnya tadi sebelum ia berangkat, kedua motor rekan kosnya itu masih terparkir di sana.
"Apa pada pergi, ya?" tanyanya monolog. Ia kemudian mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan mulai berjalan meninggalkan area parkiran sembari menenteng dua buah kantung keresek.
Ia baru saja pergi menemui temannya yang tiba-tiba mengajak untuk bertemu di kafe milik Candra-salah satu penghuni gedung kos T2-untuk berdiskusi mengenai tugas kelompok. Hari ini ia memang tidak ada jadwal ke kampus, hanya tadi pagi kelasnya diganti menjadi online, makanya ia hari ini cukup senggang. Sehabis berdiskusi sebentar dengan temannya itu, ia sengaja mampir terlebih dahulu ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis dan juga cemilan untuk anak-anak kos. Oleh sebab itu, ia pergi keluar cukup lama tadi.
Ia berjalan dengan santai menuju gedung kos sembari bersenandung pelan. Kemudian ia mengecek pintu kos apakah terkunci atau tidak-untuk memastikan apakah ada orang di dalam-dan ternyata pintu kos terkunci, berarti memang tidak ada siapa-siapa di dalam.
"Pergi ke mana, ya? Udah mau magrib begini tumben pada ke luar. Yang pada ke kampus juga masa belum pada pulang, ya?" Lagi-lagi Harsa bermonolog.
Ia meletakkan salah satu kantung kereseknya di lantai untuk mengambil kunci yang ia simpan di saku celananya. Begitu pintu terbuka, ia terkejut melihat suasana kosan yang gelap dan sepi. Tangannya pun bergerak untuk menyalakan saklar lampu dengan cukup susah payah sebab kedua tangannya yang penuh dengan barang bawaan.
Ketika lampu sudah menerangi ruangan, ia semakin dibuat terkejut saat melihat sosok Julian yang sedang terduduk di sofa sembari memeluk kedua lututnya.
"Lho, Julian? Ternyata kamu ada di kos? Kenapa gak nyalain lampunya, Ju?" tanya Harsa sembari bergegas menghampiri Julian.
Julian tidak menjawab, pandangannya masih kosong. Harsa tahu, Julian takut gelap dan keadaan kosan tadi bisa saja membuat keadaan Julian sedikit terguncang. Anggap saja Julian lebay, tetapi Harsa tahu jika phobianya terhadap gelap itu sudah dalam tahap yang cukup serius.
"Ju, you okay?" tanya Harsa lagi. Ia menyimpan kedua kantung kereseknya yang sedari tadi ia bawa itu ke atas meja yang memang berada di ruang tengah, kemudian merengkuh Julian masuk ke kedekapannya.
"Mas ... Gelap ... T-tadi gelap ..." racau Julian. Harsa semakin mengeratkan pelukannya dan mengusap-usap punggung Julian.
"It's okay, Ju. It's okay ... Sekarang udah terang," ucap Harsa menenangkan. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan pergi menuju pantry untuk mengambilkan segelas air.