🌹(5) Finally I Chose You 🌹

147 22 2
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Prilly sampai di Jakarta yang diantar papa Revan, Prilly menatap gedung perusahaan Syarief Company yang menjulang tinggi. Rasanya cukup deg-degan walaupun ia belum memasuki kantor perusahaan tersebut. Prilly melihat beberapa orang yang memasuki gedung dan Prilly tebak mereka akan melakukan interview karena memakai baju rapi serta membawa map.

"Pah, Prilly deg-degan deh," keluh Prilly yang gugup.

"Tenang sayang, insha Allah pasti lancar interview nya. Kamu berdoa terus ya," ucap papa Revan yang mengusap tangan Prilly.

"Papa bakalan tunggu Prilly?" tanya Prilly.

"Iya, tapi papa mau berkunjung ke rumah bibi Riva dulu, kalau kamu sudah selesai nanti kabarin papa," kata papa Revan yang diangguki Prilly.

Lalu Prilly berpamitan pada papa Revan, dan masuk ke dalam kantor. Dengan langkah gugup Prilly melihat banyak orang yang datang, Prilly menatap penampilannya sendiri pada sebuah cermin besar yang ada di dekat lobi, menurutnya penampilan orang-orang lebih rapi dan sopan dari pada dirinya, Prilly merapikan kemeja putih dan rok span hitamnya.

Seorang wanita datang sambil membawa sebuah iPad di tangannya dan memerintahkan untuk berbaris dulu karena akan di absen satu persatu nama kandidat yang terdaftar untuk melakukan interview, lalu mereka semua berbaris rapi. Prilly terus berdoa agar semuanya lancar.

Hampir 30 menit lamanya menunggu, kini giliran Prilly yang akan memasuki ruangan Ali, Prilly semakin gugup sampai tangannya dingin.

"Atas nama Prilly Arunika Latuconsina?" tanya Michelle menatap Prilly

"Iya betul," jawab Prilly.

"Silahkan masuk," kata Michelle mempersilahkan, Prilly pun hanya celingak-celinguk karena hanya ia sendiri yang akan masuk ruangan Ali. Sementara sebelum Prilly, Michelle memanggil setiap 3 orang untuk masuk ruangan Ali.

"Maaf, apa saya sendiri yang masuk ruangan interview?" tanya Prilly yang ragu.

"Iya betul, silahkan masuk karena pak Ali sudah menunggu anda," jawab Michelle yang membuat Prilly ragu, lalu Prilly masuk ruangan Ali yang sedang menghadap ke jendela luar.

Langkah Prilly semakin pelan ketika sudah dekat dengan Ali, Prilly berdiri dibelakang Ali dengan perasaan yang bertambah gugup.

"P-permisi," ucap Prilly yang memanggil Ali.

"Sudah siap saya berikan pertanyaan?" tanya Ali tanpa menoleh.

"S-siap pak," jawab Prilly yang menunduk.

Ali pun memutar kursinya dan Ali bisa melihat Prilly kembali yang sedang menunduk.

"Silahkan duduk," titah Ali.

"Terima kasih," kata Prilly yang masih menunduk, lalu ia menatap Ali dengan terkejut, "lho? B-bukannya mas yang di rumah sakit waktu itu kan!?" tebaknya, dan Ali hanya tersenyum tanpa mengangguk.

Prilly pun kembali tersadar, "maaf pak, saya sudah lancang," ucapnya.

"Tidak apa-apa," jawab Ali. Entah kenapa Ali melihat Prilly seperti gelisah, "nona baik-baik saja?" tanya Ali.

"Ah! Itu ... b-baik-baik saja pak, s-saya hanya sedang gugup," akui Prilly.

Lagi-lagi Ali tersenyum, "tenang saja, jangan tegang jika dengan saya. Karena saya tidak semenyeramkan orang-orang pikir," tutur Ali dan Prilly hanya mengangguk pelan.

Lalu Prilly memperkenalkan diri pada Ali dan Ali tetap mendengarkan semua tentang profil data diri Prilly mulai dari keluarga, pendidikan, hobi, dan alasan masuk jurusan tata busana.

Finally I Chose You (Prequel The Power of Love) [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang