🌹(9) Finally I Chose You 🌹

121 13 1
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Sudah dua bulan ini Prilly rutin mengantarkan teh untuk Ali ke ruangannya. Meskipun begitu rasa gugupnya selalu saja ada ketika ia masuk ruangan Ali. Kadang ia juga jadi menggantikan posisi Michelle untuk memberi berkas-berkas penting dan juga jadwal yang harus dilakukan Ali.

Luna dan Michelle bertanya-tanya dengan sikap bosnya yang tidak biasa seperti itu, apalagi Michelle mengenal betul bosnya selama 5 tahun menjadi sekertaris dikantor Syarief Company, Ali tidak pernah mengalihkan tugas Michelle untuk dilakukan pada karyawannya. Bosnya tersenyum ingin semua yang bekerja di perusahaannya melakukan tugasnya masing-masing dengan baik.

Kini Prilly sudah berada di pantry membuat teh untuk ali.

"Huft! Gimana caranya ya biar gue gak gugup tiap keruangannya pak Ali?" gumam Prilly yang bingung sambil mengaduk-aduk teh, "apa bu Michelle keberatan ya tugasnya dilakukan sama gue? Gue jadi gak enak deh sama bu Michelle ..."

Michelle pun masuk ke dalam pantry dan membuat Prilly agak terkejut dengan kedatangannya.

"Eh, kirain gak ada orang," ucap Michelle yang sama terkejut juga.

"Saya baru mau antar teh ke pak bos bu," ucap Prilly yang diangguki Michelle. Prilly menatap Michelle yang sedikit pucat, "bu Michelle sakit ya?" tanya Prilly.

"Iya nih, dari semalam gak enak badan sama gak enak tenggorokan juga. Kayaknya mau flu ini," jawab Michele dengan suara parau dan berkali-kali ia juga bersin.

"Padahal istirahat aja di rumah kalau sakit bu Michelle," ucap Prilly menyarankan.

"Gak tenang saya ninggalin kerjaan walaupun bisa lewat email, jadwal pak Ali banyak hari ini. Lagian bosen juga dirumah, Pril," ucap Michelle yang diangguki Prilly.

Prilly pun segera mengantarkan teh tapi ia teringat sesuatu, "maaf bu Michelle ..." ucap Prilly yang menggantung.

"Iya kenapa?" tanya Michelle yang menoleh.

"Maaf kalau tugas yang harusnya dilakukan sama bu Michelle malah dilakukan sama saya, saya takut kalau tugas bu Michelle jadi terganggu gara-gara saya," ucap Prilly menjelaskan, ia ingin sekali berbicara tentang hal ini pada Michelle karena ini sangat mengganjal di hati Prilly.

Michelle hanya terkekeh mendengar ucapan Prilly, "ya ampun, Pril. Kenapa kamu minta maaf sih? Lagian kan pak Ali yang suruh, malahan saya yang harusnya minta maaf karena tugas saya malah kamu yang lakukan, jadi tambah tugas kamu," ucap Michelle.

"Saya gapapa kok bu Michelle, cuman saya takut aja bu Michelle jadi terhalangi gara-gara ada saya," ucap Prilly yang masih merasa tidak enak.

"Santai aja kali, Pril. Gak usah sungkan gitu sama saya," ucap Michelle yang kembali terkekeh dan Prilly pun hanya tersenyum kaku, "btw, pak Ali gak apa-apain kamu kan?" tanya Michelle sambil berbisik.

Prilly langsung menggeleng, "nggak kok bu, emangnya kenapa?" tanya balik Prilly.

"Saya cuman nanya aja sih, habis gak biasanya pak Ali suruh tugas saya dilakukan sama kamu," ucap Michelle, "pasti ada sesuatu deh pak Ali sama kamu ..." gumam Michelle.

"Sesuatu apa bu Michelle?" tanya Prilly yang penasaran.

"Denger-denger pak Ali lagi cari calon istri, jangan-jangan kamu yang diincar sama pak Ali," tebak Michelle yang membuat Prilly kaget.

"Gak mungkin lah bu! Saya kan sudah punya pacar," ucap Prilly dengan secara terang-terangan, ia pun menatap jam tangannya dan segera mengantarkan teh sebelum terlambat, "saya keruangannya pak Ali dulu ya bu Michelle!" pamit Prilly yang berjalan keluar.

Finally I Chose You (Prequel The Power of Love) [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang