"Gita,Lo punya baju putih dua,kan?" Alena menjatuhkan pantatnya di samping Gita yang sedang fokus mengerjakan tugas. Megita Briliany, si paling ambisius.pintar,dan perhatian.
"Iya,kenapa?" Gita menghentikan kegiatannya,kini menatap Alena dengan curiga.
"Hehe gue mau pinjem dong, soalnya baju gue ilang,gatau dimana" Alena tersenyum kuda.membuat gigi putih dan gingsul nya terlihat sangat manis.
"Iya" balas Gita sekenanya,dia sudah tau gelagat aneh Alena seperti tadi.
Hari ini adalah di wajibkan untuk semua santri memakai baju putih+kerudung putih, dan sarung. Itu berlaku untuk jadwal ngaji atau Diniyyah,pada hari Senin dan Kamis.
Pondok pesantren yang Echa tempati memang masih di wajibkan memakai sarung, sebagai tanda atau ciri khas santri zaman dahulu. Tidak di perbolehkan memakai rok atau gamis jika masih di lingkungan pesantren. Santri Hanya boleh memakai baju tunik (untuk menutupi pantat) dan sarung. Untuk kerudung harus menutupi dada.
"Makanya yang tertib, biar Nggak ngilang" Ucap Anya setelah melipat bajunya.
Sekarang pukul 14.25, satu jam lagi kelas Diniyyah akan di mulai, yang dimana, harus memakai putih putih.
Alena membuka lemari bajunya,mengecek setiap lipatan baju. "Udah tertib gue, kemarin gue cuci,udah gue lipat juga,tapi kok nggak ada?"
"Coba lu ingat ingat lagi!! " Ucap Bilqis tajam, Bilqis Ayodhya AZ Zahra, cewek paling tertib dan rapih an, lihat saja isi lemari nya, sangat tertata rapih,dan estetik, namun juga gampang emosi jika ada hal yang kembali terulang seperti ini.
"Udah Ra, tapi gak ada!" Ucap Alena mulai cemas, karena belum di temukan.
"Udah udah,si Alen bisa minjem punya Gita dulu, sekarang udah setengah tiga, Kay, Anya, Lita, Echa, bangunin, sebentar lagi Diniyyah" ucap Sandra dengan tenang. Si soft girl,dan baik hati.
.....
Sekolah Diniyyah yang di lakukan pada jam 15. 00,area di luar bangunan pondok, Namun masih di halaman pesantren. Adalah hal yang di nantikan banyak santri putra maupun putri, karena dengan begitu mereka bisa keluar dari pondok dan yang pertama kali di tuju adalah jajan di warung Bu bon. Karena biasanya di koperasi dalam pondok jajanan nya hanya itu itu saja, tidak ada varian baru atau gorengan.
Sedangkan tujuan kedua dari Diniyyah adalah bisa melihat santri putra, hahaha, bukan tujuan sih sebenernya, lebih tepatnya Bonus. Itu berlaku hanya 75% dari santri putri, yang berani menatap atau sembunyi sembunyi melihat santri putra. Sisanya untuk mereka yang pendiam, tidak tertarik, atau memliki mata minus seperti Echa.
Hampir semua teman temannya selalu senang jika melihat santri putra, kecuali dirinya dan Kay, Echa dan Kay tidak terlalu tertarik dengan santri putra,Echa seringkali mendengar obrolan teman temannya tentang santri putra,atau bahkan diantara mereka menganggumi santri putra.
Kadang juga Echa penasaran bagaimana santri putra yang teman temannya bicarakan, namun karena Echa mempunyai mata minus dan sering tidak memakai kacamata nya saat Diniyyah,ia tidak bisa melihat santri putra dengan jelas,wajah mereka semua burem, abstrak, bahkan tak terlihat,rata. Echa hanya bisa melihat warna baju yang mereka pakai.
Seperti tadi, Dev temannya itu menahan senyumnya saat melihat seorang laki-laki,yang katanya tampan,dan pastinya di sukai oleh Dev.
Diantara mereka ber sepuluh,teman Echa yang selalu exicted saat melihat coganz adalah, Lita, Dev, Alena, Anya dan Bilqis. Penggemar coganz number one. Sisanya, Kay, Echa, Gita, Sandra, mereka tidak terlalu peduli, hanya sesekali melihat tak sengaja,beda dengan mereka si exicted, yang sengaja melihat atau memperhatikan santri putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Echa {By Asyaannisa}
Non-FictionCerita tentang seorang anak perempuan yang di paksa menuntut ilmu di pondok pesantren,ini permintaan orang tuanya yang tidak bisa di bantah. Aqeesha Annisa namanya,dia menjadi santri sejak umurnya masih 8tahun. Keinginan Echa untuk tinggal bersama...