𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 ° 𝟔

614 71 5
                                    

°𝑰𝒎𝑴𝒐𝒓𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒍𝒊𝑿𝒊𝒓°

Keesokan hari yang ditunggu,
Semenjak pagi, Jaemin menantikan datangnya hari. Berjalan ditaman dengan mengitari bunga cosmos dan tulip yang berwarna-warni. Lebah dan serangga beterbangan, suara air jernih dan embun yang menetes masih membasahi rerumputan. Inilah hidup.

Sinar matahari masih mengintip malu-malu dengan ditutupi dedaunan rimbun pohon yang berjajar rapi dan tegak berdiri.

Menghirup dengan rakus udara yang masih terasa jernih memenuhi kerongkongan dengan bebas. Tapi ada yang salah. Jantungnya -masih- belum berdetak. Bahkan suhu dingin tubuhnya masih sama. Apa tidak masalah?

Menoleh kebelakang dengan Jeno yang senantiasa memperhatikan tiap gerakannya membuat raut merengut tercetak jelas tanpa bisa ditutupi.

"Ada apa?" tanyanya begitu Jaemin meletakkan sebelah tangan ke dada kiri tanpa pergeseran selama beberapa waktu.

"Apa kau kesakitan? Dimana bagian yang sakit?" perhatian yang ditimbulkan mendadak memberikan rasa 'hangat' dalam arti lain. Tapi itu tak memberikan ketenangan dengan waktu yang lama.

"Dadaku tidak berbunyi. Jantungku.. jantungku tidak berdetak, Jen." Selama ini Jaemin tidak terlalu memperhatikan tubuhnya selama tidak memberikan efek yang berlebihan. Bagaimana mungkin dia hidup tapi tidak tau jika jantungnya bahkan tidak berdetak. Hingga baru terasa selama ini dia bagaimana dia menghirup udara disekelilingnya. Mendadak kepalanya pusing karna memikirkan banyak kejadian. Jeno memapahnya duduk di bangku paling dekat disana.

Sebersit raut khawatir tentu terlihat, namun tidak ada kekagetan kentara disana. "Kau tau?" menganggukkan kepala akan pertanyaan Jaemin yang seperti sedang menodongnya.

"Sejak awal, jantungmu memang tak ada pergerakan atau berdetak layaknya manusia normal lainnya. Tapi itu tak menjadikanmu berbeda, Na." Jelasnya. Berbeda yang dimaksudkan adalah berbeda seperti kebanyakan manusia lainnya. Bagaimanapun Jaemin, tetaplah dicintai Lee Jeno dan itu takkan berubah meski dia tidak mempunyai jantung sekalipun.

"Lalu, apa aku akan mati? Lagi?" waswas yang datang menyergap tidak mampu ditutupi lagi.

Jeno menghela nafasnya seperti melepas beban berat namun tak dipungkiri itu hanya sebagian yang berada dipundaknya. "Aku berusaha sangat keras agar kau tidak akan mati." Dengan penuh tekad Jeno memberian harapan untunya. Lelaki itu meremas tangan pucat yang lebih kecil yang sudah berada dalam genggamannya.

"Manusia tetap akan mati, Jeno-ya"

"Kita akan bersama lebih lama. Aku janji." Diarahkannya telapak tangan itu dan dikecupnya punggung tangan Jaemin.

Hanya Jaemin dengan ketakutannya tak mampu diutarakan yang berakhir meluruhkan segala mimpi pria didepannya ini. "Aku juga mencintaimu." Kalimatnya berakhir dengan kata cinta. Cuma itu yang bisa setidaknya memberi sedikit kekuatan dari janji yang tak tau akan ditepati atau tidak.

.
.
.

𝐼𝑚𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑙𝑖𝑋𝑖𝑟

Jeno memasak masakan sederhana. Sedikit menggoreng sosis, telur omelete yang meskipun gosong tapi itu yang dia bisa. Jaemin dibelakang sambil memeluk erat, sedari tadi tidak membiarkan pria itu menjauh barang sebentar. Sementara Jeno senang-senang saja, ini adalah moment yang mungkin 'jarang' terulang.

"Bagaimana ini, tidak bisa dimakan." Tapi nada yang terdengar seperti bukan orang yang menyesal.

"Tidak apa, aku tetap akan memakannya." Jaemin menenangkan.

𝕀𝕞𝕞𝕠𝕣𝕥𝕒𝕝 𝔼𝕝𝕚𝕩𝕚𝕣 [ℕ𝕠𝕞𝕚𝕟]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang