ᴄʀᴜꜱʜ

322 33 3
                                    


Theo memandang papan tulis dengan bosan, pelajaran kali ini benar-benar membosankan, dia jadi tidak mau mencatat pelajaran tersebut.

Padahal dia sangat ingin buru-buru istirahat, alasannya untuk melihat Belle, cewek yang lagi taksir sama dia, tapi semua itu sirna ketika Pak Rahman masuk ke kelas, dia menyerobot jam pelajaran.

"Oke, segitu aja dari Bapak, kalian boleh istirahat, maaf kalau saya memotong jam istirahat kalian." Pak Rahman langsung pergi keluar dari kelas.

"Akhirnya, gue sepanjang dia ngomong kaya di nyanyiin lagu Nina Bobok." Satria memasukkan bukunya ke kolong meja.

"Bener anjir malah dia kalau ngomong tuh suka oot, tadi bahas tentang hubungan internasional, tiba-tiba bahas masa remaja dia." Juna memijit pangkal hidungnya, saking gak jelasnya nih guru.

"Gue kaga ngerti bjir, pas dia ngejelasin tuh, rasanya mau udahan aja." Liam tidak mengerti, terlalu jauh dari topik pembicaraan emang nih guru.

"Dah lah, kantin aja kuy, muka si Theo udah kek gitu," ucap Hisam, menunjuk wajah Theo yang seperti orang kelaparan.

"Udah lah cepetan yuk." Di pimpin oleh Satria mereka berjalan menuju kantin.

                           •••

Di sepanjang perjalanan mereka untuk pergi ke kantin, banyak sekali orang yang memperhatikan mereka, terutama berbisik tentang seberapa tampannya Liam dan Juna.

"Buset, gak nyangka gue sepopuler itu, dari tadi banyak yang bisik-bisik tetangga." Bisikan Hisam dapat terdengar jelas oleh mereka berempat.

"Lebih tepatnya, mereka muji Liam sama Juna, bukan lo," balas Theo, sepertinya Hisam ini selalu kegeeran, dia saja dapat dengan jelas mendengar bisikan tersebut, mereka memuji Liam dan Juna.

"Nah, loh awokawok." Liam jadi ngakak sendiri, maklum humor dia receh banget katanya.

"Dah lah, gue mau pesen mie ayam dulu." Juja nyelonong pergi, kebiasaan lama diskusi, mending dia duluan.

"Sekalian pesenin buat kita-kita juga." Teriak Hisam, dia males ngantri.

"Anjing lo semua." Padahal masih punya kaki, kenapa gak beli sendiri aja sih.

Mereka berempat mencari tempat duduk, kantin sekolah terbagi menjadi dua, ada di lantai atas dan bawah.

Karena kelas mereka berada di lantai bawah mereka lebih memilih jajanan disini, lagi pula lantai atas tuh tempat kelas 12, kelas 11 sama 10 biasanya jajan di sini.

Lagian tahun depan juga mereka bakal naik kelas, jadi senior kelihatannya enak bukan.

"Cepet amat jadinya, punya kita-kita mana nih."

"Ambil sendiri sono lim, gue bukan babu ya, masih untung ini di pesenin sama gue." Kemudian menaruh mangkok mie nya, ternyata lumayan panas, Juna menyesal karena tidak menolak memakai nampan.

Mereka pun berdiri, hendak menggambil mie ayam, meninggalkan Juna yang sibuk menuangkan saus.

                          •••

Liam berbisik, dia baru saja melihat Geng gebetannya Theo masuk ke kantin. Mereka yang seolah paham langsung menenggok ke belakang, ternyata mereka memilih tempat duduk, tepat di belakang mereka berlima.

"Anjir, si Belle tuh, yo liat elah," kata Liam.

"Iya gue liat ini, btw dia makin cantik." Tanpa sadar, Theo mengambil sambel 10 kali.

"Muji doang, ngedeketin kaga." Juna kok jadi gregetan gitu, padahal mah tinggal deketin aja gak sih.

"Chuakss," balas Hisam diselingi tawa.

"Gak capek apa lo jadi secret admirer, gue sih capek." Satria masih memperhatikan Theo kemudian kembali lagi melihat Belle.

"Diem lo, orang Friendzone gak di ajak," balas Theo dia mulai memakan mie ayam.

"Bangsat lo, gue cuma ngomong anjir, cupu gitu doang gak berani lo." Satria kan cuma mau ngomong, eh malah bawa masalah percintaan dia.

"Suka-suka gue, mungkin belum saatnya dia tau keberadaan gue." Theo mengaduk mie-nya.

"Haduh, mulai deh sok Sadboy, capek pangeran." Hisam menepuk jidatnya, biarin deh Theo yang naksir satu circle yang pusing.

Crush On You | Taesan - BelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang